Sariputta | Membersihkan Kotoran-Kotoran Pikiran Sariputta

Membersihkan Kotoran-Kotoran Pikiran

Bhikkhu Sri Pannavaro Dayaka Mahathera

👁 1 View
2017-09-22 03:10:02

Bagaimana cara nya membersihkan kotoran-kotoran batin, bhante?

Caranya tak lain adalah berdana, peduli pada mereka yang menderita, mengendalikan perilaku, meditasinya dilanjutkan – tidak hanya untuk mencari ketenangan, keheningan, kenyamanan, tetapi lebih dari itu yaitu agar kesadaran kita menjadi lebih tajam. Bila suatu saat pikiran kita sedang bosan, apa yang harus kita lakukan bhante? Kalau cara yang biasa ya pergi minum, ke restoran bareng teman-teman atau malah membaca paritta keras-keras. Namun sebenarnya cara yang paling baik menurut meditasi, ya diperhatikan saja. Oh pikiran ku lagi ngambek. Diperhatikan saja, diamat-amati saja, nati juga akan hilang sendirinya. Kita semua pernah mengalami situasi yang menjengkelkan, membosankan, menjemukan. Kita bisa mengalihkannya dengan berbagai macam cara. Nah sekarang kita mengatasi kebosanan kita dengan memperhatikannya menggunakan kesadaran. Kesadaran itulah meditasi lanjutan. Menggunakan kesadaran itulah kita bermeditasi. Tidak hanya enjoy dengan keheningan, kenyamanan, ketenangan.

Apa bisa bhante, untuk mengatasi itu kita duduk diam penuh kesadaran, terus kalau waktu digunakan apakah kesadaran akan habis bhante?

Oh kesadaran akan tumbuh lagi. Untuk itulah kesadaran harus diasah. Sekarang kita meditasi, seminggu kemudian baru meditasi lagi. Sehari-hari kesadarannya tidak dipakai dan akhirnya hilang. Apa lagi meditasi umat Buddha ini. Setahun sekali meditasi umat Buddha yang tepat waktu sampai detik-detiknya hanya pas meditasi menyembut detik-detik Waisak. Kesadaran ini tidak akan berkurang saudara-saudara. Sehari-hari dipakai malah akan bertambah dan bertambah. Kalau kekotoran batin diamati, bisa berkurang. Rasa bosan diamati, kebencian diamati, kemarahan diamati, akhirnya kekotoran batin berkurang. Rasa bosan diamati, kebencian diamati, kemarahan diamati, akhirnya kekotoran batin berkurang. Kalau kita buru-buru ke altar ke hadapan Sang Buddha, memang hilang dendamnya, tetapi itu hanya ditekan, di press, hilang di permukaan saja. Atau apabila kita menyetel video, baca paritta keras-keras, atau malah keluar pergi ke restoran makan-makan. Intinya tidak membuat diri kita samapi membalas orang lain, tetapi dendam ini hanya ditekan saja. Entah itu dengan iman, dengan keyakinan, paritta, doa, dendam atau kebencian itu di press. Apakah itu bagus? Oh bagus tapi tidak menyelesaikan masalah. Fondasi dendam itu tidak berkurang, hanya ditekan. Kalau menggunakan cara vipassana, dendam muncul di pikiran, saya tidak mau ingat-ingat tapi kok tiba-tiba muncul, munculnya di vihara lagi, apa tidak takut dendam saya ini dengan Buddha? Oh si dendam itu tidak takut. Nah kita cukup sadari; oh pikiran ku lagi teringat dia, itu akan mengurangi kotoran, tidak melekat apda kotoran, tidak menyembunyikan kotoran, tapi kotoran akan berkurang.

Menguranginya bagaimana bhante?

Yah di amati saja. Nah batin yang bersih itulah yang patut disebut sebagai visudhi deva – lebih dari sekedar mahluk dewa. Jadi saudara jangan marah kepada diri sendiri kalau-kalau suatu saat timbul nafsu seksual, ingin makan, ingin mencuri, ingin merampok, itu tandanya Anda benci pada diri Anda sendiri, marah pada diri sendiri. Lalu bagaimana bhante? Yah dibiarkan saja dan cukup disadari. Jangan takut pada kekotoran itu muncul. Takutlah kalau Anda sendiri tidak menyadarinya, karena dengan tidak menyadari itulah bisa-bisa menjadi karma pikiran, perbuatan, dan ucapan. Kalau ada kesempatan dan niat jadilah perbuatan buruk. Nah sekarang kalau pikiran kotor itu muncul, tidak usah marah, tidak usah malu, siapa yang bisa baca pikiran Saudara? Tidak ada, jangan marah, jangan malu, under – estimate. Saya ini banyak lemahnya – tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Cukup mengetahui saja, disadari saja; apa sebabnya, dianalisa. Meditasi hanya memperhatikan dan dengan kekuatan perhatian itulah maka gejolak itu akan tenggelam. Anda bersihkan mental Anda. Di Buddhis menyesal tidak ada artinya. Perbuatan buruk di hadapan Buddha. Oh ampunilah saya Sang Buddha, saya akan namaskara 100 kali. Semua itu akan percuma.

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com