Belajar Meneladani Ajaran Buddha 24
Tanya Jawab Seputar Belajar Meneladani Ajaran Buddha
👁 1 View2017-09-18 11:04:00
Pertanyaan :
Saya sudah belajar Ajaran Buddha selama lima tahun, selalu mendengar VCD ceramah anda, juga sudah mengambil Visudhi Trisarana. Kala mendapat banyak halangan dari keluarga, membuatku semakin giat, bahkan tiga tahun yang lalu saya mengambil Bodhisattva Sila. Saya juga berniat sendirian ke Gunung Wutai dan tinggal di gubuk, mungkin bermanfaat bagi kelahiran ke Alam Sukhavati, apakah pemikiranku ini benar?
Master Chin Kung Menjawab :
Pemikiranmu tidak salah. Tinggal di gunung melatih diri, sebaiknya bersama praktisi lainnya adalah yang paling aman. Jika dapat mencari sahabat melatih diri sekitar empat orang bersama-sama melatih diri, maka ini adalah Sangha. Organisasi kecil ini boleh mengandalkan “Enam prinsip keharmonisan dalam Sangha” dalam melatih diri bersama-sama, pasti mendapat perlindungan dari para Buddha, Dewa Naga makhluk halus bajik pelindung Dharma.
Saya telah belajar Ajaran Buddha selama 50 tahun, berceramah selama 43 tahun, sepanjang tahun tidak pernah melihat adanya Sangha, juga tidak pernah mendengarnya. Karena satu orang satu pemikiran, suami istri saja bisa bertengkar, jika menghendaki empat orang tinggal bersama dengan harmonis, sulit dijumpai, kalangan Buddhisme menyebutnya empat orang, orang Tiongkok menyebutnya tiga orang, “Tiga insan sehati, maka akan menjadi kekuatan besar“, barulah diketahui betapa sulitnya enam keharmonisan itu!
Andaikata di dunia ini muncul sebuah organisasi Sangha, bencana di seluruh dunia akan berkurang, tereliminasi, Buddha akan melindungi dunia ini, bahkan orang yang berbuat jahat juga akan turut memperoleh manfaat, maka dunia ini juga takkan mengalami kemusnahan.
Namun ini adalah hal yang sulit, sulitnya di mana? Setiap orang tidak sudi melepaskan pikiran “keakuan”, asalkan ada “aku” maka tidak bisa kerjasama, maka tidak bisa sehati dalam menjalankan kebajikan yang sama.
Di dalam Sutra Intan tertera : “Andaikata Bodhisattva memiliki anggapan bahwa adanya aku yang menyelamatkan para makhluk, dan adanya makhluk lain yang diselamatkannya, maka ini bukanlah Bodhisattva”. Hanya Bodhisattva yang dapat mengamalkan enam keharmonisan, karena Bodhisattva tidak memiliki keakuan. Jika ada keakuan maka hati tidak bisa suci, tidak bisa seimbang.
Maka itu, Sangha yang benar-benar mengamalkan enam keharmonisan, tingkat terendah dari Aliran Theravada adalah tingkat kesucian pertama yakni Srotapanna dan pada Aliran Mahayana adalah Bodhisattva tingkat pertama. Dia dapat melepaskan pandangan bahwa tubuh ini adalah aku, barulah dapat mencapai keharmonisan baik dalam pandangan maupun pemahaman. Andaikata masih menganggap bahwa tubuh ini adalah aku, bagaimana bisa harmonis? Inilah kesulitannya.
Tiga atau empat orang melatih diri bersama-sama dengan mengamalkan “Enam prinsip keharmonisan dalam Sangha”, melepaskan pandangan sendiri, menaati ajaran Buddha Sakyamuni, dengan demikian melafal Amituofo pasti dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Maka itu mengapa di dalam ruang kebaktian melafal Amituofo harus diadakan kegiatan 24 jam melafal Amituofo? Karena jika tidak melafal Amituofo maka khayalan pun bermunculan. Siang malam nama Buddha tidak terputus, ingin berkhayal juga tidak punya waktu luang, dengan cara ini memaksakan diri untuk menjalankan enam keharmonisan.
Di dalam vihara banyak orang tinggal bersama, jika tidak tekun melatih diri, asalkan ada waktu untuk berpikir sembarangan, asalkan ada celah waktu pasti melakukan karma buruk. Jika dia tidak berkhayal, tidak menciptakan karma buruk maka dia adalah orang suci, jelmaan Buddha atau Bodhisattva, bukan orang awam. Di dalam Sutra Ksitigarbha tercantum bahwa “Makhluk di Jambudvipa (dunia ini), timbul niat pikiran tiada yang bukan merupakan dosa”.