Kitab Suci Tipitaka
👁 1 View
2017-09-20 14:24:21
Kitab Suci Agama Buddha adalah Tipitaka, khususnya dalam mazhab Therãvada. (bedakan dengan Tripitaka). Tipitaka berasal dari kata Ti (=tiga) dan pitaka (=keranjang) dalam bahasa Pali. Tipitaka merupakan kumpulan naskah utama ajaran Sang Buddha dalam bahasa Pali yang menjadi dokrin dasar bagi Agama Buddha, khususnya mazhab Therãvada. Therãvada berarti ajaran para sesepuh.
Hingga kini semakin banyak bagian-bagian dari Kitab Suci Tipitaka yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris maupun bahasa-bahasa lainnya, termasuk Bahasa Indonesia. Bahkan sudah ada yang menyediakannya dalam bentuk CD-ROM, di samping versi online di Internet.
Bagaimana Kitab Suci Tipitaka itu disusun pada awalnya? Berikut ini sekilas sejarahnya.
Kira-kira tiga bulan setelah Sang Buddha Mahaparinibbana, lima ratus Arahat siswa-siswa terkemuka Sang Buddha, yang memikirkan pemeliharaan kemurnian AjaranNya, menyelenggarakan suatu pasamuan / konsili untuk mengulang kembali ajaran Sang Buddha, Sang Bhagava. Dalam Konsili Pertama yang berlangsung di Rajagaha, India itu, Y.M Ananda yang berkesempatan istimewa selalu dapat mendengarkan pembabaran Sang Buddha, bertugas untuk membaca kembali Dhamma (ajaran kebenaran) yang telah didengar langsung dariNya. Sedangkan untuk bidang Vinaya (tata tertib/disiplin) dipercayakan kepada Y.M Upali Thera.
Konsili itu berhasil menghimpun dan menyusun Tipitaka dalam bentuk seperti sekarang ini, yang merupakan gambaran menyeluruh mengenai ajaran Sang Buddha.
Dua pasamuan agung berikutnya yang diadakan berturut-turut 100 dan 296 tahun kemudian, digunakan untuk mengulang kembali ajaran Sang Buddha karena ada usaha-usaha mengotori kemurnian ajaran.
Sekitar tahun 444 BE (Buddhist Era) /100 SM, pada waktu Raja Vattagamani Abhaya memerintah di Srilangka, diadakan Konsili ke empat. Dari konsili ini dihasilkan penulisan Tipitaka Pali untuk pertama kali di atas daun lontar (palm leaves).
Perlu diketahui, Kitab Suci Tipitaka yang berisikan intisari ajaran Sang Buddha Gotama ini terdiri dari berpuluh ribu jilid. Seandainya ingin dibandingkan, ketebalannya bisa mencapai lebih dari sebelas kali Bibel. Suatu perbedaan yang jelas antara Kitab Suci Tipitaka dan Bibel adalah yang pertama bukan merupakan suatu perkembangan yang berangsur-angsur seperti yang terakhir!
Sesuai dengan makna yang terkandung maka tiga keranjang yang dimaksud adalah:
- Vinaya Pitaka (peraturan kebhikkhuan/tata tertib)
- Sutta Pitaka (babaran Dhamma Sang Buddha dan beberapa Siswa UtamaNya)
- Abhidhamma Pitaka (analisa mendalam ajaran Sang Buddha yang mencakup ilmu fisika dasar, ilmu jiwa, logika, dan etika).
Dari tiga bagian utama tersebut, masing-masing terdiri dari beberapa bagian lagi. Selengkapnya bisa dilihat pada susunan berikut ini.
Sumber:
- Intisari Agama Buddha, Narada Mahathera.
- Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Yayasan Dhammadipa Arama, Oktober 1992.
- Tipitaka, John Built, Access to Insight.