Tanya Jawab 24
Tanya Jawab 01-50
👁 1 View2017-09-20 08:25:30
Umat Bertanya :
Belajar Buddha Dharma harus mencapai “kondisi batin tiada kehendak lagi”, apakah dengan “kondisi batin tanpa kehendak lagi” maka kita tidak perlu berusaha lagi dalam menjalani karir kita?
Master Chin Kung Menjawab :
Kalangan Buddhisme membahas tentang “kondisi batin tanpa kehendak lagi”, bukanlah maksudnya semua pekerjaan tidak perlu dilakukan lagi, ini adalah kesalahan. Seperti yang kita bahas tentang “melepaskan”, sebagian orang telah salah paham, sehingga melepaskan pekerjaannya dan tidak melakukan apa-apa lagi, sekarang tidak memiliki uang, biaya hidup jadi masalah, ini semua adalah salah mengartikan maknanya. Buddha dan Bodhisattva mengajarkan kita untuk melepaskan adalah melepaskan kepentingan diri sendiri, melepaskan hati yang menginginkan ketenaran dan keuntungan, bukan artinya melepaskan tugas dan kewajiban.
Makna dari “tiada kehendak” adalah tiada hati khayal dan hanya ada hati yang sesungguhnya, tiada pikiran jahat dan hanya ada pikiran baik, bukan artinya sampai hati sejati dan pikiran baik juga tidak ada, maka ini menjadi manusia kayu, ini adalah kesalahan. Di dalam sutra Mahayana di jelaskan tentang “tidak kehendak”, adalah menunjuk pada makna tiada hati khayal, yang juga adalah tiada hati khayal, tiada hati perbedaan dan tiada hati yang melekat. Sedangkan pikiran yang tulus, pikiran suci, pikiran seimbang, pikiran benar, pikiran maitri karuna, ini adalah pikiran yang sesungguhnya, hati ini seharusnya ada, sedangkan yang bertentangan dengan lima jenis pikiran ini harus ditiadakan.
Kita menyelesaikan pekerjaan dengan kesungguhan hati, tak peduli bekerja di bidang mana maupun di jabatan mana, adalah merupakan karir Bodhisattva. Buddha dan Bodhisattva adalah “belajar menjadi guru manusia, bertindak sebagai teladan dunia”, menjadi contoh yang baik bagi semua makhluk, antara sesama rekan kerja, kita dapat memberi teladan yang baik buat mereka. Umpamanya, usaha yang sedang anda kelola, harus dijalankan dengan pikiran tulus dan jujur, memberi manfaat bagi semua makhluk, takkan demi keuntungan semata maka melukai makhluk lain. Seorang pedagang jelmaan Bodhisattva akan senantiasa menjalankan bisnisnya dengan jujur, jika hanya memikirkan keuntungan semata, maka harus menggunakan kejujuran untuk meraup keuntungan, pasti takkan kurang keuntungannya. Jika dengan perbuatan jahat, dengan cara menipu untuk mengambil keuntungan dari orang lain, maka apa yang dia peroleh adalah memang ada dalam garis hidupnya, “apa yang diterima sekarang adalah telah digariskan sebelumnya”, maka itu tidak perlu menggunakan cara menipu untuk memperoleh keuntungan.