Tanya Jawab 40
Tanya Jawab 01-50
👁 1 View2017-09-20 08:22:50
Umat Bertanya :
Di Taiwan ada seorang Upasaka yang menjadi pemimpin kebaktian pelafalan Amituofo, tetapi ketika menjelang ajalnya dia malah berubah menjadi tidak suka mendengar nama Buddha, dan mengusir semua orang yang datang membantunya melafal Amituofo. Saya ingin bertanya bagaimana cara mencegah terjadinya rintangan sedemikian?
Master Chin Kung Menjawab :
Walaupun sepanjang hidupnya dia melafal Amituofo, tetapi terhadap dunia ini masih timbul kemelekatan, tidak dapat merelakan sanak keluarganya dan harta benda, maka itu saat menjelang ajal jadi takut mati. Kita harus meningkatkan mawas diri, dalam keseharian harus memandang kematian dengan hambar, demikian juga dengan jalinan jodoh duniawi juga harus dipandang dengan hambar, jangan melekat padanya, karena segala sesuatu di dunia ini adalah palsu.
Ketika seseorang menjelang usia tua maka segera terpikir akan menghadapi kematiannya, bagaimana mengurus urusan pemakamannya, jika pikiran sedemikian juga dapat dilepaskan, maka waktu meninggal juga akan sangat bebas, ketrampilan melafal Amituofo juga akan berhasil.
Menceramahkan Dharma juga bukan hal yang nyata, jangan menganggapnya sebagai sesuatu yang luar biasa, maka itu segalanya harus dilepaskan, barulah akan memperoleh pembebasan.
Buddha mengajarkan kita untuk senantiasa menuruti jodoh, tidak memaksakan kehendak. Menuruti jodoh adalah menuruti kehendak para makhluk, jika ada kesempatan, maka kita mengerahkan segenap kemampuan kita untuk mengerjakannya; jika sebaliknya tidak ada kesempatan, sampai niat pikiran pun tidak timbul, betapa bebasnya!
Manusia jaman sekarang jika tidak memiliki kesempatan maka harus menciptakan kesempatan, inilah yang disebut melawan jodoh; Buddha mengajarkan kita untuk menuruti jodoh, menuruti apa yang sudah ada, jangan menambah kehendak sendiri di dalamnya, ini barulah disebut menuruti jodoh!
Dalam melaksanakan kebaktian bersama, yang terpenting adalah “enam keharmonisan”, salah satunya adalah “pandangan dan pemahaman yang sama”; dengan istilah sekarang adalah sahabat melatih diri yang satu aliran. Kita melakukan kebaktian bersama, memiliki satu arah, tujuan, prinsip, pandangan dan pemikiran yang sama, barulah dapat disebut organisasi yang memiliki enam keharmonisan.
Sebuah organisasi kecil sekitar 4 atau 5 anggota, jika setiap anggotanya memiliki pemikiran dan pandangan yang berbeda-beda, maka organisasi ini tidak dapat disebut organisasi yang memiliki enam keharmonisan.
Bagaimana cara menwujudkan kesepakatan? Lepaskan semua prasangka maka kesepakatan akan diperoleh; jika tetap memaksakan pemikiran dan pandangan sendiri maka takkan ada kesepakatan.
Lima perbuatan jahat yang berat akan jatuh ke neraka Avici, dari lima perbuatan jahat yang berat, salah satunya adalah memecah belah Sangha, yakni yang memecah belah enam keharmonisan. Jika kita tetap memaksakan kehendak kita, pemikiran dan keputusan kita, ini telah merusak “pandangan dan pemahaman yang sama”, jika kita melakukan dosa ini maka kelak setelah mati jatuh ke neraka Avici. Maka itu, harus mawas diri dan membaca sutra.
Mengapa kita tidak bisa melepaskan kemelekatan? Karena tidak mengerti kebenaran. Jika anda telah mengerti kebenaran maka dengan sendirinya dapat melepaskan kemelekatan. Apapun yang anda katakan saya setuju saja, tidak ada yang tidak bagus, asalkan tidak merintangi umat melatih diri.
Kita harus belajar apa yang diamalkan oleh para Buddha yakni “menuruti para makhluk, turut bersukacita atas kebajikan yang dilakukan insan lain”, tidak ada kehendak sendiri. Kehendak orang banyak, kita dapat mengamatinya dengan jelas, semua ini adalah khayalan, kemelekatan, harus pelan-pelan membantu agar dia dapat tercerahkan.