Meninggalkan ketidaktahuan (2)
Avijjā 2 (SN 35.80)
Seperti di atas hingga:
“Tetapi, Yang Mulia, bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui, bagaimanakah ia melihat, agar ketidaktahuan ditinggalkan olehnya dan pengetahuan sejati muncul?”
“Di sini, bhikkhu, seorang bhikkhu telah mendengar, ‘Tidak ada yang layak dilekati.’ Ketika seorang bhikkhu telah mendengar, ‘Tidak ada yang layak dilekati,’ ia secara langsung mengetahui segalanya. Setelah secara langsung mengetahui segalanya, ia sepenuhnya memahami segalanya. Setelah sepenuhnya memahami segalanya, ia melihat segala gambaran secara berbeda. Ia melihat mata secara berbeda, ia melihat bentuk-bentuk secara berbeda … perasaan apa pun yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisi … itu juga ia lihat secara berbeda.
“Ketika, bhikkhu, seorang bhikkhu mengetahui dan melihat demikian, maka ketidaktahuan ditinggalkan olehnya dan pengetahuan sejati muncul.”
“Tetapi, Yang Mulia, bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui, bagaimanakah ia melihat, agar ketidaktahuan ditinggalkan olehnya dan pengetahuan sejati muncul?”
“Di sini, bhikkhu, seorang bhikkhu telah mendengar, ‘Tidak ada yang layak dilekati.’ Ketika seorang bhikkhu telah mendengar, ‘Tidak ada yang layak dilekati,’ ia secara langsung mengetahui segalanya. Setelah secara langsung mengetahui segalanya, ia sepenuhnya memahami segalanya. Setelah sepenuhnya memahami segalanya, ia melihat segala gambaran secara berbeda. Ia melihat mata secara berbeda, ia melihat bentuk-bentuk secara berbeda … perasaan apa pun yang muncul dengan kontak-pikiran sebagai kondisi … itu juga ia lihat secara berbeda.
“Ketika, bhikkhu, seorang bhikkhu mengetahui dan melihat demikian, maka ketidaktahuan ditinggalkan olehnya dan pengetahuan sejati muncul.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com