Retret Mengisolasi Diri Untuk Meningkatkan Meditasi
Yongey Mingyur Rinpoche
👁 1 View2017-09-17 22:48:17
Yongey Mingyur Rinpoceh adalah seorang master dari tradisi Tibetan Karma Kagyu dan Nyingma. Lahir tahun 1975, putra dari seorang guru meditasi ternama Tulku Uryen Rinpoche, Mingyur Rinpoche ditahbis oleh Tai Situ Rinpoche pada usia 23 dan mendapatkan sejumlah transmisi penting, termasuk transmisi Dzogchen dari Esensi Dasar Kesempurnaan Agung dari Nyoshul Khen Rinpoche. Mingyur Rinpoche mengajar berkeliling dunia dengan minat khusus pada hubungan antara Buddhisme dan neurosains. Mingyur Rinpoche saat ini menjadi kepala di sejumlah monasteri dan komunitas meditasi, yang paling terkenal adalah Sherab Ling Monastery dan Tergar.
Pada awal Juni 2011, Mingyur Rinpoche melakukan retret isolasi diri intensif di Himalaya hingga November 2015. Mingyur Rinpoche akan memberikan ceramah umum dan workshop meditasi di Surabaya dan Jakarta mulai Rabu (12/10) hingga Rabu (19/10). Berikut ini adalah wawancara Buddhistdoor Global dengan Mingyur Rinpoche saat melakukan tur di Hongkong pada September 2016 lalu.
Terima kasih telah bergabung dengan kami, Rinpoche. Sebagai awal, dapatkah Anda sampaikan kepada kami tentang pengalaman unik Anda selama retret intensif lalu? Apakah ada hasil yang bisa dikatakan sebagai sebuah lompatan dalam praktik Anda, dan jika iya, apakah itu akan berpengaruh pada ajaran Anda?
Ada dua hal yang saya pelajari. Pertama, retret ini sangat meningkatkan meditasi saya. Tujuan dari retret ini adalah untuk meningkatkan meditasi. Kedua, saya menjadi mengerti banyak hal tentang kehidupan. Saya lahir di keluarga yang baik dan saya diidentifikasi sebagai Rinpoche. Saya punya banyak teman dan murid. Saya adalah seorang pangeran Dharma, sehingga saya tidak pernah keluar dan berada di jalan lebih dari satu jam. Retret penyunyian saya membawa saya pada sejumlah penemuan besar. Saya sebelumnya naif. Itu seperti sebuah misi penebusan karma: tanpa uang, tanpa rumah, tanpa teman, tanpa dukungan, tanpa apa pun. Hanya saya, sendiri.
Saya kemudian sakit dan karena saya meminta-minta makanan. Saya hampir mati. Tapi pengalaman tersebut benar-benar bermanfaat bagi saya, itu dalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidup saya. Tubuh saya lumpuh, saya tidak bisa melihat dan mendengar, dan saya mengalami kondisi itu sekitar 6-7 jam. Setelah itu, saya bangun dan merasa segala sesuatu adalah rumah saya. Sebelumnya saya merasa jalan bukanlah rumah saya dan saya malu tinggal di sana, “Ini bukan rumah saya, ini bukan milik saya; di sini kotor dan ada anjing.” Tapi setelahnya jalan menjadi rumah saya. Sebuah tembok tua yang retak melihat saya dengan lembut, itulah rumah saya. Pohon, angin, sinar matahari –segalanya. Saya banyak belajar tentang rasa syukur dan rasa menghargai.
Saya akan menceritakan contoh yang lain. Setelah pengalaman hampir mati, saya pergi ke gunung dan masak untuk diri sendiri. Sebelumnya orang-orang selalu memasak buat saya atau monasteri yang menyediakan makanan. Tapi saat ini saya harus membuat api. Tak ada kompor gas atau kompor listrik. Saya punya sebuah korek api. Untuk masa-masa awal, saya tidak bisa membuat api, tapi sekali bisa membuat api saya langsung memasak. Yang pertama adalah memasak air. Butuh waktu dua jam! Dan ketika saya meminumnya, air rasanya seperti uap. Saya merasa pusing dan berkunang-kunang. Setelah itu saya bisa memasak air hanya dalam 15 menit.
Saat musim panas, saya pergi ke gunung Himalaya, dan setiap tahun selama retret saya pergi ke sejumlah gunung. Saat musim salju sangat dingin dan saat ada salju ketika Anda di sebuah goa, Anda akan terjebak dan tak bisa ke mana-mana. Di musim salju, saya turun ke perbatasan Nepal-India yang biasanya banjir. Ada banyak tempat di mana saya bisa mendapatkan makanan gratis, misalnya di ashram (monasteri Hindu). Saya kadang bisa mendapatkan penginapan gratis atau tinggal di jalan. Saya juga tidak tinggal di satu tempat untuk waktu yang lama.
