Sariputta | Jataka | MAMSA-JATAKA Sariputta

MAMSA-JATAKA


“Bagi seseorang yang meminta,” dan seterusnya.

Ini adalah sebuah kisah yang diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang bagaimana Yang Mulia Sāriputta (Sariputta) memperoleh makanan enak bagi beberapa bhikkhu yang sedang menjalani perawatan. Kisahnya dimulai dari beberapa bhikkhu yang menginginkan makanan enak setelah mengkonsumsi cairan kental sebagai pencuci perut. Mereka yang merawat bhikkhu-bhikkhu tersebut pergi ke Savatthi untuk mendapatkan makanan enak, akan tetapi mereka harus kembali tanpa mendapatkan apa yang diinginkan setelah berpindapata di jalan tempat para tukang masak tinggal. Kemudian hari itu juga, bhikkhu senior Sariputta berpindapata pergi berpindapata di kota dan bertemu dengan mereka, dan menanyakan mengapa mereka kembali begitu cepat. Mereka pun memberitahukan beliau apa yang terjadi. “Ikutlah denganku kalau begitu,” kata bhikkhu senior, dan membawa mereka kembali ke jalan tadi yang mereka lewati. Dan orang-orang di sana memberikan kepadanya makanan enak yang banyak. Mereka membawakan makanannya kepada bhikkhu-bhikkhu yang sakit dan mereka pun memakannya. Pada suatu hari, sebuah pembicaraan dimulai di dalam balai kebenaran tentang bagaimana para pelayan yang pergi ke kota tidak mendapatkan makanan enak untuk para bhikkhu yang mereka rawat, kemudian Yang Mulia Sariputta membawa mereka bersama dengannya untuk berpindapata di sebuah jalan tempat para tukang masak tinggal, dan meminta

mereka pulang dengan memberikan makanan enak yang berlimpah. Sang Guru datang dan menanyakan apa yang sedang dibicarakan, dan ketika diberitahukan jawabannya, Beliau berkata, “Bukan hanya kali ini, Para Bhikkhu, Sariputta mampu mendapatkan makanan sendirian, tetapi juga di masa lampau, orang bijak yang memiliki suara nan lembut dan tahu bagaimana cara berbicara dengan menyenangkan mendapatkan hal yang sama.” Dan Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

Dahulu kala ketika Brahmadatta memimpin di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai putra seorang saudagar kaya. Suatu hari,seorang pemburu rusa mengisi keretanya dengan daging rusa dan pergi ke kota dengan tujuan untuk menjualnya. Kala itu, empat orang putra dari saudagar kaya yang tinggal di Benares pergi ke kota, dan duduk di satu persimpangan jalan sewaktu bertemu, kemudian berbincang satu sama lain mengenai apa saja yang mereka lihat dan dengar. Salah seorang dari mereka yang melihat kereta yang penuh dengan daging itu mencoba untuk mendapatkan daging rusa dari pemburu tersebut. Saudara-saudaranya yang lain mendukungnya untuk pergi dan mencobanya. Maka ia berjalan menghampiri pemburu itu dan berkata, “Hai, Pemburu, berikan daging rusa kepadaku.” Pemburu itu menjawab, “Seseorang yang meminta sesuatu dari orang lain seharusnya berbicara dengan nada yang lembut; oleh karenanya kamu akan mendapatkan potongan daging yang sesuai dengan caramu berbicara.” Kemudian ia mengucapkan bait berikut:

Bagi seseorang yang meminta sesuatu, Teman,

ucapanmu terasa kasar,

nada yang demikian pantas mendapatkan

balasan yang kasar juga, maka hanya kuberikan

kepadamu kulit dan tulang ini.

Kemudian pemuda kedua menanyakan kepadanya kata apa yang digunakan olehnya ketika meminta daging itu. “Saya berkata, ‘Hai, Pemburu!’ ” jawabnya. “Saya juga akan meminta daging darinya,” katanya. Kemudian ia menghampiri pemburu itu dan berkata, “Saudara, berikan daging rusa kepadaku.” Pemburu itu menjawab, “Kamu akan mendapatkan potongan daging yang sesuai dengan caramu berbicara.” Dan ia mengulangi bait kedua berikut:

Panggilan saudara menandakan hubungan dekat,

menghubungkan saudara yang satu dengan yang lain,

karena ucapan yang baik pantas mendapatkan hadiah

dariku, maka kuberikan tungkai ini kepada saudaraku.

Dan setelah mengucapkan kata-kata ini, ia memberikan kepadanya daging bagian tungkai. Kemudian pemuda yang ketiga menanyakan kepadanya kata apa yang digunakan olehnya ketika meminta daging itu. “Saya menyapanya sebagai saudara,” jawabnya. “Kalau begitu, saya juga akan meminta daging darinya,” kata pemuda ketiga ini. Maka ia pergi menghampiri pemburu tersebut dan berkata, “Ayah, berikan daging rusa kepadaku.” Pemburu itu menjawab, “Kamu akan mendapatkan potongan daging yang sesuai dengan caramu berbicara.” Dan ia mengulangi bait ketiga berikut:

Karena hati lembut seorang ayah tergerak atas rasa

kasihan, mendengar sapaan “ayah”,

maka saya juga akan membalas permintaan kasihmu

dan memberikan hati rusa ini kepadamu.

Dan setelah mengucapkan kata-kata ini, ia mengambil dan memberikan kepadanya sepotong daging, hati, dan yang lainnya. Kemudian pemuda keempat menanyakan kepadanya kata apa yang digunakan olehnya ketika meminta daging itu.

“Oh, saya menyapanya ‘Ayah’,” jawabnya. “Kalau begitu, saya juga akan meminta daging darinya,” kata pemuda keempat ini.

Maka ia pergi menghampiri pemburu tersebut dan berkata, “Teman, berikan daging rusa kepadaku.” Pemburu itu menjawabnya, “Kamu akan mendapatkan potongan daging yang sesuai dengan caramu berbicara.” Dan ia mengulangi bait berikut:

Dunia tanpa seorang teman, pastilah menemui kesepian,

dalam sapaan seorang teman yang penuh kasih sayang,

maka kuberikan kepadamu semua daging rusa ini.

Ia kemudian menambahkan, “Mari, Teman, saya akan mengantarkan kereta yang penuh dengan daging rusa ini ke rumahmu.” Jadi putra keempat dari saudagar kaya tersebut mendapatkan kereta yang penuh daging itu dengan diantar ke rumahnya. Dan putra keempat ini, sesampainya di rumah, melayani pemburu itu dengan ramah dan penuh hormat.

Kemudian setelah meminta istri dan anak dari pemburu itu untuk tinggal di rumahnya, ia membuat pemburu itu berhenti dari pekerjaannya yang buruk. Mereka pun menjadi teman yang tak terpisahkan dan hidup panjang umur dengan berbahagia bersama.

Sang Guru, setelah menyelesaikan uraian ini mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu, Sāriputta (Sariputta) adalah pemburu, dan saya sendiri adalah putra saudagar yang mendapatkan semua daging rusa.”

*****

Sumber: ITC, Jataka Vol. 3
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com