Sariputta | Kebahagiaan Umat Awam (Kutipan Buku Dhamma Untuk Perumah Tangga ) Sariputta

Kebahagiaan Umat Awam (Kutipan Buku Dhamma Untuk Perumah Tangga )

👁 1 View
2019-09-10 16:10:50

Dalam Aṅguttara Nikāya kelompok empat (catukkanipāta), Buddha membabarkan sutta kepada Anathapindika tentang kebahagiaan perumah tangga. Pada sutta ini menawarkan pandangan terang,
Mari kita membahas hal-hal ini satu per satu dan melihat bagaimana sumber-sumber kesenangan ini dapat dimanfaatkan untuk menjalani kehidupan yang bahagia di dunia masa kini

Empat jenis kesenangan tersebut yaitu:
1.Atthisukha, kesenangan dari memiliki kekayaan materi;
Manusia tidak hanya harus memiliki sebuah mata pencaharian yang benar, menghindari perdagangan tercela seperti berdagang daging, minuman keras, racun, senjata api, dan perbudakan, namun dia juga harus menyuguhkan sikap yang bajik terhadap pekerjaan benarnya tersebut.
Contohnya, jika seorang dokter menyambut kedatangan wabah penyakit di daerahnya dengan tujuan mendapatkan banyak uang, atau seorang pedagang mengharapkan bencana alam agar harga-harga pasar naik, uang yang diperoleh individu-individu yang tidak bermoral seperti itu bukanlah uang yang benar karena niat mereka tidak murni dan busuk. Seseorang juga seharusnya tidak menipu atau memanfaatkan yang lain dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan mengerahkan diri sendiri dengan ketekunan yang besarlah, seseorang seharusnya mencari nafkahnya, dan kekayaan yang diperoleh dengan susah payah itu disebut dengan kekayaan yang benar (dhammika dhammaladdha . jika seseorang memiliki sebuah cara yang benar untuk mencari nafkah dan sikap yang tepat terhadap kekayaan, seseorang dapat melepaskan diri dari bahaya-bahaya yang dibawa uang pada manusia modern

2.Bhogasukha, kesenangan dari menikmati kekayaan materi;
Kekayaan hanya memiliki nilai instrumental dan penikmatan kekayaan secara tepat adalah suatu seni yang pantas untuk dikembangkan dengan berhati-hati. Buddhisme menyayangkan baik sikap berfoya-foya maupun kekikiran. Seseorang harus mempertahankan standar hidup yang sehat dan seimbang sesuai dengan kemampuannya. Apabila, dalam penikmatan kekayaannya, seseorang terlalu memuaskan dirinya dalam kesenangan indra, dia pasti akan mengalami bahaya kesehatan dalam waktu yang sangat singkat. Apabila, misalnya, seseorang terlalu memuaskan dirinya dalam makanan hanya karena dia mampu membelinya, dia akan segera terserang penyakit seperti gagal jantung, tekanan darah tinggi, dan kencing manis. Seringkali, dalam rangka menikmati kekayaan, manusia memupuk kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok dan minum minuman keras. Aspek lain kesenangan dari kekayaan adalah seni berbagi.
Jika saja seseorang berhenti sejenak untuk merenungkan kesejahteraannya sendiri, dan berpikir dengan welas asih terhadap dirinya sendiri, dia tidak akan masuk ke dalam cengkeraman kebiasaan-kebiasaan buruk ini. Orang yang sudah melimpah terkadang berakhir dalam keadaan menyedihkan seperti semut yang jatuh ke dalam gelas yang berisi madu. Seseorang yang demikian tidak mengetahui seni menikmati bhogasukha.

3. Ananasukha, kesenangan dari tidak memiliki hutang;
Kesenangan karena tidak memiliki hutang adalah kualitas ketiga yang dibahas dalam sutta ini. Secara ekonomi, jika seseorang dapat benar-benar bebas dari hutang, dia sungguh merupakan orang yang sangat beruntung. Untuk menjadi benar-benar tidak memiliki hutang dalam masyarakat, seseorang harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan sangat teliti. Oleh karenanya jangan sampai terjebak dalam hutang. Dalam masyarakat modern hutang dibuat dan ditawarkan dengan cara yang mudah dan menggiurkan, tetapi kalau tidak memahami akhirnya akan terjerat dan membuat batin tidak tenang, karena khawatir jika penagih datang, akibatnya menderita dalam hidupnya. Lalu, kalau seandainya terpaksa melakukan hutang untuk usaha atau untuk hal penting lainnya—hendaknya mem-pertimbangkan untuk bagaimana nanti membayarnya atau mengangsurnya.

4. Anavajjasukha, kesenangan dari menjadi tidak tercela..
Kepuasaan dari menjalani hidup tanpa cela adalah bentuk tertinggi dari kepuasan yang dapat dimiliki umat perumah tangga. Menurut Buddhisme, kode etik minimum yang mengatur kehidupan umatnya adalah pañcasila, (Lima Sila). Apabila seseorang mempraktikkan kebajikan-kebajikan ini, dia dapat memiliki kepuasan yang luar biasa dari menjalani kehidupan yang benar. Menghindari melakukan sesuatu yang kita tidak ingin orang lain lakukan kepada diri kita adalah prinsip dasar yang melandasi kebajikan-kebajikan ini. Buddhisme berbicara tentang hiri dan ottappa, rasa malu dan takut untuk berbuat salah, sebagai deva dhamma atau kualitas-kualitas surgawi. Ini adalah kualitas-kualitas dasar manusia yang membedakan manusia dengan dunia hewan. Berbeda dengan hewan, manusia memiliki hati nurani yang membuatnya jijik ketika melakukan kesalahan. Pengembangan cara-cara perilaku yang luhur seperti cinta kasih, welas asih, kegembiraan simpati, dan keseimbangan batin benar-benar kondusif untuk kehidupan yang bahagia. Mereka yang hidup dengan kebiasaan perilaku yang demikian adalah orang-orang yang menyenangkan dan damai, yang dapat berbahagia, baik sendiri maupun dalam kelompok.

Apabila kita benar-benar memahami pentingnya empat jenis kebahagiaan yang dijelaskan dalam sutta kita ini, dan menerjemahkannya ke dalam tindakan, hidup akan jauh lebih menyenangkan dan bahagia bahkan di zaman modern ini
https://www.instagram.com/p/B2OOsZNHOYK/?igshid=tf7u7h6stf6k

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com