Tanah Suci 09
Tanya Jawab Seputar Tanah Suci
👁 1 View2017-09-21 10:51:23
Pertanyaan :
Bagaimana cara melatih diri supaya bisa terlahir ke Alam Sukhavati?
Master Chin Kung Menjawab :
Ini merupakan pertanyaan yang sangat penting! Seorang praktisi bisa terlahir ke Alam Sukhavati, dapat dikatakan masalah terbesarnya telah sempurna, bukan hanya masalah dalam kehidupan ini saja, tetapi merupakan masalah terbesar selama tumimbal lahir yang tiada hingga.
Bagaimana supaya bisa menggenggam kesempatan terlahir ke Alam Sukhavati? Harus menuruti ajaran yang tertera dalam “Tiga sutra dalam Aliran Sukhavati”, terutama Sutra Usia Tanpa Batas, yang menjelaskan lebih terperinci. Praktisi sekalian harus membacanya dan memahaminya. Untuk terlahir ke Alam Sukhavati yang terutama adalah satu syarat, yakni “membangkitkan Bodhicitta, menfokuskan pikiran melafal Amituofo berkesinambungan”. Satu kalimat sutra ini sangat penting, juga sangat mendalam dan luas, boleh didiskusikan dengan kalimat yang tercantum dalam Amitabha Sutra yakni “pikiran terfokus tak tergoyahkan, pikiran yang tidak sesat”.
Penjelasan Amitabha Sutra buah pena Master Lian Chi, membuat penjelasan terperinci pada kalimat ini, memenuhi seperdelapan isi buku tersebut. Buku jaman dulu dijilid dengan benang, keseluruhan buku tersebut ada empat jilid, dan penjelasan tentang satu kelimat tersebut telah menggunakan setengah jilid buku. Maka itu dapat diketahui bahwa betapa pentingnya kalimat tersebut, harus membacanya dengan seksama, mempelajarinya, kemudian baru memahami apa yang harus dilakukan diri sendiri, barulah kehidupan ini pasti terlahir ke Alam Sukhavati.
Kemudian masih ada satu keadaan lainnya, yakni yang kita sebut dengan praktisi yang tulus, orang jenis ini tidak memahami ajaran juga tidak masalah. Tetapi orang tipebegini terlalu kecil jumlahnya, jarang dan sulit dijumpai! Seperti yang diceritakan oleh Master Tan Xu, ketika Master Di Xian berusia lanjut, beliau menerima seorang murid yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Sebelum menjadi Bhiksu, dia bekerja sebagai tukang memperbaiki kuali (Guo Lou-jiang), pekerjaan ini sungguh menderita, untungnya juga cuma sedikit.
Dia tidak mengenal huruf, juga tak pernah bersekolah, masa kecil dilaluinya bersama Master Di Xian hingga dewasa, kemudian melihat Master Di Xian meninggalkan keduniawian, dia juga ingin ikut menjadi Bhiksu, dan minta diterima jadi murid Master Di Xian. Pertama-tama Master Di Xian tidak setuju menerimanya, tetapi karena didesak terus akhirnya menyetujuinya.
Tetapi Master Di Xian mengajukan satu syarat yakni : “Jika anda ingin menjadi Bhiksu, maka harus mendengar perkataanku”. Guo Lou-jiang menjawab : “Tidak masalah, anda guruku, apa yang anda katakan, saya akan menurutimu”.
Master Di Xian berkata : “Baiklah!”. Kemudian menabhiskannya, lalu menyuruhnya tak perlu pergi menerima sila secara resmi, juga jangan tinggal di dalam vihara, alasannya karena dia tidak memiliki ketrampilan apapun, jika tinggal bersama penghuni vihara lainnya, takutnya dipandang rendah.
Master Di Xian mencarikan sebuah vihara tua di dusun untuk ditinggali Guo Lou-jiang, hanya mengajarinya melafal sepatah “Namo Amituofo”, jika sudah lelah maka beristirahat, selesai beristirahat maka lanjutkan lagi melafal, apapun jangan dirisaukan, apapun jangan dipedulikan, hanya melafal sepatah Amituofo, kelak pasti ada hasilnya.
Guo Lou-jiang amat tulus, benar-benar menuruti kata gurunya, dia melafal Amituofo hingga tiga, empat tahun kemudian, ketrampilan melatih dirinya telah berhasil, terlebih dulu mengetahui waktunya terlahir ke Alam Sukhavati, wafat dalam posisi berdiri. Setelah wafat masih berdiri di sana selama dua, tiga hari, menanti kedatangan Master Di Xian untuk mengurus perabuannya. Dia sungguh telah melepaskan semua kemelekatan, ini adalah orang yang tulus.
Maka itu, dia tidak perlu mempelajari teori tetapi dapat memperoleh keberhasilan. Tetapi bagi sebagian praktisi, ini tidak mungkin, sebagian orang khayalannya masih sangat banyak, kekhawatirannya juga sangat banyak. Praktisi begini harus jelas akan teori dulu, memahami kebenaran, melenyapkan keraguan dan membangkitkan keyakinan, perlahan barulah belajar untuk menjadi orang yang tulus.
Maka itu, coba kita pikirkan, adakah orang yang seperti Guo Lou-jiang yang begitu tulus? Andaikata tidak tulus maka harus terlebih dulu mempelajari teori dan menanam landasan yang kuat, menuruti kebenaran yang tertera dalam ajaran sutra, dan melatihnya dengan tekun, barulah dapat menggenggam kesempatan terlahir ke Alam Sukhavati.