Dhammacakkappavattana Sutta
Demikianlah yang saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagavā bersemayam di dekat kota Benares, di
Isipatana, di Taman Rusa (Migadāya).
Di sana, Sang Bhagavā bersabda kepada rombongan lima orang bhikkhu
(Assajji, Vappa, Bhadiya, Koṇḍañña, Mahānama), demikian:
“Dua hal yang berlebihan (extrim) ini, O, para Bhikkhu,
tidak patut dijalankan oleh mereka
yang telah meninggalkan rumah untuk menempuh
kehidupan tak berkeluarga:
“Menuruti kesenangan nafsu indria yang rendah,
yang tidak berharga dan tidak berfaedah,
biadab, duniawi; atau melakukan penyiksaan diri, yang menyakitkan,
tidak berharga dan tidak berfaedah.
Setelah menghindari kedua hal yang berlebih-lebihan ini, O, para Bhikkhu,
JALAN TENGAH (MAJJHIMĀ-PAṬIPADĀ) yang telah sempurna diselam
oleh Tathāgata,
yang membukakan Mata Batin (Cakkhu-Karaṇī),
yang menimbulkan Pengetahuan (Ñāṇa-Karaṇī),
yang membawa Ketentraman (Upasamāya),
Kemampuan Batin luar biasa (Abhiññāya),
Kesadaran Agung (Sambodhāya), Pencapaian Nibbāna (Nibbānāya).
“Apakah, O, para Bhikkhu, JALAN TENGAH yang telah sempurna diselami oleh Tathāgata,
yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan,
yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa,
Kesadaran Agung, Pencapaian Nibbāna itu?
Tiada lain JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN / DELAPAN JALAN ARIYA /ARIYO AṬṬHANGIKO MAGGO,
yaitu:Sammā-Diṭṭhi:Pengertian Benar, Sammā-Sankappo:Pikiran Benar,
Sammā-Vācā:Ucapan Benar,Sammā-Kammanto:Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo:Penghidupan Benar,Sammā-Vāyāmo:Usaha Benar,
Sammā-Sati:Kesadaran Benar,Sammā-Samādhi:Samādhi Benar,
Itulah sesungguhnya JALAN TENGAH,
O, para Bhikkhu, yang telahsempurna diselami oleh Tathāgata
yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan,
yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa,
Kesadaran Agung, dan Pencapaian Nibbāna.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang Dukkha(DUKKHA ARIYA-SACCA),
yaitu Kelahiran adalah dukkha,Usia tua adalah dukkha,
Penyakit adalah dukkha,Kematian adalah dukkha,
Berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha,
Berpisah dari yang dicintai adalah dukkha,
Tidak memperoleh apa yang diingini adalah dukkha,
Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan (pañcapādānakkhandhā) merupakan dukkha.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA (Dukkha-Samudaya Ariya-Sacca),
yaitu: Ketagihan (Taṇhā) yang menyebabkan tumimbal lahir,
disertai dengan nafsu indria (Nandi-Rāga-Sahagatā) yang menemukan kesenangan di sana sini,
yaitu: Kāma-Taṇhā:ketagihan akan kesenangan indria,
Bhava-Taṇhā:ketagihan akan penjelmaan,
Vibhava-Taṇhā:ketagihan akan pemusnahan diri sendiri.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA(Dukkha-Nirodha Ariya-Sacca),
yaitu: Terhentinya semua nafsu indria tanpa sisa, melepaskannya, bebas,
terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA (Dukkha-Nirodha-Gāminī-Paṭipadā Ariya-Sacca),
tiada lain Jalan Ariya Berunsur Delapan (Aṭṭhangiko Ariyo Maggo), yaitu:
Sammā-Diṭṭhi:Pengertian Benar,
Sammā-Sankappo:Pikiran Benar,
Sammā-Vācā:Ucapan Benar,
Sammā-Kammanto:Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo:Penghidupan Benar,
Sammā-Vāyāmo:Usaha Benar,
Sammā-Sati:Kesadaran Benar,
Sammā-Samādhi:Samādhi Benar,
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA.
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya engar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan (Cakkhu),
timbullah Pengetahuan (Ñāṇa), timbullah Kebijaksanaan (Paññā),
timbullah Penembusan (Vijjā), Timbullah Cahaya (Āloko).
KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini harus dipahami (Pariññeyya).
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang
belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah
Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah
Penembusan, timbullah Cahaya.
KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini telah dipahami.
Demikianlah, O,para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma),
yang belum pernahSaya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA.
Demikianlah,O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah
Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang harus
dilenyapkan (Pahātabba).
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala
sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan
jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang telah
dilenyapkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu
(Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O,
para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah
Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah
Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang harus dicapai
(Sacchikātabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu
(Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang telah dicapai.
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang
belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah
Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah
Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA
yang harus dikembangkan (Bhāvatabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu,
mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar
menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan,
timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA
yang telah dikembangkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan,
timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Demikianlah, selama Pengetahuan dan Pengertian Saya (Yathābhūta Ñāṇa-Dassana) tentang Empat Kesunyataan Mulia sebagaimana adanya,
masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi pandangan ini belum sempurna
betul; maka, O, para Bhikkhu, Saya tidak menyatakan kepada dunia
bersama para dewa dan Māra-nya, kepada semua makhluk, termasuk
dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya telah mencapai
Kebijaksanaan Agung (Anuttara Sammā-Sambhodi).
“Ketika Pengetahuan dan Pengertian Saya tentang Empat Kesunyataan
Mulia sebagaimana adanya, masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi
pandangan, telah sempurna; hanya pada saat itu, O, para Bhikkhu, Saya
menyatakan kepada dunia bersama para dewa dan Māra-nya, kepada
semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya
telah mencapai Kebijaksanaan Agung.
Timbullah dalam diri Saya Pengetahuan dan Pengertian (Ñāṇa-Dassana):
“Tak terguncangkan Kebebasan Batin Saya (Ceto-Vimutti). Inilah
kelahiran yang terakhir. Tidak ada lagi tumimbal lahir bagi Saya.”
Demikianlah sabda Sang Bhagavā; dan kelima bhikkhu itu merasa puas
serta mengerti kata-kata Sang Bhagavā. Tatkala khotbah ini sedang
disampaikan timbullah pada Yang Ariya Koṇḍañña Mata Dhamma
(Dhamma-Cakkhu) yang bersih tanpa noda:
“Segala sesuatu muncul karena ada sebabnya; segala sesuatu akan lenyap
karena sebabnya habis/tidak ada” (Yankiñci samudaya-dhammam
sabban-tam nirodha-dhamma).
Tatkala Roda Dhamma (Dhamma-Cakka) telah diputar oleh Sang Bhagavā,
dewa-dewa Bumi berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”
Mendengar kata-kata dewa-dewa Bumi, dewa-dewa Cātummahārājikā
berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”
Mendengar gema kata-kata dewa-dewa Cātummahārājikā, dewa-dewa
dari surga Tāvatimsā, Yāmā, Tusitā, Nimmānaratī, Paranimmitavasavattī
dan dewa-dewa Alam Brahma, juga berseru:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh
siapa juga di alam semesta ini!”
Demikianlah pada saat itu juga, seketika itu juga, dalam waktu yang
sangat singkat suara itu menembus Alam Brahma. Alam semesta ini
dengan laksana alamnya tergugah dan bergoyang disertai bunyi gemuruh,
dan cahaya yang gilang-gemilang yang tak terukur, melebihi cahaya
dewa, terlihat di dunia.
Pada saat itu Sang Bhagavā bersabda:
“Koṇḍañña telah mengerti, Koṇḍañña telah mengerti.” Demikianlah
mulanya bagaimana Yang Ariya Koṇḍañña memperoleh nama julukan
Aññā Koṇḍañña, Koṇḍañña yang (pertama) mengerti.
Pada suatu ketika Sang Bhagavā bersemayam di dekat kota Benares, di
Isipatana, di Taman Rusa (Migadāya).
Di sana, Sang Bhagavā bersabda kepada rombongan lima orang bhikkhu
(Assajji, Vappa, Bhadiya, Koṇḍañña, Mahānama), demikian:
“Dua hal yang berlebihan (extrim) ini, O, para Bhikkhu,
tidak patut dijalankan oleh mereka
yang telah meninggalkan rumah untuk menempuh
kehidupan tak berkeluarga:
“Menuruti kesenangan nafsu indria yang rendah,
yang tidak berharga dan tidak berfaedah,
biadab, duniawi; atau melakukan penyiksaan diri, yang menyakitkan,
tidak berharga dan tidak berfaedah.
