Menerima Sebagaimana Adanya / Hidup Saat Ini
Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo
👁 1 View2017-10-18 11:01:16
Dari: Lily Salim, Jakarta
Namo Buddhaya Bhante,
Saya sedang mencari jawaban tentang "menerima apa adanya".
Sering saya mendengar dalam ceramah atau tertulis dalam buku bahwa jika kita ingin
bahagia maka harus "menerima apa adanya". Ada 3 hal tentang menyikapi "menerima
apa adanya" dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :
1. Masa lalu : - memang yang sudah berlalu dimasa yang lalu tidak dapat diubah dan kita
harus bisa "menerima apa adanya", ini masih relevan.
2. Masa sekarang: - jika pada saat ini / sekarang kita dihadapkan pada suatu pilihan,
misalnya seseorang sudah bertunangan kemudian bertemu dgn orang lain yang kemudian
terjalin hubungan yang dirasa malah lebih baik dan lebih cocok dibanding tunangannya,
apakah sikap "menerima apa adanya" harus terus dipertahankan dan terus melanjutkan
pertunangannya walaupun mungkin dirasa tidak cocok lagi ?
3. Masa akan datang: - bagaimana jika misalnya orang yg sudah bekerja dan tidak ada
kemajuan berarti dalam karier, sedangkan jika dia pindah kerja ke tempat lain, masih ada
"KEMUNGKINAN" karier dan pendapatannya bertambah. Bagaimana menyikapi
tentang "Kemungkinan" yang tentunya belum pasti itu. Dan apakah tetap berpegang pada
sikap "Menerima apa adanya" saja.
Mohon penjelasan dari Bhante.. Terima kasih.
Jawaban:
Dalam salah satu prinsip Ajaran Sang Buddha, dapatlah dijumpai tentang pengertian
'menerima sebagaimana adanya' atau HIDUP SAAT INI.
Pengertian ini sering disalahartikan sehingga Agama Buddha dianggap mengajarkan
seseorang agar dapat menerima apapun yang terjadi tanpa harus berusaha memperbaiki
kondisi yang sedang dialaminya.
Pemahaman seperti ini jelas tidak tepat.
Pengertian bahwa seseorang hendaknya dapat menerima sebagaimana adanya
sesungguhnya menekankan seseorang untuk dapat menerima KENYATAAN yang
sedang terjadi SAAT INI. Kenyataan yang baik hendaknya dicari sebabnya agar dapat
dipertahankan atau dikembangkan. Sedangkan kenyataan yang buruk harus pula dicari
sebabnya untuk diperbaiki atau dihindari.
Jadi, 'menerima sebagaimana adanya' adalah menerima kenyataan dan mempergunakan
kenyataan sebagai pelajaran untuk meningkatkan kualitas diri di masa sekarang maupun
di masa depan.
1. Masa lalu adalah masa kini yang sudah lewat. Seseorang memang harus berusaha
untuk menerima kenyataan di masa lalu yang baik maupun buruk. Seseorang tidak akan
mampu mengubah masa lalu. Namun, masa lalu haruslah dijadikan sebagai pelajaran.
Segala suka dan duka yang telah terjadi di masa lalu hendaknya dicari penyebabnya.
Penyebab segala kondisi yang menyenangkan hendaknya diulang dan ditingkatkan di
masa sekarang. Sebaliknya, penyebab kondisi yang tidak menyenangkan hendaknya
diperbaiki atau bahkan dihindari sama sekali.
2. Masa sekarang adalah kenyataan. Seseorang juga harus dapat menerima kenyataan
sebagaimana adanya untuk ditingkatkan di masa depan.
Seperti yang disampaikan dalam pertanyaan di atas, jika seseorang telah menemukan
pilihan yang lebih baik dan cocok daripada tunangannya, maka sikap pertama yang perlu
dilakukannya adalah berusaha menerima tunangannya sebagaimana adanya yaitu dengan
segala kekurangan dan kelebihannya. Kalau ia mampu untuk memperbaiki kualitas
mental tunangannya, maka mulai SAAT INI, ia dapat berusaha dengan asih, asah dan
asuh agar tunangannya menjadi lebih baik dan hubungan dapat ditingkatkan.
Sebaliknya, jika ia memang sudah tidak mampu untuk mempertahankan pertunangannya,
ia bisa saja secara baik-baik dan kekeluargaan menyatakan sikapnya sehingga
pertunangan dapat dibatalkan. Ia boleh saja mencari orang lain yang lebih sesuai sebagai
tunangannya.
Namun, keputusan ini haruslah dimulai dengan sikap menerima sebagaimana adanya,
bukan hanya dengan emosi sesaat.
3. Sedangkan, masa depan adalah masa kini yang masih belum datang. Masa depan masih
merupakan impian atau harapan. Segala harapan dan impian yang baik, hendaknya
dimulai dengan tindak nyata pada saat ini. Sebaliknya, segala impian yang buruk
hendaknya mulai diperbaiki saat ini sehingga pada saatnya nanti, kenyataan tidaklah
seburuk bayangan.
Seperti yang disampaikan dalam pertanyaan, apabila seseorang merasa bahwa kondisi
pekerjaannya saat ini kurang memberikan manfaat untuk jangka panjang, ia boleh saja
menjadikan kenyataan saat ini sebagai pelajaran untuk tidak mencari pekerjaan yang
serupa. Ia akan berusaha mencari pekerjaan yang memungkinkan menghasilkan kondisi
yang lebih baik di masa depan.
Dengan demikian, 'menerima segalanya sebagaimana adanya' bukanlah menjadikan
seseorang hidup tanpa rencana dan pasrah dengan segala yang terjadi, melainkan justru
menjadikan seseorang selalu belajar dari kenyataan yang dihadapi saat ini untuk
meningkatkan kualitas hidup seseorang pada saat ini, memperbaiki kenyataan di masa
lalu dan membangun kenyataan yang baik di masa depan.
Semoga jawaban ini bermanfaat.
Salam metta,
B. Uttamo