Sāriputta dan Koṭṭhita (4)
Ārāma (SN 44.6)
Pada suatu ketika Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Mahākoṭṭhita sedang berdiam di Bārāṇasī di Taman Rusa di Isipatana. Kemudian, pada suatu malam, Yang Mulia Sāriputta keluar dari keterasingannya dan mendatangi Yang Mulia Mahākoṭṭhita. Ia bertukar sapa dengan Yang Mulia Mahākoṭṭhita dan, ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu dan berkata kepadanya:
“Bagaimanakah, sahabat Koṭṭhita, apakah Sang Tathāgata ada setelah kematian?”
Sama seperti sutta sebelumnya hingga:
“Sekarang apakah, sahabat, sebab dan alasan mengapa ini tidak pernah dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
(i. Kenikmatan dalam kelompok-kelompok unsur kehidupan)
“Sahabat, adalah seseorang yang menikmati bentuk, yang menyenangi bentuk, yang bergembira di dalam bentuk, dan yang tidak mengetahui dan tidak melihat lenyapnya bentuk sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian,’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Adalah seseorang yang menikmati perasaan … yang menikmati persepsi … yang menikmati bentukan-bentukan kehendak … yang menikmati kesadaran, yang menyenangi kesadaran, yang bergembira di dalam kesadaran, dan yang tidak mengetahui dan tidak melihat lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati bentuk … yang tidak menikmati perasaan … yang tidak menikmati persepsi … yang tidak menikmati bentukan-bentukan kehendak … yang tidak menikmati kesadaran, yang tidak menyenangi kesadaran, yang tidak bergembira di dalam kesadaran, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(ii. Kenikmatan dalam penjelmaan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati penjelmaan, yang menyenangi penjelmaan, yang bergembira di dalam penjelmaan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya penjelmaan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi sahabat, seseorang yang tidak menikmati penjelmaan, yang tidak menyenangi penjelmaan, yang tidak bergembira di dalam penjelmaan, dan mengetahui dan melihat lenyapnya penjelmaan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(iii. Kenikmatan dalam kemelekatan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati kemelekatan, yang menyenangi kemelekatan, yang bergembira di dalam kemelekatan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati kemelekatan, yang tidak menyenangi kemelekatan, yang tidak bergembira di dalam kemelekatan, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(iv. Kenikmatan dalam ketagihan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati ketagihan, yang menyenangi ketagihan, yang bergembira di dalam ketagihan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati ketagihan, yang tidak menyenangi ketagihan, yang tidak bergembira di dalam ketagihan, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(v. Metode lain?)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Sekarang, sahabat Sāriputta, mengapa engkau menginginkan tambahan lainnya lagi untuk ini? Sahabat Sāriputta, ketika seorang bhikkhu terbebaskan melalui hancurnya ketagihan, tidak ada lagi lingkaran untuk menggambarkannya.”
“Bagaimanakah, sahabat Koṭṭhita, apakah Sang Tathāgata ada setelah kematian?”
Sama seperti sutta sebelumnya hingga:
“Sekarang apakah, sahabat, sebab dan alasan mengapa ini tidak pernah dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
(i. Kenikmatan dalam kelompok-kelompok unsur kehidupan)
“Sahabat, adalah seseorang yang menikmati bentuk, yang menyenangi bentuk, yang bergembira di dalam bentuk, dan yang tidak mengetahui dan tidak melihat lenyapnya bentuk sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian,’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Adalah seseorang yang menikmati perasaan … yang menikmati persepsi … yang menikmati bentukan-bentukan kehendak … yang menikmati kesadaran, yang menyenangi kesadaran, yang bergembira di dalam kesadaran, dan yang tidak mengetahui dan tidak melihat lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati bentuk … yang tidak menikmati perasaan … yang tidak menikmati persepsi … yang tidak menikmati bentukan-bentukan kehendak … yang tidak menikmati kesadaran, yang tidak menyenangi kesadaran, yang tidak bergembira di dalam kesadaran, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(ii. Kenikmatan dalam penjelmaan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati penjelmaan, yang menyenangi penjelmaan, yang bergembira di dalam penjelmaan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya penjelmaan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi sahabat, seseorang yang tidak menikmati penjelmaan, yang tidak menyenangi penjelmaan, yang tidak bergembira di dalam penjelmaan, dan mengetahui dan melihat lenyapnya penjelmaan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(iii. Kenikmatan dalam kemelekatan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati kemelekatan, yang menyenangi kemelekatan, yang bergembira di dalam kemelekatan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati kemelekatan, yang tidak menyenangi kemelekatan, yang tidak bergembira di dalam kemelekatan, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(iv. Kenikmatan dalam ketagihan)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Mungkin saja, sahabat. Adalah seseorang yang menikmati ketagihan, yang menyenangi ketagihan, yang bergembira di dalam ketagihan, dan yang tidak mengetahui dan melihat lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya, yang menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Tetapi, sahabat, seseorang yang tidak menikmati ketagihan, yang tidak menyenangi ketagihan, yang tidak bergembira di dalam ketagihan, dan yang mengetahui dan melihat lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya, tidak menganggap: ‘Sang Tathāgata ada setelah kematian’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’
“Ini, sahabat, adalah sebab dan alasan mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā.”
(v. Metode lain?)
“Tetapi, sahabat, mungkinkah ada metode penjelasan lain mengapa ini tidak dinyatakan oleh Sang Bhagavā?”
“Sekarang, sahabat Sāriputta, mengapa engkau menginginkan tambahan lainnya lagi untuk ini? Sahabat Sāriputta, ketika seorang bhikkhu terbebaskan melalui hancurnya ketagihan, tidak ada lagi lingkaran untuk menggambarkannya.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com