Jadi, setelah kembali (dari retret), apa yang berubah pada ajaran saya? Apa yang saya ajarkan berasal dari silsilah 2500 tahun. Makna dari ajaran tak pernah berubah. Sama saja, tapi ada penekanan yang beda. Sekarang saya menekankan pada tiga hal: pengalaman, penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan teknik meditasi untuk karakter orang yang berbeda-beda.
Kita hidup dalam masyarakat yang ramai dan sibuk, dan kita berhadapan dengan berbagai gangguan dan tanggung jawab setiap hari. Tidak banyak orang yang berkesempatan tau memiliki waktu tuntuk pergi retret dalam jangka waktu lama. Apakah Anda punya nasihat untuk orang-orang seperti ini?
Kita tidak perlu mencari masalah karena hidup kita sudah penuh masalah. Masalah itu gratis! Tapi kita punya kesempatan sangat baik untuk belajar dari masalah dan hambatan kita. Kita dapat melampaui lingkaran normal dan berterima kasih kepada masalah kita. Secara normal, kita memiliki sebuah lingkaran kecil dengan kebiasaan kita, dan jika kita tinggal di sana, kita tidak akan bisa berkembang. Kita harus mengambil risiko, karena walaupun kita tidak mencari hambatan, hambatan akan datang pada kita. Kita harus menggunakannya sebagai guru. Jadi, tanpa kesalahan, tidak akan ada keberhasilan.
Tapi mengulangi kesalahan, bukanlah keberhasilan! Kita harus belajar dari kesalahan. Jika Anda menyerah pada masalah, kesalahan, apa pun –mereka akan kembali lagi dan lagi. Tapi jika Anda membuatnya sebagai proses latihan, untuk berkembang, masalah atau gangguan akan menjadi guru yang baik.
Jadi bagaimana cara mendapatkan kedamaian dalam hidup? Padahal banyak sekali tekanan dan kompetisi. Normalnya, kita perlu menemukan keseimbangan, tapi Anda dapat mendapatkan kedamaian sejati meskipun dalam situasi penuh tekanan, karena tekanan adalah sebuah bentuk pikiran. Bahkan jika seseorang menodongkan senjata kepada Anda, kendali pikiran tetap ada pada Anda meskipun senjata tersebut bisa saja merusak tubuh Anda. Tentu saja ini sangat berbahaya dan saya tidak mengatakan Anda bisa menikmati situasi seperti ini. Anda harus berusaha untuk kabur, tapi apakah Anda masih bisa hidup atau meninggal dengan damai, itu terserah Anda.
Bagaimana cara meraih keseimbangan? Kita harus mengubah keyakinan kita, kita memerlukan sejumlah pengalaman tentang kedamaian dan kita harus berkompromi dengan kebiasaan sehari-hari. Kita harus percaya pada kebaikan dasar kita –kita semua memiliki banyak kualitas baik, kata para ilmuwan, dan kita mengabaikan sebagian besar kualitas-kualitas baik kita dan membesar-besarkan sedikit kualitas negatif kita. Kedamaian dan kebahagiaan ada dalam diri kita, berada bersama dengan hal-hal lain: kebijaksanaan, keterampilan, kemampuan, tenaga, cinta, welas asih. Anda lebih cerdas daripada yang Anda kira. Anda memiliki kemampuan lebih daripada yang Anda pikir. Jadi, percayalah pada diri Anda sendiri.
Pada level otak, kita butuh keyakinan; pada level hati, kita butuh pengalaman dengan cara meditasi. Sebuah teknik sederhana adalah dengan menyadari napas Anda. Cukup sadari napas. Pikiran Anda perhatikan dan rasakan napas –masuk, keluar, masuk, keluar. Mungkin timbul bermacam-macam pikiran, tak masalah. Anda tidak perlu menghalangi pikiran-pikiran tersebut. Beberapa orang berpikir meditasi adalah tidak memikirkan apa pun. Biarkan pikiran datang dan pergi, yang penting jangan lupa bernapas!
Pada akhirnya, Anda harus menerapkan meditasi ini dan keyakinan ini di kehidupan sehari-hari. Berusahalah untuk percaya! Berusahalah untuk meditasi! Coba lagi dan lagi! Anda dapat meditasi di mana pun dan kapan pun. Anda mungkin perlu melakukan sejumlah latihan, dan tidur adalah penting. Saya mendengar banyak orang Hongkong tidur sangat telat, dan istirahat mereka tidak bagus sehingga pada pagi hari menjadi stres dan tegang. Jadi, berusahalah tidur lebih cepat. Jika Anda melakukan hal-hal ini, Anda dapat memiliki kedamaian di kehidupan yang penuh tekanan.
