Tanya Jawab 67
Tanya Jawab 51-100
👁 1 View2017-09-18 14:32:19
Umat Bertanya :
Pernikahan yang tidak direstui ayahbunda, apa yang harus dilakukan oleh kedua mempelai? Apakah sebagai anak harus mengikuti keinginan ayahbunda barulah disebut berbakti?
Master Chin Kung Menjawab :
Dalam hal berbakti masyarakat Tiongkok menitikberatkan pada kata “menuruti”, tetapi mematuhi itu bukan berdasarkan perasaan, tetapi menuruti pada kebajikan, jangan sampai salah paham. Masa kini banyak ayahbunda menginginkan anaknya jadi pejabat besar, kaya raya, sehingga diri sendiri bisa menikmati kesenangan; andaikata putra putri mengikuti keinginan ayahbundanya, maka ini telah salah. Maka itu, “menuruti” adalah menuruti kebajikan, bukan malah menuruti kerisauan, bukan malah menuruti tuntutan yang tidak beralasan.
Dalam teladan bakti di Tiongkok, yang terunggul adalah Kaisar Shun, ayah dan ibu tiri Shun serta adik tirinya bukanlah orang berhati baik, selalu berniat mencelakai nyawa Shun. Andaikata Kaisar Shun berbakti dan penurut maka bukankah lebih baik mati saja karena dengan mati barulah berbakti, tetapi ini adalah kesalahan besar, malah menciptakan kesalahan terbesar pada ayahbunda. Bakti Shun adalah menuruti pada kebajikan, dia tahu bahwa ayahbundanya mempunyai pemikiran salah, maka itu dengan menggunakan kebijaksanaan yang tinggi serta upaya kausalya, sehingga ayahbunda serta adiknya dapat tercerahkan, memperbaiki diri ke jalan yang benar, ini barulah bakti terbesar.
Hari ini putra putri ingin menikah, haruslah mengingatkan mereka di mana tujuan dari pernikahan yang sesungguhnya? Jika hanya demi dua orang saling mencintai, maka ikatan pernikahan ini amat lemah, karena jika sampai rasa cinta itu hilang maka celakalah, usia pernikahannya juga segera berakhir, kini angka perceraian di masyarakat amat tinggi, ini dikarenakan tujuan pernikahan yang salah. Tujuan dari pernikahan haruslah memiliki harapan yang sama, tujuan hidup yang sama, dengan demikian barulah dapat langgeng. Apa yang disebut dengan pasangan melatih diri adalah yang memiliki minat yang sama dan tekad yang sejalan, barulah pernikahan dapat berlangsung langgeng.
Ini adalah sebuah etika moral dan hanya mereka yang telah belajar ajaran orang suci barulah dapat menjadi insan yang beretika moral. Jalinan pernikahan adalah perpaduan dari etika moral, orang suci akan memujinya, tetapi pada jaman sekarang mana ada orang yang mengajarinya, siapa yang memahami tentang etika moral? Suku kata “etika moral”, sebagian orang bisa melafalnya keluar, tetapi tidak mengetahui maknanya. Di dalam “Kitab Tiga Aksara” tertera bahwa : “Manusia yang tidak belajar, tidak mengenal etika moral”. Harus mempelajari ajaran para bijaksana terdahulu, ini adalah kebijaksanaan yang sesungguhnya, kumpulan pengalaman selama ribuan bahkan puluhan ribu tahun, merupakan sebuah jalan besar yang kuat. Tetapi sayangnya orang sekarang tidak sudi mempelajarinya, kini kami telah mengerti, maka itu harus giat mempelajarinya.
Dalam menunaikan bakti, di dalam dunia ini sungguh sulit. Maka itu, jika anda berharap pernikahan anak anda dapat sempurna, maka harus mengingatkannya, jangan menggunakan perasaan cinta emosional, tetapi harus demi masa depan, karir, dan dapat berhasil menemukan teman melatih diri, dapat bersama-sama membantu orang lain, perpaduan ini akan lebih bagus.