Benar dan Salah
👁 1 View
2017-09-19 15:48:29
Sebuah pelajaran amat berharga dapat kita petik dari pengalaman seorang Zen Master bernama Bankei yang hidup pada tahun 1622 – 1693. Pada masanya, ia merupakan seorang guru yang dikenal luas dan sangat berpengaruh. Ia terkenal lebih suka mengajar dengan berbicara langsung daripada membaca sutra dan ikut dalam upacara keagamaan. Ia tidak secara khusus menganut ajaran dari sekolah-sekolah yang ada sebelumnya. Ajaran nya dikenal sangat individual dan khas. Pendekatan nya adalah Dhamma yang merupakan pengalaman langsung, bukan dari pendekatan teoritis dan sistematis untuk mencapai tujuan yang jauh. Dalam ceramahnya, ia menceritakan apa yang ia alami langsung dalam bahasa yang dapat dimengerti semua orang.
Pada suatu masa, Bankei mengadakan retreat meditasi selama seminggu penuh. Banyak murid yang berdatangan dari seluruh penjuru Jepang. Dalam pertemuan ini, seorang murid tertangkap mencuri barang milik murid lain nya. Hal ini dilaporkan kepada Bankei. Semua murid meminta agar murid yang mencuri dikeluarkan, namun Bankei tidak mempedulikan hal ini.
Di kemudian hari, sang murid yang mencuri tertangkap mengulangi perbuatan sebelumnya, mencuri barang milik murid lain nya. Murid-murid yang lain menjadi marah, kemudian mereka semua mengumpulkan petisi dari seluruh murid dan meminta agar Bankei mengeluarkan sang murid yang mencuri, jika tidak semua murid mengancam akan pergi meninggalkan retreat tersebut. Mereka menulis petisi tersebut dan menyerahkan nya kepada Bankei.
Ketika Bankei membaca petisi dari murid-murid nya, dia memanggil semua muridnya untuk berkumpul di hadapan nya. “Kalian semua orang-orang yang bijak, saudaraku”, kata Bankei kepada mereka. “Kalian sudah mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Kalian dapat pergi kemanapun untuk belajar, jika kalian menginginkan nya. Namun, saudara kita yang malang ini, bahkan tidak dapat mengetahui mana yang benar dan yang salah. Siapa yang akan bersedia mengajarnya, kalau bukan aku. Aku tetap akan mengajarnya di sini, meskipun kalian semua pergi.”
Air mata mengalir membasahi wajah sang murid yang mencuri. Seluruh keinginan nya untuk mencuri telah hilang. Kasih sayang dan kebijaksanaan sang guru membuat sang murid tersadarkan. Demikianlah, sahabatku tangan terbuka untuk memaafkan dan membimbing orang lain lebih berguna daripada jari yang menunjuk pada kesalahan orang lain.
Disadur dari:
Zen Koans, Sasheki-shu (Collection of Stone and Sand)
http://kalyana-mitta.com