Seni Membina Pikiran
Master Cheng Yen
👁 1 View2017-09-20 23:13:12
Bagaimana Anda bisa mengetahui seberapa berbudayanya seseorang? Kita bisa tahu dari cara ia mengatasi keadaan yang dihadapinya. Jika seseorang kehilangan kesabaran ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya, itu berarti pembinaannya kurang memadai. Dia harus berusaha keras membina pikiran menjadi lembut dan lapang, sehingga tindakan dan perkataannya bisa menyejukkan layaknya hembusan angin musim semi.
Jika pikiran seseorang tercemar keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, orang ini tidak dapat menjaga kemurnian dan ketekunan di jalan Bodhisatwa. Membina pikiran adalah seni bertobat dan membersihkan ketidakmurnian dari pikiran kita. Sebenarnya, kebiasaan dan bentuk pikiran tidak berwujud dan tidak terlihat, jadi bagaimana mereka mencemari pikiran kita? Jika kita secara terus menerus mengingatkan diri sendiri untuk tidak serakah, marah, egois, dan sombong, maka kita bisa menjaga hati yang penuh welas asih dan memperlakukan semua orang dengan penuh cinta kasih yang lembut. Jika hati ini selalu dipenuhi dengan cinta kasih yang lembut dan baik hati, bagaimana mungkin ia bisa ternoda?
Kunci utamanya adalah bagaimana kita membina kebiasaan baik ini. Jika semua orang bisa sepenuh hati dalam setiap langkah, bukan melangkahi aturan atau melakukan kesalahan, kita dapat secara terus menerus belajar agar bermanfaat bagi orang dan bisa harmonis dengan orang lain. Cinta dan penghargaan yang timbal balik adalah pembinaan dari kebiasaan baik.
Bersikap perhitungan dan menyimpan dendam juga adalah kebiasaan. Itu adalah kebiasaan buruk yang harus kita buang secepatnya. Beberapa orang mengatakan, orang ini sangat baik, tapi orang ini sangat suka menyimpan dendam. Ini adalah sikap kebiasaan yang sangat jelas. Kita sering mendengar tentang orang seperti ini: dia punya hati yang baik, tetapi memiliki temperamen buruk atau menjadi mudah marah dengan cepat. Menyimpan dendam dan memiliki temperamen yang buruk, kesan apakah yang akan ditinggalkan? Ketika Anda kehilangan kesabaran, Anda telah merusak citra diri Anda.
Kemarahan Itu Seperti Api
Ketika seseorang kehilangan kesabaran, pikirannya menjadi kacau, eskpresinya buruk, dan kata-katanya menjadi kasar. “Marah adalah kegilaan sesaat.” Banyak orang terbiasa kehilangan kesabaran mereka dengan mudah. Manakala sesuatu terjadi tidak sesuai dengan keinginan mereka, atau ketika mereka salah memahami atau salah menanggapi perbuatan dan perkataan orang lain, mereka menciptakan masalah dengan orang lain.
Sebagian akan berkata, “Manusia tidak mungkin terhindar dari kemarahan! Selama kita punya hati yang baik, apa salahnya dengan kemarahan yang sementara?” Tetapi jika Anda memiliki hati yang baik, mengapa Anda menodai citra Anda sendiri?
Pepatah Tiongkok kuno mengatakan, “Rambut seorang pemarah akan terangkat ke surga”, menjelaskan bagaimana rambut dari seorang pemarah yang menunjuk ke atas. Layaknya ayam yang bertengkar, bulu mereka terangkat keluar. Ini sama dengan dengan seseorang yang sedang kehilangan kesabaran. Kita dapat menggambar sketsa seseorang, yang rambutnya terangkat, alisnya berdiri, mata melotot dan menatap tajam, serta memperlihatkan barisan giginya. Apakah ini terlihat baik? Mengapa membuat diri kita sendiri begitu tercela? Dan ketika kita marah, kita kehilangan kendali atas tindakan dan perkataan kita. Hal itu membuat segalanya bertambah buruk.
Bagaimana kita mengetahui seberapa terbinanya seseorang? Kita dapat mengetahui dari bagaimana dia berhadapan dengan situasi dan masalah yang datang. Jadi, jika kita kehilangan kesabaran ketika segala sesuatu bertentangan dengan keinginan kita, itu artinya kita tidak cukup terbina. Kita harus bekerja lebih keras untuk membina hati yang lembut dan lapang, sehingga seluruh ucapan dan perilaku kita akan menyegarkan dan menyejukkan layaknya angin musim semi.
Sebuah hati yang lembut dan rendah hati membuat kita memperlakukan semua orang dengan perkataan dan sikap yang lembut. Ada satu cara kita dapat memeriksa apakah kita cukup rendah hati. Ketika kita melakukan kesalahan dalam kata-kata atau perbuatan, apakah kita siap berkata, “Maaf, itu adalah kesalahan saya!” Itu hanya beberapa kata yang sederhana, tetapi banyak yang kesulitan mengatakan kata-kata itu karena mereka tidak mau mengakui kesalahan mereka atau mereka tahu bahwa mereka salah, tetapi mereka menganggap rendah manakala mereka meminta maaf kepada orang lain. Sikap ini terakumulasi dan menjadikan kita keras kepala.
Ada yang mengatakan, “Kemarahan yang timbul dari ketidaktahuan akan membakar hutan manfaat.” Saya berharap bahwa kalian semua akan sepenuh hati membina kebaikan hati, memperkuat kesabaran, dan tidak membiarkan pembinaan terbuang dalam kemarahan.
Jika Anda terus bersikap perhitungan atau tamak, dan tidak mampu menjaga kesabaran, ini adalah masalah yang rumit. Itu berarti Anda tidak menjaga hati dan pikiran dengan baik. Pembinaan adalah secara terus menerus merefleksikan dan bertobat secepatnya ketika berbuat salah. Jika kita tidak mengakui kesalahan kita, itu adalah kesalahan yang lebih besar. Ketika kebiasaan ini terakumulasi, kita akan menghalangi diri sendiri. Kesimpulannya, semua orang harus sepenuh hati dalam setiap detik setiap harinya