Vacchagotta
Vacchagotta (SN 44.8)
Pengembara Vacchagotta mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepada Beliau:
“Bagaimanakah, Guru Gotama, apakah dunia abadi?” … seperti di atas …
“Apakah, Guru Gotama, sebab dan alasan mengapa, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’? Dan apakah sebab dan alasan mengapa, ketika Petapa Gotama ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian?”
“Vaccha, para pengembara dari sekte lain menganggap bentuk sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk, atau bentuk sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk. Mereka menganggap perasaan sebagai diri … persepsi sebagai diri … bentukan-bentukan kehendak sebagai diri … kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti:
‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Tetapi Vaccha, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, tidak menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika Sang Tathāgata ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian.”
Kemudian Pengembara Vacchagotta bangkit dari duduknya dan mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna. Ia bertukar sapa dengan Yang Mulia Mahāmoggallāna … dan berkata kepadanya:
“Bagaimanakah, Guru Moggallāna, apakah dunia abadi?”
Lengkap seperti di atas hingga:
“Vaccha, Sang Bhagavā tidak pernah menyatakan ini juga: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’”
“Apakah, Guru Moggallāna, sebab dan alasan mengapa, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’? Dan apakah sebab dan alasan mengapa, ketika Petapa Gotama ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian?”
“Vaccha, para pengembara dari sekte lain menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Tetapi Vaccha, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, tidak menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika Sang Tathāgata ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian.”
“Sungguh mengagumkan, Guru Moggallāna! Sungguh menakjubkan, Guru Moggallāna! Bagaimana makna dan kata-kata, baik dari guru maupun dari siswa, persis sama dan bersesuaian satu sama lain dan tidak berbeda, yaitu, sehubungan dengan persoalan pokok ini. Baru saja, Guru Moggallāna, aku mendatangi Petapa Gotama dan mengajukan persoalan ini. Petapa Gotama menjelaskan persoalan ini kepadaku dalam istilah dan kata-kata yang persis sama dengan yang digunakan oleh Guru Moggallāna. Sungguh mengagumkan, Guru Moggallāna! Sungguh menakjubkan, Guru Moggallāna! Bagaimana makna dan kata-kata, baik dari guru maupun dari siswa, persis sama dan bersesuaian satu sama lain dan tidak berbeda, yaitu, sehubungan dengan persoalan pokok ini.”
“Bagaimanakah, Guru Gotama, apakah dunia abadi?” … seperti di atas …
“Apakah, Guru Gotama, sebab dan alasan mengapa, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’? Dan apakah sebab dan alasan mengapa, ketika Petapa Gotama ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian?”
“Vaccha, para pengembara dari sekte lain menganggap bentuk sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentuk, atau bentuk sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk. Mereka menganggap perasaan sebagai diri … persepsi sebagai diri … bentukan-bentukan kehendak sebagai diri … kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti:
‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Tetapi Vaccha, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, tidak menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika Sang Tathāgata ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian.”
Kemudian Pengembara Vacchagotta bangkit dari duduknya dan mendatangi Yang Mulia Mahāmoggallāna. Ia bertukar sapa dengan Yang Mulia Mahāmoggallāna … dan berkata kepadanya:
“Bagaimanakah, Guru Moggallāna, apakah dunia abadi?”
Lengkap seperti di atas hingga:
“Vaccha, Sang Bhagavā tidak pernah menyatakan ini juga: ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’”
“Apakah, Guru Moggallāna, sebab dan alasan mengapa, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian’? Dan apakah sebab dan alasan mengapa, ketika Petapa Gotama ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian?”
“Vaccha, para pengembara dari sekte lain menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika para pengembara dari sekte lain ditanya demikian, mereka memberikan jawaban seperti: ‘Dunia adalah abadi’ … atau ‘Sang Tathāgata bukan ada juga bukan tidak ada setelah kematian.’ Tetapi Vaccha, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, tidak menganggap bentuk sebagai diri … atau diri sebagai di dalam kesadaran. Oleh karena itu, ketika Sang Tathāgata ditanya demikian, Beliau tidak memberikan jawaban demikian.”
“Sungguh mengagumkan, Guru Moggallāna! Sungguh menakjubkan, Guru Moggallāna! Bagaimana makna dan kata-kata, baik dari guru maupun dari siswa, persis sama dan bersesuaian satu sama lain dan tidak berbeda, yaitu, sehubungan dengan persoalan pokok ini. Baru saja, Guru Moggallāna, aku mendatangi Petapa Gotama dan mengajukan persoalan ini. Petapa Gotama menjelaskan persoalan ini kepadaku dalam istilah dan kata-kata yang persis sama dengan yang digunakan oleh Guru Moggallāna. Sungguh mengagumkan, Guru Moggallāna! Sungguh menakjubkan, Guru Moggallāna! Bagaimana makna dan kata-kata, baik dari guru maupun dari siswa, persis sama dan bersesuaian satu sama lain dan tidak berbeda, yaitu, sehubungan dengan persoalan pokok ini.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com