Analisis
Vibhaṅga (SN 47.40)
“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian mengenai penegakan perhatian, dan pengembangan penegakan perhatian, dan jalan menuju pengembangan penegakan perhatian. Dengarkanlah …
“Dan apakah, para bhikkhu, penegakan perhatian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan perasaan dalam perasaan … pikiran dalam pikiran … fenomena dalam fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ini disebut penegakan perhatian.
“Dan apakah, para bhikkhu, pengembangan penegakan perhatian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan sifat asal-mula dalam jasmani; ia berdiam dengan merenungkan sifat lenyapnya dalam jasmani; ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula dan lenyapnya dalam jasmani—tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula perasaan … Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula pikiran … Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula fenomena; ia berdiam dengan merenungkan sifat lenyapnya dalam fenomena; ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula dan lenyapnya dalam fenomena—tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ini disebut pengembangan penegakan perhatian.
“Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju pengembangan penegakan perhatian? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar. Ini disebut jalan menuju pengembangan penegakan perhatian.”
“Dan apakah, para bhikkhu, penegakan perhatian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani dalam jasmani, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan perasaan dalam perasaan … pikiran dalam pikiran … fenomena dalam fenomena, tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ini disebut penegakan perhatian.
“Dan apakah, para bhikkhu, pengembangan penegakan perhatian? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan sifat asal-mula dalam jasmani; ia berdiam dengan merenungkan sifat lenyapnya dalam jasmani; ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula dan lenyapnya dalam jasmani—tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula perasaan … Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula pikiran … Ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula fenomena; ia berdiam dengan merenungkan sifat lenyapnya dalam fenomena; ia berdiam dengan merenungkan sifat asal-mula dan lenyapnya dalam fenomena—tekun, memahami dengan jernih, penuh perhatian, setelah melenyapkan ketamakan dan ketidak-senangan sehubungan dengan dunia. Ini disebut pengembangan penegakan perhatian.
“Dan apakah, para bhikkhu, jalan menuju pengembangan penegakan perhatian? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan; yaitu, pandangan benar … konsentrasi benar. Ini disebut jalan menuju pengembangan penegakan perhatian.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com