Sariputta | MELEPASKAN DIRI DARI KELEKATAN. Ven Ajahn Brahm Sariputta

MELEPASKAN DIRI DARI KELEKATAN. Ven Ajahn Brahm

Ajahn Brahmavamso

👁 1 View
2023-03-11 09:44:44

Saya pernah memberikan ceramah kepada beberapa orang tentang komunitas orang-orang yang berasal dari Kamboja di Perth ini, dan menjadi bagian dari komunitas umat Buddhis, saya mempunyai banyak hal yang akan dibicarakan dengan mereka. Seperti Buddhis tradisional lainnya, ketika mereka menjumpai masalah mereka akan datang dan berbicara kepada para Bhikkhu. Ini adalah hal yang telah menjadi kebiasaan mereka selama berabad-abad. Vihara dan Bhikkhu adalah adalah pusat sosial, pusat keagamaan, dan pusat konseling bagi komunitas. Ketika seseorang prai bertengkar dengan istrinya, mereka ke vihara.

Pernah saat sebagai seorang Bhikkhu muda di Thailand, seorang pria datang ke vihara dan bertanya kepada saya: "Bolehkah saya tinggal di vihara ini selama beberapa hari?" Saya berpikir dia ingin meditasi, jadi saya menjawab;"Oh, Anda mau bermeditasi?" "Oh, tidak," jawabnya, "saya datang ke vihara ini karena saya baru saja bertengkar dengan istri saya." Jadi dia hendak tinggal di vihara beberapa hari. Selama tiga atau empat hari kemudian dia mendatangi saya dan berkata: "Saya merasa lebih baik sekarang, bolehkah saya pulang?" Sungguh bijak sekali. Dari pada dia pergi bar dan bermabuk-mabukan, dari pada dia mendatangi teman-temanya dan membeberkan semua keburukan istrinya yang menyebabkan dia sakit hati dan marah besar, lebih baik dia pergi untuk tinggal bersama sekelompok Bhikkhu yang tidak mengatakan apa pun tentang istrinya, yang hanya 'baik' dan damai.

Dalam kedamaian dan situasi yang mendukung dia kembali merenungi apa yang telah dia perbuat, dan setelah beberapa saat dia pun merasakan lebih baik. Inilah bagaimana kadang-kadang vihara menjadi sebuah tempat pusat konseling, pernaungan, tempat orang-orang datang untuk melepaskan semua permasalahan hidup mereka. Tidakkah ini lebih baik daripada mereka terus berkecimpung dalam masa lalu mereka, terutama ketika kita marah terhadap sesuatu yang telah terjadi? Ketika sewaktu kemarahan kit sedang membesar, apakah kita benar-benat dapat melihat apa yang sedang terjadi sebenarnya? Atau apakah kita melihat melalui kacamata kesesatan yang disebabkan oleh amarah kita, melihat kesalahan-kesalahan orang lain saja, hanya berfokus pada hal-hal mengerikan yang telah mereka lakukan dan katakan kepada kita, kita tidak pernah benar-benar dapat melihat keseluruhan gambar?

Salah satu hal yang saya amati tentang komunitas orang-orang Kamboja ini adalah rata-rata orang ini pernah menderita semasa zaman Pol Pot. Saya ada kenal seorang pria Kamboja yang istrinya di tembak oleh Khmer Merah di depan matanya sendiri, gara-gara hanya mencuri sebutir mangga dari pohon salah satu kader Khemer Merah. Dan tanpa pengadilan apa pun, Khemer Merah itu menarik senapannya di depan suaminya lalu menembak mati sang istri.

Ketika pria ini menceritakannya kepada saya, saya menatap wajahnya, memperhatikan gerak tubuhnya, dan hal yang mengejutkan karena tidak tampak adanya kemarahan, tidak ada kegusaran, dan bahkan tidak ada dukacita diwajahnya. Itu adalah sebuah penerimaan yang damai akan apa yang telah terjadi. Itu seharusnya tidak terjadi, tetapi itulah kenyataan yang telah terjadi.

Biarkanlah masa lalu berlalu, sehingga kita dapat menikmati saat kini, jadi masa depan menjadi bebas. Mengapa kita selalu membawa-bawa beban masa lalu kemana-mana? Kelekatan terhadap masa lalu bukanlah sebuah teori, ini adalah sebuah sikap. Kita bisa saja dengan enteng berkata : "Oh, aku sih tidak melekat." Atau pun kita dapat berkata: "Aku begitu tidak melekat, sampai-sampai aku bahkan tidak melekat pada kemelekatan itu," yang adalah sangat pintar, dan kedengarannya sangat bagus, tetapi itu hanyalah sebuah sampah busuk.

Anda tahu jika Anda melekat, jika Anda tidak mampu melepas sesuatu yang penting yang menyebabkan Anda menderita, hal itu menghentikan langkah Anda untuk menjadi bebas. Kelekatan adalah sebuah rantai bola besi, yang Anda ikat di sekeliling tungkai Anda. Padahal tidak seorang pun yang mengikatnya di kaki Anda. Anda sendirilah yang memiliki kunci untuk membebaskan diri Anda sendiri, tetapi Anda tidak menggunakannya. Mengapa kita begitu membatasi diri kita dan mengapa kita tidak sanggup melepaskan masa depan, semua hal yang kita cemaskan dan khawatirkan? Apakah Anda cemas mengenai apa yang akna terjadi, besok, minggu depan, tahun depan? Mengapa Anda melakukan hal itu? Berapa kalikah Anda pernah merasakan cemas akan ujian atau tes, atau kunjungan pemerikasaan kesehatan di dokter, atau ke dokter gigi? Anda boleh saja mencemaskan diri Anda sendiri yang sakit, dan ketika Anda pergi ke dokter gigi, sang dokter membatalkan janjinya, dan Anda seharusnya tidak perlu pergi !

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com