Kāmabhū
Kāmabhu (SN 35.233)
Pada suatu ketika Yang Mulia Ānanda dan Yang Mulia Kāmabhū sedang berdiam di Kosambī di Taman Ghosita. Kemudian, pada suatu malam, Yang Mulia Kāmabhū keluar dari keterasingannya dan mendatangi Yang Mulia Ānanda. Ia saling bertukar sapa dengan Yang Mulia Ānanda dan, ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepadanya:
“Bagaimanakah, sahabat Ānanda, apakah mata adalah belenggu bagi bentuk-bentuk atau apakah bentuk-bentuk adalah belenggu bagi mata? … Apakah pikiran adalah belenggu bagi fenomena-fenomena pikiran atau apakah fenomena-fenomena pikiran adalah belenggu bagi pikiran?”
“Sahabat Kāmabhū, mata bukanlah belenggu bagi bentuk-bentuk juga bentuk-bentuk bukanlah belenggu bagi mata … Pikiran bukanlah belenggu bagi fenomena-fenomena pikiran juga fenomena-fenomena pikiran bukanlah belenggu bagi pikiran, melainkan keinginan dan nafsu yang muncul di sana dengan bergantung pada keduanya: itulah belenggu di sana.
“Misalkan, sahabat, seekor sapi hitam dan seekor sapi putih diikat bersama oleh satu kekang atau kuk. Dapatkah seseorang mengatakan dengan benar jika ia mengatakan: ‘Sapi hitam itu adalah belenggu bagi sapi putih; sapi putih adalah belenggu bagi sapi hitam’?”
“Tidak, sahabat. Sapi hitam bukanlah belenggu bagi sapi putih juga sapi putih bukanlah belenggu bagi sapi hitam, melainkan kekang atau kuk yang mengikat keduanya: itulah belenggu di sana.”
“Demikian pula, sahabat, mata bukanlah belenggu bagi bentuk-bentuk … juga fenomena-fenomena pikiran bukanlah belenggu bagi pikiran, melainkan keinginan dan nafsu yang muncul di sana dengan bergantung pada keduanya: itulah belenggu di sana.”
“Bagaimanakah, sahabat Ānanda, apakah mata adalah belenggu bagi bentuk-bentuk atau apakah bentuk-bentuk adalah belenggu bagi mata? … Apakah pikiran adalah belenggu bagi fenomena-fenomena pikiran atau apakah fenomena-fenomena pikiran adalah belenggu bagi pikiran?”
“Sahabat Kāmabhū, mata bukanlah belenggu bagi bentuk-bentuk juga bentuk-bentuk bukanlah belenggu bagi mata … Pikiran bukanlah belenggu bagi fenomena-fenomena pikiran juga fenomena-fenomena pikiran bukanlah belenggu bagi pikiran, melainkan keinginan dan nafsu yang muncul di sana dengan bergantung pada keduanya: itulah belenggu di sana.
“Misalkan, sahabat, seekor sapi hitam dan seekor sapi putih diikat bersama oleh satu kekang atau kuk. Dapatkah seseorang mengatakan dengan benar jika ia mengatakan: ‘Sapi hitam itu adalah belenggu bagi sapi putih; sapi putih adalah belenggu bagi sapi hitam’?”
“Tidak, sahabat. Sapi hitam bukanlah belenggu bagi sapi putih juga sapi putih bukanlah belenggu bagi sapi hitam, melainkan kekang atau kuk yang mengikat keduanya: itulah belenggu di sana.”
“Demikian pula, sahabat, mata bukanlah belenggu bagi bentuk-bentuk … juga fenomena-fenomena pikiran bukanlah belenggu bagi pikiran, melainkan keinginan dan nafsu yang muncul di sana dengan bergantung pada keduanya: itulah belenggu di sana.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com