Sariputta | 5 cara untuk menangani kemarahan Sariputta

5 cara untuk menangani kemarahan

👁 1 View
2019-08-03 10:41:21

1. Itulah Hidup 
Hidup ini tidak memuaskan. Begitulah. Hidup kita tidak akan pernah memuaskan.Kita lahir, kita mati. akan ada masa baik dan masa buruk, dan masa ketika kita mungkin tidak merasakan apa-apa. Ini lah yang disebut ajaran Buddha sebagai “Samsara.” Ketika kita terlahir di dunia ini, tidak ada yang bilang hidup ini akan enak , dan bahwa keadaan akan menurut pada keinginan kita. Ketika kita memahami keadaan kita di dalam Samsara, kita jadi mampu untuk memahami keadaan orang lain juga..
Marah pada keadaan, orang lain, atau diri sendiri tidak akan membuatnya lebih baik. Orang lain mengucapkan atau melakukan hal yang tidak kita suka karena -ya-hidup mereka menyebalkan juga. Cara pikir seperti ini dapat mengubah cara pandang kita. 
2. Meditasi
Lakukan meditasi dan kehati-hatian dapat sangat bermanfaat dalam memerangi amarah. Banyak orang yang menganggap meditasi itu buang-buang waktu – buat apa menghabiskan 20 menit duduk di atas bantal ketika kita semestinya bisa memanfaatkan setiap detik dari hari kita, bukan begitu?
Meditasi adalah persiapan untuk hidup nyata. Melatih citta kita dengan pikiran-pikiran positif, kesabaran, kasih, welas asih.
kita mau menggunakan setengah jam dari waktu perjalanan pagi kita ke kantor untuk mendengarkan lagu-lagu kesukaan, setidaknya kita bisa meluangkan sepuluh menit dari setengah jam itu untuk membangkitkan pikiran-pikiran penuh kasih dan kebaikan. Hal yang ampuh dalam mengurangi amarah dan membuat kita menjadi orang yang disukai.
3. Belajar dari Musuh
Agama Buddha sering mengajarkan kita untuk berbuat kebalikan dari yang biasanya kita lakukan. Saat kita marah dengan seseorang, desakan yang timbul adalah balas dendam. Akibatnya? Kita tetap sama saja, kalau bukan lebih, sengsaranya dari sebelumnya. Memang tampak mengingkari naluri, tetapi berbuat sebaliknya akan berujung pada akibat yang sebaliknya pula: jalan menuju kebahagiaan.
Coba anggap sasaran amarah Anda sebagai guru Anda. Kalau kita mau jadi lebih baik jadi orang yang lebih sabar, lebih pengasih, lebih baik hati, lebih bahagia , Maka kita perlu berlatih. Kita semua tahu pemain sepak bola dan pemain biola perlu waktu lama dan latihan keras untuk bisa jadi pemain kelas dunia, dan latihan batin kita pun sama saja. Kalau kita senantiasa dikelilingi oleh orang-orang yang mengikuti dan menyepakati segala keinginan kita, maka kita tidak akan pernah menjumpai tantangan.
Bersyukur karna orang yang membuat kita marah itu menjadi pelatih yang sangat berharga, karena dia memberi kita kesempatan untuk melatih kesabaran kita. 
4. Ingatlah Kematian
Anda akan mati. Saya akan mati. Kita semua akan mati. Jadi saat orang yang membuat kita kesal itu berbuat sesuatu yang menjengkelkan kita, berhenti dan berpikirlah: 
Kiat ini begitu sederhana, tetapi membantu meringankan hidup kita dari kejengkelan-kejengkelan sepele.
Saat kita memusatkan perhatian pada kematian kita yang pasti di masa depan (besok? setahun lagi? 50 tahun lagi?), banyak hal yang biasanya membuat kita naik darah tiba-tiba jadi tidak berarti. Bukan berarti bahwa semua itu tidak lagi membuat kita jengkel, tetapi bahwa kita tahu tidak ada gunanya menyia-nyiakan waktu, napas, dan tenaga kita yang berharga untuknya.
5. Karma
Orang bilang, "Apa yang ditabur, itu yang dituai," atau, "Itu karma baginya – yang terjadi padanya memang pantas terjadi". Tidak persis seperti itu cara penganut Buddha memahami karma. Karma jauh lebih rumit dan halus. Namun, kendati orang tampaknya suka menunjukkan bahwa duka sesamanya itu merupakan karma mereka, sebagian besar mereka sungkan untuk melihat bahwa ketika mereka berada di keadaan yang sama peliknya, itu juga muncul dari karma mereka.
Segala hal yang kita alami – dari masa-masa luar biasa bahagia sampai keterpurukan di masa-masa putus asa – timbul dari sebab-sebabnya. Sebab-sebab ini dicipta oleh diri kita sendiri. Jadi, bila kita mengalami keadaan yang runyam, alih-alih membiarkan diri diliputi amarah, kita bisa berhenti sejenak dan berpikir: dari mana ini datangnya, dan apa iya akan kuperparah?
Kalau kita paham cara kerja karma, kita akan lihat bahwa kita punya kemampuan untuk mengubah pengalaman kita di hari depan dengan perbuatan kita sekarang – dan ini berarti ucapkan melatih kesabaran ketika amarah mulai menyulut.
sumber : studybuddhism

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com