Sang Tathāgata Bukan Ada Juga Bukan Tidak Ada
Neva hoti na nahoti tathāgata (SN 24.18)
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika ada apakah, dengan melekat pada apakah, dengan terikat pada apakah, maka suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’?”
“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā …”
“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, maka suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Ketika ada perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ …
“Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk … kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Yang Mulia.” …
“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, dapatkah suatu pandangan seperti itu muncul?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Apa yang dilihat, didengar, diindra, dikenali, dicapai, dicari, dan dijelajahi oleh pikiran: apakah kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Yang Mulia.”
“Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan?”
“Penderitaan, Yang Mulia.”
“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah suatu pandangan seperti itu muncul?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Ketika, para bhikkhu, seorang siswa mulia telah melepaskan kebimbangan dalam enam kasus ini, dan ketika, lebih jauh lagi, ia telah melepaskan kebimbangan terhadap penderitaan, asal-mula penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan, maka ia disebut siswa mulia yang adalah seorang Pemasuk-Arus, tidak akan lagi terlahir di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”
“Yang Mulia, ajaran kami berakar dalam Sang Bhagavā …”
“Ketika ada bentuk, para bhikkhu, dengan melekat pada bentuk, dengan terikat pada bentuk, maka suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Ketika ada perasaan … persepsi … bentukan-bentukan kehendak … kesadaran, dengan melekat pada kesadaran, dengan terikat pada kesadaran, suatu pandangan seperti berikut ini muncul: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ …
“Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, apakah bentuk … kesadaran adalah kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Yang Mulia.” …
“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak kekal, penderitaan, dan tunduk pada perubahan, dapatkah suatu pandangan seperti itu muncul?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Apa yang dilihat, didengar, diindra, dikenali, dicapai, dicari, dan dijelajahi oleh pikiran: apakah kekal atau tidak kekal?”
“Tidak kekal, Yang Mulia.”
“Apakah yang tidak kekal itu adalah penderitaan atau kebahagiaan?”
“Penderitaan, Yang Mulia.”
“Tetapi tanpa melekat pada apa yang tidak kekal, penderitaan, dan mengalami perubahan, dapatkah suatu pandangan seperti itu muncul?”
“Tidak, Yang Mulia.”
“Ketika, para bhikkhu, seorang siswa mulia telah melepaskan kebimbangan dalam enam kasus ini, dan ketika, lebih jauh lagi, ia telah melepaskan kebimbangan terhadap penderitaan, asal-mula penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan, maka ia disebut siswa mulia yang adalah seorang Pemasuk-Arus, tidak akan lagi terlahir di alam rendah, pasti mencapai tujuan, dengan pencerahan sebagai tujuannya.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com