Setelah menghindari kedua hal yang berlebih-lebihan ini, O, para Bhikkhu,
JALAN TENGAH (MAJJHIMĀ-PAṬIPADĀ) yang telah sempurna diselam
oleh Tathāgata,
yang membukakan Mata Batin (Cakkhu-Karaṇī),
yang menimbulkan Pengetahuan (Ñāṇa-Karaṇī),
yang membawa Ketentraman (Upasamāya),
Kemampuan Batin luar biasa (Abhiññāya),
Kesadaran Agung (Sambodhāya), Pencapaian Nibbāna (Nibbānāya).
“Apakah, O, para Bhikkhu, JALAN TENGAH yang telah sempurna diselami oleh Tathāgata,
yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan,
yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa,
Kesadaran Agung, Pencapaian Nibbāna itu?
Tiada lain JALAN ARIYA BERUNSUR DELAPAN / DELAPAN JALAN ARIYA /ARIYO AṬṬHANGIKO MAGGO,
yaitu:Sammā-Diṭṭhi:Pengertian Benar, Sammā-Sankappo:Pikiran Benar,
Sammā-Vācā:Ucapan Benar,Sammā-Kammanto:Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo:Penghidupan Benar,Sammā-Vāyāmo:Usaha Benar,
Sammā-Sati:Kesadaran Benar,Sammā-Samādhi:Samādhi Benar,
Itulah sesungguhnya JALAN TENGAH,
O, para Bhikkhu, yang telahsempurna diselami oleh Tathāgata
yang membukakan Mata Batin, yang menimbulkan Pengetahuan,
yang membawa Ketentraman, Kemampuan Batin luar biasa,
Kesadaran Agung, dan Pencapaian Nibbāna.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang Dukkha(DUKKHA ARIYA-SACCA),
yaitu Kelahiran adalah dukkha,Usia tua adalah dukkha,
Penyakit adalah dukkha,Kematian adalah dukkha,
Berkumpul dengan yang tidak disenangi adalah dukkha,
Berpisah dari yang dicintai adalah dukkha,
Tidak memperoleh apa yang diingini adalah dukkha,
Singkatnya Lima Kelompok Kemelekatan (pañcapādānakkhandhā) merupakan dukkha.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA (Dukkha-Samudaya Ariya-Sacca),
yaitu: Ketagihan (Taṇhā) yang menyebabkan tumimbal lahir,
disertai dengan nafsu indria (Nandi-Rāga-Sahagatā) yang menemukan kesenangan di sana sini,
yaitu: Kāma-Taṇhā:ketagihan akan kesenangan indria,
Bhava-Taṇhā:ketagihan akan penjelmaan,
Vibhava-Taṇhā:ketagihan akan pemusnahan diri sendiri.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA(Dukkha-Nirodha Ariya-Sacca),
yaitu: Terhentinya semua nafsu indria tanpa sisa, melepaskannya, bebas,
terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.
“Sekarang, O, para Bhikkhu, KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA (Dukkha-Nirodha-Gāminī-Paṭipadā Ariya-Sacca),
tiada lain Jalan Ariya Berunsur Delapan (Aṭṭhangiko Ariyo Maggo), yaitu:
Sammā-Diṭṭhi:Pengertian Benar,
Sammā-Sankappo:Pikiran Benar,
Sammā-Vācā:Ucapan Benar,
Sammā-Kammanto:Perbuatan Benar,
Sammā-Ājīvo:Penghidupan Benar,
Sammā-Vāyāmo:Usaha Benar,
Sammā-Sati:Kesadaran Benar,
Sammā-Samādhi:Samādhi Benar,
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA.
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya engar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan (Cakkhu),
timbullah Pengetahuan (Ñāṇa), timbullah Kebijaksanaan (Paññā),
timbullah Penembusan (Vijjā), Timbullah Cahaya (Āloko).
KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini harus dipahami (Pariññeyya).
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang
belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah
Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah
Penembusan, timbullah Cahaya.
KEBENARAN ARIYA tentang DUKKHA ini telah dipahami.
Demikianlah, O,para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma),
yang belum pernahSaya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA.
Demikianlah,O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah
Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang harus
dilenyapkan (Pahātabba).
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala
sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan
jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang ASAL MULA DUKKHA yang telah
dilenyapkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu
(Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O,
para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah
Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah
Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah
Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang harus dicapai
(Sacchikātabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu
(Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang AKHIR DUKKHA yang telah dicapai.
Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang
belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah
Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan, timbullah
Penembusan, timbullah Cahaya.
“Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN YANG MENUJU AKHIR DUKKHA. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma)
yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas.
Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan, timbullah Kebijaksanaan,
timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA
yang harus dikembangkan (Bhāvatabba). Demikianlah, O, para Bhikkhu,
mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar
menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan,
timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
Inilah KEBENARAN ARIYA tentang JALAN MENUJU AKHIR DUKKHA
yang telah dikembangkan. Demikianlah, O, para Bhikkhu, mengenai segala sesuatu (Dhamma) yang belum pernah Saya dengar menjadi terang dan jelas. Timbullah Pandangan, timbullah Pengetahuan,
timbullah Kebijaksanaan, timbullah Penembusan, timbullah Cahaya.
“Demikianlah, selama Pengetahuan dan Pengertian Saya (Yathābhūta Ñāṇa-Dassana) tentang Empat Kesunyataan Mulia sebagaimana adanya,
masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi pandangan ini belum sempurna
betul; maka, O, para Bhikkhu, Saya tidak menyatakan kepada dunia
bersama para dewa dan Māra-nya, kepada semua makhluk, termasuk
dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya telah mencapai
Kebijaksanaan Agung (Anuttara Sammā-Sambhodi).
“Ketika Pengetahuan dan Pengertian Saya tentang Empat Kesunyataan
Mulia sebagaimana adanya, masing-masing dalam 3 tahap dan 12 segi
pandangan, telah sempurna; hanya pada saat itu, O, para Bhikkhu, Saya
menyatakan kepada dunia bersama para dewa dan Māra-nya, kepada
semua makhluk, termasuk dewa-dewa dan manusia-manusia, bahwa Saya
telah mencapai Kebijaksanaan Agung.
Timbullah dalam diri Saya Pengetahuan dan Pengertian (Ñāṇa-Dassana):
“Tak terguncangkan Kebebasan Batin Saya (Ceto-Vimutti). Inilah
kelahiran yang terakhir. Tidak ada lagi tumimbal lahir bagi Saya.”
Demikianlah sabda Sang Bhagavā; dan kelima bhikkhu itu merasa puas
serta mengerti kata-kata Sang Bhagavā. Tatkala khotbah ini sedang
disampaikan timbullah pada Yang Ariya Koṇḍañña Mata Dhamma
(Dhamma-Cakkhu) yang bersih tanpa noda:
“Segala sesuatu muncul karena ada sebabnya; segala sesuatu akan lenyap
karena sebabnya habis/tidak ada” (Yankiñci samudaya-dhammam
sabban-tam nirodha-dhamma).
Tatkala Roda Dhamma (Dhamma-Cakka) telah diputar oleh Sang Bhagavā,
dewa-dewa Bumi berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”
Mendengar kata-kata dewa-dewa Bumi, dewa-dewa Cātummahārājikā
berseru serempak:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh siapa pun di dunia!”
Mendengar gema kata-kata dewa-dewa Cātummahārājikā, dewa-dewa
dari surga Tāvatimsā, Yāmā, Tusitā, Nimmānaratī, Paranimmitavasavattī
dan dewa-dewa Alam Brahma, juga berseru:
“Di dekat Benares, di Isipatana, di Migadāya, telah diputar Roda Dhamma
yang tanpa bandingnya oleh Sang Bhagavā, yang tidak dapat dihentikan,
baik oleh seorang Samaṇa, Brahmana, Devā, Māra, Brahma, mau pun oleh
siapa juga di alam semesta ini!”
Demikianlah pada saat itu juga, seketika itu juga, dalam waktu yang
sangat singkat suara itu menembus Alam Brahma. Alam semesta ini
dengan laksana alamnya tergugah dan bergoyang disertai bunyi gemuruh,
dan cahaya yang gilang-gemilang yang tak terukur, melebihi cahaya
dewa, terlihat di dunia.
Pada saat itu Sang Bhagavā bersabda:
“Koṇḍañña telah mengerti, Koṇḍañña telah mengerti.” Demikianlah
mulanya bagaimana Yang Ariya Koṇḍañña memperoleh nama julukan
Aññā Koṇḍañña, Koṇḍañña yang (pertama) mengerti.
Kritik dan Saran, Hubungi : cs@sariputta.com