Mengapa ada umat Buddha dari aliran tertentu makan daging sedangkan dari aliran lainnya vegetarian?
Bhikshuni Thubten Chodron
👁 1 View2017-10-10 21:24:37
Pada awalnya, mungkin agak membingungkan bahwa kaum Theravada makan daging, orang Tiong hoa Mahayana tidak, dan orang Tibet yang mempraktikan Vajrayana juga makan daging.
Perbedaan dalam praktik ini tergantung kepada perbedaan penekanan pada masing-masing aliran.
Penekanan pada ajaran Theravada melenyapkan kemelekatan pada obyek-obyek indra dan untuk menghentikan pikiran yang tidak seimbang yang berkata, "Saya suka yang ini dan tidak yang itu".
Dengan demikian, ketika biksu-biksunya pergi keluar mencari derma, mereka menerima dengan tenang dan rasa terimakasih - apa pun yang diberikan, daging atau bukan.
Tidak hanya akan menyinggung perasaan orang yang memberi tetapi juga akan merusak latihan biksu itu sendiri dan menambah kemelekatan, jika ia berkata, "Saya tidak boleh memakan daging, jadi berilah saya sayur-sayuran yang segar."
Dengan demikian, sepanjang daging itu datang bukan karena dipesan olehnya, serta tidak melihat, mendengar, atau curiga bahwa binatang itu dibunuh untuknya, biksu itu diperkenankan memakannya. Tetapi, akan lebih bijaksana jika mereka yang memberikan derma ingat bahwa premis dasar dari Ajaran Buddha adalah tidak menyakiti makhluk lain, dan mau memilih apa yang akan dipersembahkan secara tepat.
Berpijak pada landasan ketidakmelekatan, belas kasih bagi makhluk lain sangat ditonjolkan, khususnya dalam tradisi Mahayana. Dengan demikian, bagi mereka yang mengikuti ajaran ini, dinasihatkan untuk tidak memakan daging - supaya tidak menimbulkan penderitaan bagi makhluk lain dan untuk mencegah orang menjadi tukang jagal.
Selain itu juga, karena getaran yang ditimbulkan daging dapat menghalangi seorang siswa biasa dalam mengembangkan belas kasih.
Jalan Tantra atau Vajrayana mempunyai empat kelas.
Di kelas bawah, kebersihan dan kesucian sebelah luar ditekankan sebagai teknik bagi praktisi untuk menumbuhkan kesucian sebelah dalam dari pikiran. Jadi praktisi ini tidak memakan daging, yang dianggap tidak bersih.
Sebaliknya, dalam Tantra-yoga tertinggi, berlandaskan pada ketidakmelekatan dan belas kasih, praktisi yang memenuhi syarat melaksanakan meditasi dengan mengambil obyek sistem urat syaraf yang sangat halus, dan untuk itu, unsur-unsur jasmaniah yang kuat sangat dibutuhkan.
Dengan demikian, daging bahkan dianjurkan bagi orang seperti ini.
Pada tingkat ini juga ditekankan tranformasi obyek dengan meditasi atas ketanpa-intian. Tapi, ia karena meditasi yang mendalam, tidak makan daging dengan serakah bagi kepentingannya dirinya sendiri.
Di Tibet, terdapat faktor tambahan untuk dipertimbangkan: berkenaan dengan tempat yang sangat dingin dan iklim yang kejam, terdapat sedikit sekali yang bisa dimakan selain gandum tanah, produk-produk susu, dan daging. Untuk bertahan hidup, rakyat di sana mesti makan daging.
Yang Mulia Dalai Lama telah mendorong rakyat Tibet dalam pengasingan, yang sekarang tinggal di negeri-negeri yang penuh sayur mayur dan buah-buahan, untuk menahan diri sedapat mungkin dari memakan daging.
Juga, jika seorang siswa mempunyai masalah berat dengan kesehatannya yang mengharuskannya makan daging, maka sang guru mungkin akan mengijinkannya.
Dengan demikian setiap orang mesti memeriksakan tingkat latihannya serta kemampuan tubuhnya, dan makanlah dengan bijaksana.
Adanya beragam doktrin Buddhis itu, akhirnya menjadi bukti kesanggupan Buddha dalam menuntun orang berdasarkan watak dan kebutuhannya. Sungguh sangat penting untuk tidak terpecah dalam sekte-sekte, melainkan mesti menghargai semua tradisi beserta praktisinya.