Karma Keluarga
Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo
👁 1 View2017-09-20 15:50:34
Dari: Joko, Jogja
Namo Buddhaya,
Saya pernah ditanyakan oleh seorang saudara saya yang bukan Buddhis. Saya
menjelaskan tentang karma dalam agama Buddha kepadanya. Dia bertanya, "apakah
seseorang yang mempunyai begitu banyak karma buruk dapat melimpahkan karma
tersebut kepada anak / keluarganya dengan sengaja ataupun tidak sengaja ?" Pada saat itu
saya menjawab "tidak" karena setahu saya dalam agama Buddha tidak ada pelimpahan
karma, melainkan pelimpahan jasa.
Lalu dia bertanya lagi "kenapa ada seorang ayah yang sangat jahat namun malah anak
dan istrinya yang terkena hal-hal buruk ?" dan kembali saya menjawab "itu mungkin
disebabkan oleh karma buruk anak-istri itu sendiri."
Apakah jawaban-jawaban saya sudah tepat Bhante ? Soalnya saya nggak mau memberi
penjelasan yang salah padanya.
Terima kasih.
Jawaban:
Adalah wajar seorang umat Buddha mendapat berbagai pertanyaan dari kalangan bukan
Buddhis. Kondisi seperti ini menjadi saat paling tepat untuk menerangkan Dhamma
kepada masyarakat. Dengan demikian, upaya menjelaskan Dhamma ini termasuk
memberikan pandangan yang benar kepada masyarakat tentang Ajaran Sang Buddha.
Menjawab pertanyaan di atas tentang pelimpahan kamma buruk, kiranya sudah benar
bahwa kamma tidak dapat dilimpahkan kepada fihak lain. Buah kamma akan dipetik oleh
mereka yang melakukan suatu perbuatan. Hal ini pun berlaku dalam pelimpahan jasa.
Pada saat pelimpahan jasa, keluarga melakukan kamma baik atas nama almarhum.
Apabila almarhum dalam kondisi mengerti kebajikan keluarganya, ia akan merasakan
bahagia. Kebahagiaan almarhum atas kebajikan sanak keluarganya ini adalah kamma
baik melalui pikiran yang dilakukan oleh almarhum sendiri. Apabila keluarga sering
melakukan pelimpahan jasa, maka semakin banyak pula almarhum berbuat baik melalui
pikiran. Pada saat kamma baik telah mencukupi, almarhum akan terlahir di alam yang
lebih bahagia. Dengan demikian, sebenarnya dalam pelimpahan jasa juga tidak ada
kamma yang dipindahkan. Pelimpahan jasa mengkondisikan almarhum melakukan
kamma baik dikehidupan yang sekarang.
Adapun pertanyaan tentang ayah yang jahat namun anak istri yang mendapatkan
penderitaan, kiranya sudah benar bahwa masing-masing anggota keluarga tersebut
membawa kamma mereka sendiri. Artinya, ayah yang jahat, apabila saat ini hidupnya
masih berbahagia, berarti ia belum memetik buah kamma buruk yang ia kerjakan. Ia
masih mempunyai sisa timbunan kamma baik yang telah pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan, istri dan anak yang baik namun hidupnya menderita adalah karena buah
kamma baik yang mereka lakukan saat ini masih belum matang. Sebaliknya mereka
masih memetik sisa buah kamma buruk yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Namun, dengan bertambahnya waktu, suatu saat pastilah buah kamma buruk ayah akan
matang dalam bentuk penderitaan, sedangkan buah kamma baik istri maupun anak
matang dalam bentuk kebahagiaan.
Semoga jawaban yang sudah sesuai Dhamma tersebut dapat memberikan pengertian yang
baik kepada saudara yang bukan Buddhis maupun anggota masyarakat lainnya.
Semoga selalu berbahagia.
Salam metta,
B. Uttamo