Meluhurkan Pikiran
Bhikkhu Sri Pannavaro Dayaka Mahathera
👁 1 View2017-09-17 19:59:28
“Anūpavādo anūpaghāto” - tidak menghina, tidak menyakiti —mempunyai samvara, mengendalikan diri, berhati -hati dalam makanan, waspada dalam pergaulan dan memilih tempat tinggal, itulah Dhamma yang akan memberikan ketentraman dan kebahagiaan sekarang; Saudara tidak perlu menunggu hasilnya berpuluh-puluh, beratus-ratus kehidupan kemudian. Ayurarogya sampatti - manfaat hidup sehat baik mental maupun fisik adalah manfaat Dhamma sekarang.
Dittha dhammika payojana Dhamma - usia yang sehat, kesehatan yang prima. Sehat mental dan fisik. Ayurarogya sampatti itulah dittha dhammika payojana dhamma. Oleh karena itu, buanglah persepsi, buanglah pandangan kalau Saudara masih mempunyai pandangan bahwa praktik Dhamma atau menjalani Dhamma itu sulit; karena pada saat Saudara menjalani Dhamma, pada saat itu Saudara telah memperoleh manfaat. Dengan pengendalian diri, dengan sila, Saudara akan memuliakan kehidupan Saudara sekarang, dan Saudara akan memberi kemuliaan pada semua makhluk dan orang banyak sekarang.
Adhicitt e ca āyogo adalah meluhurkan pikiran. Adhicitte - pikiran yang luhur, ca āyogo - melakukan usaha keras untuk meluhurkan pikiran (sacittapariyodapanam) - sampai pikiran kita menjadi bebas dari kotoran batin. Seandainya Saudara masih belum mampu membebaskan pikiran Saudara dari kilesa, dari kotoran batin; namun Saudara sudah berusaha dengan kesungguhan— dan terus berusaha—untuk membersihkan pikiran, maka setelah kematian Saudara akan dilahirkan di alam-alam yang lebih baik, alam yang kondusif untuk praktik Dhamma yang lebih mendalam dan lebih luas.
Meluhurkan pikiran adalah puncak dari kebajikan. Banyak cara untuk berbuat bajik, tetapi meluhurkan atau membersihkan pikiran adalah puncak dari kebajikan. Hari ini kita akan memulai satu proyek yang intinya akan menjadi sarana untuk membantu bagaimana meluhurkan pikiran dengan bermeditasi dan saya melihat banyak sekali yang berpatisipasi dengan memberikan bantuan. Ada yang berdana uang, ada yang berdana tanah, ada yang berdana bahan bangunan, ada yang berdana tenaga. Saya ingin mengajak Saudara—bukan meminta—mengajak Saudara untuk menanam kebajikan. Bukan persoalan seberapa besar, yang ratusan juta dengan yang sekedar seribu dua ribu rupiah tidak berbeda kalau Saudara berdana dengan tujuan untuk membersihkan pikiran.