Sariputta | Kamma Dan Kelahiran Kembali Oleh Dhammavuddho Maha Thera Sariputta

Kamma Dan Kelahiran Kembali Oleh Dhammavuddho Maha Thera

👁 1 View
2019-08-03 10:40:37

Sang Buddha mengatakan bahwa kebanyakan makhluk hidup, setelah meninggal, akan dilahirkan di alam yang menderita karena keegoisan mereka (AN. 1.19.2). Kita ingin mempertahankan harta milik kita; kita ingin melindungi mereka yang kita anggap adalah bagian dari diri kita – keluarga kita, orang-orang yang sama warna kulitnya dengan kita, orang-orang yang sama agamanya, orang-orang yang sama negaranya –sehingga kita malahan berbuat banyak kejahatan.

Dari ketiga alam yang menderita tersebut, Neraka lah yang paling parah; sedikit lebih baik adalah alam binatang, dan sedikit lagi lebih baik adalah alam hantu. Alam manusia berada di atas mereka. Di atas alam manusia adalah alam-alam dewa, atau dikenal juga sebagai alam-alam surga.Mungkin hanya dua atau tiga dari sepuluh orang yang akan dilahirkan kembali menjadi manusia, atau di alam surga. Mungkin tujuh atau delapan orang akan menuju ke alam-alam yang menderita. Makanya kita perlu berhati-hati hidup di kehidupan kita ini.

Terdapat seorang pria tua dan wanita tua yang datang mengunjungi Sang Buddha. Mereka mengatakan kepada Sang Buddha bahwa sejak mereka menikah di usia mereka yang masih remaja tersebut, sampai saat sekarang di usia lanjut mereka, mereka tak pernah marah terhadap satu sama lainnya. Jadi mereka mengatakan bahwa mereka ingin bertemu kembali dikehidupan selanjutnya. Mereka bertanya kepada Sang Buddha apakah hal ini memungkinkan.

Sang Buddha mengatakan bahwa bila dua orang yang setara dalam keempat hal ini, maka akan memungkinkan bagi mereka untuk bertemu kembali di kehidupan mereka yang selanjutnya : 
1. Mereka harus memiliki keyakinan yang sebanding, yakni memiliki keyakinan/agama yang sama. 
2. Mereka harus memiliki etika (moral) yang sebanding. Ini berarti perilaku mereka seharusnya sama bagusnya, atau sama buruknya. 
3. Kedermawanan. Mereka harus sebanding dalam kedermawanan atau keegoisan mereka. 
4. Kebijaksanaan, yakni mereka harus sebanding kebijaksanaannya atau kegelapan batin mereka.

Kenyataannya bahwa kita bertemu saat ini adalah juga hasil dari kamma kita. Sang Buddha mengatakan bahwa sangat sulit untuk menemukan seseorang di kehidupan kita sekarang ini yang tidak kita kenal di kehidupan kita yang sebelumnya. Kita bisa saja dulunya ayah dan anak, ibu dan anak, dan seterusnya. 
Ada milliaran orang di dunia ini, akan tetapi jumlah orang yang kita ketemui dan kenal tidaklah begitu banyak. Jadi inilah orang-orang yang mungkin telah cukup dekat dengan kita di masa lampau.

Suatu waktu saudara sepupu Sang Buddha yang bernama Mahanama pergi mencari Sang Buddha (S.N. 55.3.1). Dia menyampaikan kepada Buddha bahwa ia berpikir suatu hari ia mungkin akan mengalami kematian yang tragis. Kalau ia meninggal secara tragis, apakah ia akan dilahirkan di alam yang menderita?

Sang Buddha menyuruhnya untuk tidak khawatir karena sudah lama ia telah melatih diri dalam keyakinan, etika, telah dalam pemahamannya (Dhamma),kedermawanan, dan kebijaksanaannya; . Dengan kata lain bila seseorang telah melatih diri sesuai Dhamma dan telah hidup sesuai Dhamma, maka pikirannya akan cenderung menuju ke arah Dhamma. Jadi setelah ia meninggal, pikirannya akan membawanya naik ke alam yang bahagia.

Apa yang disebutkan oleh Sang Buddha adalah pikiran sehari-hari kita itu sangatlah penting. Bila anda memang adalah seorang yang tulus, maka itulah pikiran sehari-hari anda, itulah kecenderungan alami anda. Akan tetapi bila anda adalah seseorang yang mudah terganggu, pemarah, kesal setiap hari, dan cenderung bengis sifatnya, maka pikiran sehari-hari anda tersebut akan membawa anda ke alam di mana makhluk-makhluknya juga pemarah dan cenderung bengis sifatnya, misalnya alam binatang.

Apakah mungkin untuk menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal? Ini adalah pertanyaan yang ditujukan oleh seorang Brahmin (Ras tertinggi di India) kepada Buddha (A.N. 10.177). 
Sang Buddha mengatakan bahwa hal ini tergantung di mana orang tersebut dilahirkan—hanya kalau ia dilahirkan kembali sebagai hantu maka ia dapat ditolong. Walau Sang Buddha tak menjelaskan alasannya, tapi mungkin ini karena hantu kembali ke keluarga manusia mereka dengan harapan untuk mendapat bantuan. Mereka menunjukan keberadaan mereka dengan cara tertentu atau mereka menghubungi keluarga mereka di dalam mimpi.

Jadi di dalam tradisi Theravada, umat Buddha biasanya melakukan persembahan atas nama keluarga mereka yang telah meninggal dan mentransfer jasa kebajikan tersebut kepadanya. Persembahan makanan dan pakaian biasanya dibuat karena kedua barang ini mungkin adalah hal yang paling diperlukan oleh hantu.

sumber : Buku Hanya Kitalah yang Dapat Menolong Diri Kita Sendiri

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com