Hiri Dan Ottappa
👁 1 View
2017-09-21 10:32:05
Untuk menunjang pelaksanaan sila pada diri seseorang, Hiri dan Ottappa akan banyak membantu. Yang dimaksud dengan Hiri adalah perasaan malu, sikap batin yang merasa malu bila melakukan kesalahan atau kejahatan. Ottapa artinya enggan berbuat salah atau jahat, sikap batin yang merasa enggan atau takut akan akibat perbuatan salah maupun jahat, baik melalui pikiran, kata-kata maupun perbuatan badan jasmani.
Sang Buddha bersabda, "Ada dua hal yang jelas, Oh Bhikkhu, untuk melindungi dunia. Hiri dan Ottappa (malu dan takut), bila kedua hal ini tidak menjadi pelindung dunia, maka seseorang tidak menghargai ibunya, tidak menghargai bibinya, tidak menghargai kakak iparnya, tidak menghargai istri gurunya....." - (Anguttara Nikaya II.7)
Hiri dan Ottappa disebut juga Dhamma pelindung dunia (Lokapala). Hiri dan Ottappa termasuk dalam Tujuh Kekayaan Ariya atau 7 kekuatan Dhamma, yaitu :
Tujuh Kekayaan Ariya menurut kitab Anguttara Nikaya IV.51 :
- Saddha = memiliki keyakinan.
- Sila = menjaga ucapan dan perbuatan salah.
- Hiri = batin yang malu melakukan kejahatan.
- Ottappa = merasa takut dan ngeri akibat perbuatan jahat.
- Bahusacca = mendengarkan Dhamma dan memahami kegunaannya.
- Caga = melepaskan, meninggalkan, dan membagi-bagikan barang-brang kepada oragn-orang yang membutuhkan.
- Panna = mengetahui yang berguna dan yang tidak berguna (bijakasna).
Tujuh kekuatan Dhamma (Bala Tujuh) :
- Saddha-Bala = kekuatan dari keyakinan.
- Viriya-Bala = kekuatan dari semangat (usaha).
- Hiri-Bala = kekuatan dari malu, malu berbuat salah (jahat).
- Ottappa-Bala = kekuatan dari takut, takut berbuat salah (jahat).
- Sati-Bala = kekuatan drai kesadaran.
- Samadhi-Bala = kekuatan dari konsentrasi.
- Panna-Bala = kekuatan dari kebijaksanaan.
Ketujuh kekuatan Dhamma di atas adalah bersifat batin yang akan menimbulkan kata-kata dan perbuatan baik atau akan mencegah kata-kata dan perbuatan jahat. Contoh memiliki Hiri dan Ottappa dalam menunjang pelaksanaan sila :
Memiliki Hiri :
- Karena malu bila kelak disebut sebagai seorang yang kejam, kita menghindari pembunuhan dan penganiyaan.
- Karena malu bila kelak dijauhi oleh kawan-kawan dalam pergaulan, kita menghindari pencuriaan.
- Karena malu bila kelak dipergunjingkan orang-orang, kita menghindari perbuatan asusila.
- Karena malu bila kelak kata-kata itu tidak didengar orang lagi, kita menghindari kata-kata dusta.
- Karena malu bila kelak kita kategorikan sebagai pemabuk, kita menghindari minuman keras. Dan lain sebagainya.
Memiliki Ottappa :
- Karena takut kelak akan masuk alam neraka, kita menghindari pembunuhan.
- Karena takut bila kelak banyak timbul penyakit atau berusia pendek, kita menghindari pembunuhan dan penganiayaan.
- Karena takut masuk penjara, kita akan menghindari pencurian.
- Karena takut mendapat musuh, kita menghindari perbuatan asusila.
- Karena takut dicontoh anak-anak, kita menghindari kata-kata dusta.
- Karena takut wataknya dicela orang, kita menghindari minuman keras. Dan contoh-contoh lain sebagianya.
Hiri bersumber dari dalam diri sendiri, sedangkan ottappa lebih dipengaruhi hal-hal yang di luar diri kita.
Hiri bersifat otonom, timbul sendiri (attadhipati) , sedangkan Ottappa bersifat heteromus, lebih dipengaruhi oleh lingkunagn dan masyarakat (lokadhipati).
Hiri terbentuk oleh rasa malu, sedangkan Ottappa dibentuk oleh rasa takut.
Hiri ditandai dengan adanya sifat yang konsisten, sedangkan Ottappa ditandai dengan adanya kemampuan mengenal bahaya dan takut melakukan kesalahan.
Sumber subyektif dari Hiri adalah pandangan dan ide-ide yang berhubungan dengan kelahiran, usia, kedudukan, sosial atau kehormatan diri dan tingkat pendidikan. Maka seseorang yang memiliki Hiri akan berpikir, "hanya orang-orang gudik, anak-anak dan orang-orang tak berpendidikan yang akan berpandangan dan berbuat demikian", maka oleh karena itu ia akan menghindari pandangan yang sempit dan perbuatan yang salah.
Sumber eksternal dari Ottappa adalah pandangan dan ide-ide bahwa sesuatu yang berkuasa (Tuhan, makhluk-makhluk agung, polisi, orang tua, guru, atasan dan sebagainya) akan mempersalahkannya, maka oleh karenanya ia menghindari perbuatan-perbuatan yang salah.
Dengan Hiri, seseorang bercermin kepada kehormatan dirinya, kelahirannya, gurunya, kedudukannya, sosialnya, perguruannya, atau masyarakat dimana ia berada. Sedangkan dengan Ottappa, seseorang takut pada dirinya sendiri, takut dipersalahkan orang-orang, takut pada balasan Hukum Karma, dan takut menerima akibatnya pada kehidupan mendatang.
Apabila seseorang memiliki Hiri, maka dirinya sendirilah yang paling tepat menjadi guru dan pengawasnya yang terbaik. Apabila seseorang lebih sensitif terhadap Ottappa, maka ia sebaiknya mengikuti bimbingan dan peraturan dari seseorang ataupun dari suatu ajaran yang baik dan diyakininya.
http://www.bbcid.org