VARUNI-JATAKA
“Pengetahuan itulah,” dan seterusnya . Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai seseorang yang merusak minuman keras. Menurut kisah yang diceritakan secara turun temurun, Anāthapiṇḍika mempunyai seorang teman yang menjaga kedai minuman. Teman ini mempunyai persediaan minuman keras yang dijual demi emas dan perak, dan kedai minumannya sangat ramai. Ia memberi perintah kepada pengikutnya untuk hanya melakukan penjualan tunai saja sementara ia pergi untuk mandi. Pengikutnya ini, ketika menyajikan minuman kepada para pelanggannya, melihat mereka mengeluarkan garam dan gula, memakan makanan itu sebagai penambah selera. Ia berpikir, “Tidak ada unsur garam dalam minuman keras yang kami jual; akan saya masukkan sedikit garam dalam minuman keras itu.” Maka ia memasukkan sedikit garam ke dalam semangkuk minuman keras dan menyajikannya kepada para pelanggan. Begitu minum satu teguk, mereka meludahkannya kembali, sambil berseru, “Apa yang ingin kamu lakukan?”
“Saya melihat kalian mengeluarkan garam setelah minum minuman keras kami, maka saya campurkan sedikit garam di dalamnya.”
“Karena itulah kamu merusak minuman keras yang mutunya bagus, dasar bodoh,” teriak para pelanggan, sambil memaki, satu per satu bangkit dan keluar dari kedai minuman itu. Ketika penjaga kedai minuman itu kembali, dan tidak melihat seorang pelanggan pun di sana, ia bertanya kemana mereka semua pergi. Pengikutnya menceritakan apa yang telah terjadi. Menilai kebodohan pengikutnya itu, ia pergi mencari Anāthapiṇḍika. Anāthapiṇḍika yang merasa kisah ini menarik untuk diceritakan, segera menuju ke Jetawana. Setelah memberikan penghormatan, ia menceritakan kejadian tersebut kepada Sang Guru.
“Ini bukan pertama kalinya, Tuan perumah-tangga,” kata Sang Guru, “murid ini merusak minuman keras. Ia melakukan hal yang sama di kehidupan yang lampau.” Atas permintaan Anāthapiṇḍika Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.
___________________
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seorang saudagar di Benares, dan memiliki seorang penjaga kedai minuman yang hidup di bawah perlindungannya. Orang ini mempunyai persediaan minuman keras yang lumayan banyak, yang ia tinggalkan untuk dijual oleh pengikutnya saat ia sendiri pergi mandi. Selama ketidakhadirannya, pengikutnya itu mencampur garam ke minuman keras dan merusaknya dengan cara yang sama. Saat ia kembali, pembimbing dan guru anak itu mengetahui apa yang telah terjadi. Ia kemudian menceritakan kejadian tersebut kepada sang saudagar. “Sungguh,” kata saudagar tersebut, “si bodoh dan tolol yang ingin melakukan kebaikan hanya akan menimbulkan bencana.” Ia membacakan syair berikut ini : Pengetahuan itulah yang menganugerahkan keberhasilan, mereka yang bodoh akan dihalangi oleh kebodohan mereka sendiri, —Lihatlah Kondañña menggarami semangkuk minuman keras.
Dalam baris-baris ini, Bodhisatta mengajarkan kebenaran.
____________________
Sang Guru berkata, “Perumah-tangga, orang yang sama inilah yang merusak minuman keras, baik di kehidupan lampau maupun di kehidupan sekarang ini.” Kemudian Beliau menunjukkan kaitan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Ia yang merusak minuman keras di kehidupan ini, juga merusak minuman keras di kehidupan yang lampau, dan Saya sendiri merupakan saudagar dari Benares tersebut.”
sumber: ITC, Jataka Vol. I
“Saya melihat kalian mengeluarkan garam setelah minum minuman keras kami, maka saya campurkan sedikit garam di dalamnya.”
“Karena itulah kamu merusak minuman keras yang mutunya bagus, dasar bodoh,” teriak para pelanggan, sambil memaki, satu per satu bangkit dan keluar dari kedai minuman itu. Ketika penjaga kedai minuman itu kembali, dan tidak melihat seorang pelanggan pun di sana, ia bertanya kemana mereka semua pergi. Pengikutnya menceritakan apa yang telah terjadi. Menilai kebodohan pengikutnya itu, ia pergi mencari Anāthapiṇḍika. Anāthapiṇḍika yang merasa kisah ini menarik untuk diceritakan, segera menuju ke Jetawana. Setelah memberikan penghormatan, ia menceritakan kejadian tersebut kepada Sang Guru.
“Ini bukan pertama kalinya, Tuan perumah-tangga,” kata Sang Guru, “murid ini merusak minuman keras. Ia melakukan hal yang sama di kehidupan yang lampau.” Atas permintaan Anāthapiṇḍika Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.
___________________
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seorang saudagar di Benares, dan memiliki seorang penjaga kedai minuman yang hidup di bawah perlindungannya. Orang ini mempunyai persediaan minuman keras yang lumayan banyak, yang ia tinggalkan untuk dijual oleh pengikutnya saat ia sendiri pergi mandi. Selama ketidakhadirannya, pengikutnya itu mencampur garam ke minuman keras dan merusaknya dengan cara yang sama. Saat ia kembali, pembimbing dan guru anak itu mengetahui apa yang telah terjadi. Ia kemudian menceritakan kejadian tersebut kepada sang saudagar. “Sungguh,” kata saudagar tersebut, “si bodoh dan tolol yang ingin melakukan kebaikan hanya akan menimbulkan bencana.” Ia membacakan syair berikut ini : Pengetahuan itulah yang menganugerahkan keberhasilan, mereka yang bodoh akan dihalangi oleh kebodohan mereka sendiri, —Lihatlah Kondañña menggarami semangkuk minuman keras.
Dalam baris-baris ini, Bodhisatta mengajarkan kebenaran.
____________________
Sang Guru berkata, “Perumah-tangga, orang yang sama inilah yang merusak minuman keras, baik di kehidupan lampau maupun di kehidupan sekarang ini.” Kemudian Beliau menunjukkan kaitan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Ia yang merusak minuman keras di kehidupan ini, juga merusak minuman keras di kehidupan yang lampau, dan Saya sendiri merupakan saudagar dari Benares tersebut.”
sumber: ITC, Jataka Vol. I
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com