VACCHA-NAKHA-JATAKA
“Kehidupan duniawi adalah kebahagiaan,” dan seterusnya.
Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang Roja, seorang Malla. Dikatakan bahwasanya laki-laki ini, yang merupakan seorang teman perumah tangga dari Ānanda (Ananda), mengirimkan pesan kepada sang thera agar beliau datang ke tempatnya. Sang thera meminta izin dari Sang Guru, dan kemudian berangkat. Dia melayani sang thera dengan mempersembahkan beragam jenis makanan, kemudian duduk di satu sisi, sembari berbincang-bincang dengan beliau. Dia kemudian menawarkan sebagian kekayaan rumahnya kepada sang thera, menggodanya melalui lima unsur kesenangan indriawi. “Bhante Ananda, di dalam rumahku terdapat banyak kekayaan materi dan kekayaan nonmateri. Saya akan membagikan setengahnya kepada Anda; marilah kita jalani kehidupan rumah tangga di dalam rumah ini bersama!” Sang thera memaparkan kepadanya keburukan yang terdapat di dalam kesenangan indriawi, kemudian bangkit dari duduknya dan kembali ke wihara.
Ketika Sang Guru menanyakan kepadanya apakah dia telah bertemu dengan Roja, dia menjawab bahwa dia telah bertemu dengannya. “Apa yang dikatakannya kepadamu?” “Bhante, Roja menawarkan kepadaku untuk kembali menjalani kehidupan duniawi; kemudian saya memaparkan kepadanya tentang keburukan yang terdapat di dalam kehidupan duniawi dan juga di dalam kesenangan indriawi.” Sang Guru berkata, “Ananda, ini bukan pertama kalinya Roja, si Malla, menawarkan kepada seorang pabbajita (petapa) untuk kembali menjalani kehidupan duniawi, dia juga melakukan hal yang sama sebelumnya.” Kemudian Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau atas permintaan sang thera.
Dahulu kala ketika Brahmadatta menjadi Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga brahmana yang tinggal di sebuah desa niaga. Ketika dewasa, dia menjalani kehidupan suci sebagai seorang pabbajita (petapa), dan tinggal di daerah pegunungan Himalaya dalam waktu yang lama. Kemudian dia pergi ke Benares untuk mendapatkan garam dan cuka (bumbu-bumbu lainnya), bermalam di taman milik raja, masuk ke dalam Kota Benares pada keesokan harinya. Kala itu, seorang hartawan di kota tersebut yang merasa senang dengan kelakuannya, membawanya ke rumahnya, mempersembahkan makanan kepadanya, dan setelah mendapatkan persetujuan darinya, dia memintanya untuk tinggal di dalam taman dan melayani segala kebutuhannya. Persahabatan pun kemudian terjalin di antara mereka.
Suatu hari, disebabkan oleh cinta kasih dan persahabatannya terhadap Bodhisatta, hartawan itu berpikir di dalam dirinya, “Kehidupan pabbajita adalah penderitaan. Saya akan membujuk sahabatku, Vacchanakha, si petapa pengembara, untuk kembali menjalankan kehidupan duniawi; saya akan membagi kekayaanku menjadi dua bagian dan memberikan satu bagian kepadanya, kemudian kami berdua akan tinggal bersama.” Maka pada suatu hari, setelah selesai bersantap, dia berbicara dengan baik kepada sahabatnya dan berkata, “Bhante Vacchanakha, kehidupan pabbajita adalah penderitaan, kehidupan duniawi adalah kebahagiaan. Marilah kita berdua jalani kehidupan duniawi, menikmati kesenangankesenangan sesuka hati kita.” Setelah berkata demikian, dia mengucapkan bait pertama berikut:
Kehidupan duniawi adalah kebahagiaan, penuh dengan makanan, penuh dengan kekayaan; Di dalam kehidupan duniawi, Anda akan mendapatkan segalanya—makan dan minum sesuka hati.
Ketika mendengar perkataannya, Bodhisatta membalas, “Tuan Hartawan, disebabkan oleh ketidaktahuan, Anda telah menjadi serakah di dalam kesenangan indriawi, mengatakan bahwa kehidupan pabbajita adalah penderitaan dan kehidupan keduniawian adalah kebahagiaan. Sekarang dengarkanlah, saya akan memberitahukan kepadamu betapa buruknya kehidupan duniawi itu,” dan dia mengucapkan bait kedua berikut:
Dia yang menjalani kehidupan duniawi tidak pernah mengetahui apa itu kedamaian, dia berbohong dan menipu, dia harus menghadapi banyak kejadian yang tidak menyenangkan dari orangorang: Tidak ada yang dapat mengobati keburukan ini: Kalau begitu, siapakah yang berminat untuk menjalani kehidupan duniawi?
Dengan kata-kata demikian Sang Mahasatwa memberitahukan keburukan dari kehidupan duniawi. Kemudian dia pergi kembali ke dalam taman.
Setelah uraian ini selesai disampaikan, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Roja adalah hartawan, dan Aku adalah Petapa Pengembara Vacchanakha.”
