Sariputta | Gelas Yang Pecah Sariputta

Gelas Yang Pecah

Ajahn Chah

👁 1 View
2018-05-03 10:36:05

Aku mungkin saja sanggup berkata “Jangan pecahkan gelasku!” Namun aku tak akan mampu mencegah benda yang bisa pecah itu menjadi tidak pecah. Jika gelas itu tidak pecah sekarang, bisa saja akan pecah suatu saat nanti, entah kapan.

Jika aku tak membuatnya pecah, kemungkinan orang lain akan memecahkannya walaupun secara tak sengaja.

Bila orang lain tidak memecahkannya, bisa jadi hewan peliharaan seperti; kucing, anjing bahkan ayam itu akan memecahkannya, ataupun tertiup angin itu juga kemungkinan.

Sang Buddha mengajarkan untuk menerima hal ini. Dia memahami segala sesuatu seperti melihat bahwa gelas ini sudah pecah. Kapanpun aku mengambil gelas tersebut, menuangkan air ke dalamnya, minum dari gelas tersebut, dan meletakkannya, Beliau memberitahuku untuk melihat gelas tersebut sudah pecah.

Dapatkah Anda memahaminya?

Pemahaman Sang Buddha adalah sebagai berikut;
Dia melihat gelas pecah di dalam gelas yang tak pecah. Kembangkan cara berpikir ini. Pakailah gelas tersebut, jagalah. Namun jika suatu hari gelas tersebut tergelincir dari tanganku,

Brakkk, lalu pecah!!!

Tidak masalah?
Karena aku melihatnya sebagai gelas pecah sebelum ia pecah.

Akan tetapi pada umumnya orang berkata, “Saya sudah merawat dan menjaga dengan baik gelas ini. Tidak akan membiarkan siapapun akan memecahkannya.” Kemudian tanpa di sengaja seekor anjing memecahkannya, dan perasaan jengkel bahkan benci akan timbul pada anjing tersebut.

Bagaimana jika saudara, sahabat ataupun anak yang memecahkannya yang sebenarnya tanpa di sengaja mereka melakukannya, apakah aku juga harus membenci mereka?
Apakah aku membenci siapa pun yang memecahkannya?

Karena aku membendung diriku sehingga air tidak dapat mengalir. Aku telah membuat suatu bendungan tetapi tanpa saluran pembuangan. Satu-satunya hal yang bisa di lakukan oleh bendungan tersebut adalah meledak, bukan?

Ketika aku membuat sebuah bendungan, aku juga harus membuat saluran pembuangan pula. Ketika air naik, hingga ke tingkat tertentu, air tersebut dapat mengalir keluar melalui saluran pembuangan. Aku harus memiliki sebuah saluran pembuangan seperti ini.

Memahami ketidak-kekalan tentang ‘gelas’/ apa yang aku miliki dan belajar menerapkan ‘saluran pembuangan’/keikhlasan dari Sang Buddha. Dan ketika aku memandang segala sesuatu dengan cara ini, semoga aku akan mencapai kedamaian. Itulah praktik Dhamma.

Salam Metta 
Semoga Semua Makhluk Berbahagia

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com