Menyikapi hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan
Tanya Jawab Bhikkhu Uttamo
👁 1 View2017-09-22 10:11:15
Dari: Chen, Jakarta
Namo Buddhaya Bhante.
Bhante, saya ingin bertanya : Mengapa apapun yang saya lakukan tidak pernah
membuahkan hasil seperti yang saya harapkan ?
Misal, pada saat akan ujian, saya sudah berusaha belajar sekuat tenaga. Saat ujian, saya
merasa sudah bisa mengerjakan soal-soalnya. Tapi saat pengumuman ujian, ternyata
hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Apakah ini ada hubungannya dengan karma yang saya perbuat di kehidupan lampau ?
Apa yang harus saya lakukan agar lebih bisa menerima kenyataan yang berbeda dengan
yang saya harapkan ?
Anumodana Bhante.
Jawaban:
Dalam pemikiran Buddhis, kegagalan atau hasil yang tidak sesuai dengan harapan tidak
selalu kamma yang menjadi penyebab. Apalagi menyalahkan kamma dari kehidupan
lampau.
Dalam banyak permasalahan, sebenarnya cara-cara seseorang bersikap atau bekerja itulah
yang menyebabkan terjadinya kegagalan. Oleh karena itu, seseorang boleh saja merasa
telah belajar dengan baik. Ia juga merasa mampu menjawab dengan benar semua soal
ujian yang diberikan. Namun, masalah yang paling penting untuk dipikirkan di sini
adalah apakah jawaban yang diberikan tersebut sudah benar dan sesuai dengan harapan
dosen yang bersangkutan ? Kalau memang benar dan sesuai, tentulah ia akan termasuk
siswa yang lulus. Sedangkan, kalau jawaban atas soal ujian hanya dianggap benar oleh
diri sendiri namun oleh dosen dinyatakan tidak benar, maka tentu hasilnya tidak lulus.
Jadi, dengan perkataan lain, kebenaran suatu jawaban atas soal ujian bukanlah ditentukan
oleh diri sendiri saja melainkan juga oleh harapan yang dimiliki dosen yang
bersangkutan.
Sedangkan, agar lebih mampu menerima kenyataan yang berbeda dengan harapan,
seseorang hendaknya mengembangkan pemikiran bahwa segala suka dan duka yang
dialami haruslah dijadikan pelajaran.
Apabila ia mengalami kebahagiaan, ia hendaknya mencari penyebab kebahagiaan dan
mengkondisikan agar dapat terulang di masa depan. Dengan demikian, kebahagiaan akan
selalu dapat dirasakan secara berulang-ulang.
Sebaliknya, apabila ia mengalami kegagalan, ia hendaknya teliti mencari penyebab
kegagalan dan mengusahakan di masa depan untuk menghindari penyebab kegagalan
yang sudah pernah terjadi. Dengan demikian, kegagalan demi kegagalan akan dapat
dihindari.
Dengan sikap mental seperti ini, seorang umat Buddha tidak mudah berputus asa ketika
sedang mengalami kesulitan maupun kegagalan. Ia justru akan semakin bersemangat
untuk meningkatkan kualitas diri. Sikap mental seperti inilah yang akan menjadikan umat
Buddha mampu mendapatkan banyak kemajuan dan terhindar dari berbagai kesulitan
maupun kegagalan.
Semoga jawaban ini akan dapat dijadikan pedoman untuk bersikap bijaksana ketika
menghadapi suka maupun duka.
Semoga selalu bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo