Sariputta | Untung – Rugi Siapa Yang Tahu ? Oleh Sri Pannyavaro (Kutipan Buku Melihat Kehidupan Ke Dalam) Sariputta

Untung – Rugi Siapa Yang Tahu ? Oleh Sri Pannyavaro (Kutipan Buku Melihat Kehidupan Ke Dalam)

Bhikkhu Sri Pannavaro Dayaka Mahathera

👁 1 View
2023-03-11 09:29:58

Ada satu cerita yang menarik. Saya senang dengan cerita ini. Semua orang juga senang dengan cerita, karena dengan cerita ajaran menjadi nyata, bukan hanya sekadar konsep. Anda simak baik-baik, nanti saya akan mengajukan pertanyaan. Campang saja pertanyaannya, hanya saja tidak ada hadiahnya. 
Di Mongolia, orang kaya tidak dihitung dari aset tanah yang dia punya. Dahulu tidak dihitung dari rumah yang dia punyai melainkan dihitung dari banyak kuda yang dia miliki. Semakin banyak kuda yang dia miliki, orang ini dinilai semakin kaya. 
Ada satu keluarga yang punya sepuluh ekor kuda. Orang Mongolia sambil naik kuda bisa memanah dengan tepat. Pada waktu anak Iaki-Iakinya sudah mulai besar, sang ayah mengatakan, ”Sudah tiba waktunya, Anakku, kuda-kuda ini jadi tanggung jawabmu.” 
ltu adalah warisan yang paling besar bagi orang-orang Mongolia. Lalu besoknya sang anak untuk pertama kali berusaha untuk menggembala kuda ke padang rumput. 
Pertama kali pengalaman dia sebagai orang yang dewasa diserahi sepuluh ekor kuda, dan digembalakan di padang rumput. 
ltu adalah kekayaan terbesar orang Mongolia.

Pada waktu sore, saatnya pulang, sang anak mengumpulkan kudanya untuk dibawa pulang. Ternyata kudanya hilang satu. Kekayaan yang besar itu hilang satu. Sampai di rumah, ayahnya marah. Dia luar biasa marah.
”Bagaimana kamu bisa diserahi harta? Bagaimana kamu bisa dianggap dewasa? Hari pertama kamu menggembala, harta kita sudah hilang satu." 
”Waah..., berhari-hari sang ayah tidak tenang. Setiap hari isinya hanya marah-marah. Anak ini membuat orang tuanya ciak sim kua ’makan hati’. 
Saya ingin bertanya. Hartanya sepuluh ekor kuda, sekarang kudanya hilang satu, ayahnya marah, anaknya juga sangat menyesal, sangat kecewa. Keluarga ini untung atau rugi?

Tidak usah berpikir jelimet . Sepuluh ekor kuda yang merupakan kekayaan, sekarang hilang satu. Untung atau rugi? Rugi. 
Konsisten! Jangan mencabut pernyataan Anda. 
Lalu, tiga hari kemudian, kuda yang hilang itu tiba-tiba balik. Kuda itu membawa kuda liar, dua ekor. Jadi kalau seekor kuda dia hilang, itu untung apa rugi? Untung. Karena sekarang dia datang membawa dua ekor. Kudanya menjadi dua belas ekor. 
Pada waktu menghilangkan kuda, sang ayah mengatakan, ”Apa ini? Se kia ’anak tidak berguna’ ini buruk sekali. Bukan anak ayah.” Lalu, ketika kudanya yang hilang itu datang, ayahnya mengatakan, ”Wah, anakku pintar sekali!”

Tidak gampang mendapatkan kuda liar dua ekor yang bagusbagus. Orang Jawa mengatakan bandangan. Jadi kalau burung merpati itu pulang membawa merpati yang Iain bahasa Jawanya adalah bandangan.

Lalu, kuda liar ini dididik, dilatih. Kudanya sepuluh, hilang satu kemudian balik membawa dua ekor kuda liar. Sekarang kudanya jadi berapa? Dua belas. Kudanya semula sepuluh sekarang dua belas. 
Untung apa rugi? Untung! 
Konsisten dengan jawaban Anda. 
Kuda liar ini dididik sampai jinak selama tiga bulan. Setelah tiga bulan baru bisa dinaiki untuk berpacu, membawa beban, atau untuk latihan memanah, dan sebagainya. Setelah tiga bulan kemudian sang anak mencoba menunggangi kuda liar yang telah dididik tiga bulan. 
Pada waktu mencoba, kuda ini belum pernah dinaiki, meskipun sudah dilatih. Maka sewaktu dicoba, kuda ini marah. Sang anak jatuh dan diinjak. Patah kakinya. Untung apa rugi dapat kuda dua? Siapa tadi yang menjawab untung? 
Anaknya mengatakan, ”Rugi, rugi sekéli. Sekarang kakiku patah, amat sakit. Harus diperban, harus ditarik, segala macam.” Menurut Anda untung atau rugi? Nah, sekarang Anda sulit menjawab. Kaki patah, sakit, amat sakit, tidak segera bisa menyambung. Zaman dulu tidak ada operasi, hanya diobati dengan tradisional. 
Sang anak mengatakan ini bencana, musibah, nasib jelek, tahun ini chiong ’tidak cocok' dengan dia.
Beberapa bulan kemudian, raja membuat maklumat, semua anak laki-laki yang sehat, di bawah umur 25 tahun wajib menjadi tentara. Anaknya yang jatuh, kakinya patah, selamat dari maklumat tersebut. Dia tidak wajib menjadi tentara. Jadi kaki patah itu untung atau rugi? Untung! 
Apa yang ingin saya sampaikan dalam cerita ini? 
Jangan mengeluh, jangan marah, jangan putus asa di saat Anda mengalami musibah. Saat mengalami ketidakberhasilan, kehancuran sekalipun, bangkitlah kembali. Semuanya ada artinya, semuanya ada hikmahnya, asal Anda mau bangkit kembali.
ltulah sukses!

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com