*****
Sumber: ITC, Jataka Vol. 2
Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berdiam di Jetavana, tentang Roja, seorang Malla. Dikatakan bahwasanya laki-laki ini, yang merupakan seorang teman perumah tangga dari Ānanda (Ananda), mengirimkan pesan kepada sang thera agar beliau datang ke tempatnya. Sang thera meminta izin dari Sang Guru, dan kemudian berangkat. Dia melayani sang thera dengan mempersembahkan beragam jenis makanan, kemudian duduk di satu sisi, sembari berbincang-bincang dengan beliau. Dia kemudian menawarkan sebagian kekayaan rumahnya kepada sang thera, menggodanya melalui lima unsur kesenangan indriawi. “Bhante Ananda, di dalam rumahku terdapat banyak kekayaan materi dan kekayaan nonmateri. Saya akan membagikan setengahnya kepada Anda; marilah kita jalani kehidupan rumah tangga di dalam rumah ini bersama!” Sang thera memaparkan kepadanya keburukan yang terdapat di dalam kesenangan indriawi, kemudian bangkit dari duduknya dan kembali ke wihara.
Ketika Sang Guru menanyakan kepadanya apakah dia telah bertemu dengan Roja, dia menjawab bahwa dia telah bertemu dengannya. “Apa yang dikatakannya kepadamu?” “Bhante, Roja menawarkan kepadaku untuk kembali menjalani kehidupan duniawi; kemudian saya memaparkan kepadanya tentang keburukan yang terdapat di dalam kehidupan duniawi dan juga di dalam kesenangan indriawi.” Sang Guru berkata, “Ananda, ini bukan pertama kalinya Roja, si Malla, menawarkan kepada seorang pabbajita (petapa) untuk kembali menjalani kehidupan duniawi, dia juga melakukan hal yang sama sebelumnya.” Kemudian Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau atas permintaan sang thera.
Dahulu kala ketika Brahmadatta menjadi Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga brahmana yang tinggal di sebuah desa niaga. Ketika dewasa, dia menjalani kehidupan suci sebagai seorang pabbajita (petapa), dan tinggal di daerah pegunungan Himalaya dalam waktu yang lama. Kemudian dia pergi ke Benares untuk mendapatkan garam dan cuka (bumbu-bumbu lainnya), bermalam di taman milik raja, masuk ke dalam Kota Benares pada keesokan harinya. Kala itu, seorang hartawan di kota tersebut yang merasa senang dengan kelakuannya, membawanya ke rumahnya, mempersembahkan makanan kepadanya, dan setelah mendapatkan persetujuan darinya, dia memintanya untuk tinggal di dalam taman dan melayani segala kebutuhannya. Persahabatan pun kemudian terjalin di antara mereka.
Suatu hari, disebabkan oleh cinta kasih dan persahabatannya terhadap Bodhisatta, hartawan itu berpikir di dalam dirinya, “Kehidupan pabbajita adalah penderitaan. Saya akan membujuk sahabatku, Vacchanakha, si petapa pengembara, untuk kembali menjalankan kehidupan duniawi; saya akan membagi kekayaanku menjadi dua bagian dan memberikan satu bagian kepadanya, kemudian kami berdua akan tinggal bersama.” Maka pada suatu hari, setelah selesai bersantap, dia berbicara dengan baik kepada sahabatnya dan berkata, “Bhante Vacchanakha, kehidupan pabbajita adalah penderitaan, kehidupan duniawi adalah kebahagiaan. Marilah kita berdua jalani kehidupan duniawi, menikmati kesenangankesenangan sesuka hati kita.” Setelah berkata demikian, dia mengucapkan bait pertama berikut:
Kehidupan duniawi adalah kebahagiaan, penuh dengan makanan, penuh dengan kekayaan; Di dalam kehidupan duniawi, Anda akan mendapatkan segalanya—makan dan minum sesuka hati.
Ketika mendengar perkataannya, Bodhisatta membalas, “Tuan Hartawan, disebabkan oleh ketidaktahuan, Anda telah menjadi serakah di dalam kesenangan indriawi, mengatakan bahwa kehidupan pabbajita adalah penderitaan dan kehidupan keduniawian adalah kebahagiaan. Sekarang dengarkanlah, saya akan memberitahukan kepadamu betapa buruknya kehidupan duniawi itu,” dan dia mengucapkan bait kedua berikut:
Dia yang menjalani kehidupan duniawi tidak pernah mengetahui apa itu kedamaian, dia berbohong dan menipu, dia harus menghadapi banyak kejadian yang tidak menyenangkan dari orangorang: Tidak ada yang dapat mengobati keburukan ini: Kalau begitu, siapakah yang berminat untuk menjalani kehidupan duniawi?
Dengan kata-kata demikian Sang Mahasatwa memberitahukan keburukan dari kehidupan duniawi. Kemudian dia pergi kembali ke dalam taman.
Setelah uraian ini selesai disampaikan, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka:—“Roja adalah hartawan, dan Aku adalah Petapa Pengembara Vacchanakha.”
*****
Sumber: ITC, Jataka Vol. 2
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com