Sering kita melakukan latihan spiritual dengan berat, tapi kita lupa bahwa tubuh perlu menciptakan landasan yang kuat untuk melakukan latihan-latihan tersebut.
Ya, Buddha berbicara tentang betapa berharganya hidup sebagai manusia, tubuh kita sangat berharga. Jadi, kita juga harus menghormati dan menjaga tubuh kita. Sekali lagi, kita perlu keseimbangan. Jadi, berusahalah semampu Anda, percaya pada diri sendiri, jaga diri, dan bermeditasi. Pikiran Anda jangan terlalu dibebani akan hasil yang akan dicapai. Beberapa hari mungkin kita akan sakit, beberapa hari mungkin ada banyak hambatan… Kita mungkin tidak akan meraih apa yang kita inginkan, tapi itulah hidup. Buddha mengatakan bahwa hidup adalah penderitaan, betul? Ajaran pertama yang Beliau berikan, “Para bhikkhu, hidup adalah penderitaan.” Jadi, Beliau memberikan berita buruk di awal! Tapi dengan mengetahui bahwa hidup adalah penderitaan adalah sebuah berita bagus, karena dengan tidak mengetahui bahwa hidup adalah penderitaan akan membawa kita pada banyak pengharapan dan patah hati. Semua penderitaan kita datang dari pengharapan yang tidak realistis.
Mari kita berbicara tentang penyunyian. Sekarang ini kita terobsesi akan hubungan kita dengan orang lain –social media dan smartphone kita, teman dan rekan, dan masyarakat. Kita jarang memiliki waktu untuk duduk dengan diri kita sendiri. Dapatkah Anda ceritakan pengalaman Anda saat penyunyian?
Jika kita dapat bersama dengan diri kita sendiri, itu adalah sumber pembebasan. Kadang kita merasa kesepian, sehingga kita tidak dapat bersama dengan diri kita sendiri, dan pikiran kita selalu “di luar” dan tidak “di sini”, atau melompat dari masa lalu dan masa depan, tidak berada pada saat ini. Penyunyian berarti kita rileks dengan keberadaan diri kita sendiri. Jika Anda melakukan sesuatu atau membuat sebuah keputusan, Anda harus rileks. Bahkan jika Anda mempunyai ide bagus, tapi jika pikiran Anda tegang dan berlari sana-sini ke semua detail, Anda akan kehilangan gambaran lebih besar. Jadi, dalam penyunyian dari waktu ke waktu untuk memanifestasikan kebaikan internal kita. Walaupun mungkin hanya dalam waktu singkat, misalnya 15 menit. Atau pergi berjalan, jangan bawa handphone Anda.
Beberapa hal baru akan terasa tidak nyaman karena kebiasaan bukan hanya ada dalam pikiran, namun juga ada dalam tubuh dan otot kita. Bahkan ketika otak kita bilang tidak, tangan kita mengambil handphone dan mengeceknya! Kita perlu membangun kebiasaan baru untuk mengganti kebiasaan lama. Mulai dari hal kecil, selangkah demi selangkah. Jika di awal Anda melakukannya satu jam, Anda hanya akan berhasil satu kali, dan setelahnya Anda tidak akan melakukannya lagi. Lakukan lima menit dalam 20 hari, Anda baru akan merasakan manfaatnya. Membangun sebuah kebiasaan baru perlu waktu. Jika Anda bermeditasi pendek selama 30 hari, kebiasaan tersebut akan tertanam dalam tubuh dan otot Anda seperti halnya tertanam pada otak.
Apa perbedaan antara kesadaran (awareness) dan kesadaran penuh (mindfulness)?
Pada awalnya, dulu, kesadaran penuh dan kesadaran adalah hal yang sama. Sekarang saya lebih banyak berbicara tentang kesadaran. Hal itu terdengar lebih natural dan lebih hadir pada kekinian. Beberapa aspek pada kesadaran penuh bisa disalahartikan. Beberapa orang berpikir itu adalah tanpa berpikir atau pikiran kosong, terutama pada orang-orang di Amerika.
Ada pesan terakhir, Rinpoche?
Tentu saja kita semua ingin bahagia, tapi kita tidak tahu apakah penyebab sebenarnya kebahagiaan. Ketika saya muda, saya terserang rasa panik, jadi saya menggunakan meditasi untuk menemani rasa panik dan mengatasinya. Sekarang saya menggunakan rasa panik sebagai salah satu guru dan teman terbaik saya. Saya yakin teknik meditasi ini baik untuk semua orang. Juga penting bagi Anda untuk bersama dengan diri Anda sendiri, dan bermeditasi dan mengembangkan kebahagiaan yang abadi sehingga hidup Anda menjadi lebih bermakna (www.buddhistdoor.com)