Pilar Indra
Indakhīla (SN 56.39)
“Para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang tidak memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’
“Misalkan, para bhikkhu, seberkas kapas wol atau kapuk, ringan, tertiup angin, diam di atas tanah yang datar. Angin dari timur akan meniupnya ke barat; angin barat akan meniupnya ke timur; angin utara akan meniupnya ke selatan; angin selatan akan meniupnya ke utara. Karena alasan apakah? Karena ringannya berkas itu.
“Demikian pula, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang tidak memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’ Karena alasan apakah? Karena mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia.
“Tetapi, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka tidak menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’
“Misalkan, para bhikkhu, terdapat pilar besi atau pilar Indra dengan dasar yang dalam, tertanam dengan kuat, tidak bergerak, tidak goyah, bahkan jika angin kencang bertiup—apakah dari timur, barat, utara, atau selatan—pilar itu tidak akan berguncang, bergoyang, atau bergetar. Karena alasan apakah? Karena pilar itu memiliki dasar yang dalam dan tertanam dengan kuat.
“Demikian pula, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka tidak menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’ Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka telah dengan jelas melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan … kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
“Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”
“Misalkan, para bhikkhu, seberkas kapas wol atau kapuk, ringan, tertiup angin, diam di atas tanah yang datar. Angin dari timur akan meniupnya ke barat; angin barat akan meniupnya ke timur; angin utara akan meniupnya ke selatan; angin selatan akan meniupnya ke utara. Karena alasan apakah? Karena ringannya berkas itu.
“Demikian pula, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang tidak memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’ Karena alasan apakah? Karena mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia.
“Tetapi, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka tidak menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’
“Misalkan, para bhikkhu, terdapat pilar besi atau pilar Indra dengan dasar yang dalam, tertanam dengan kuat, tidak bergerak, tidak goyah, bahkan jika angin kencang bertiup—apakah dari timur, barat, utara, atau selatan—pilar itu tidak akan berguncang, bergoyang, atau bergetar. Karena alasan apakah? Karena pilar itu memiliki dasar yang dalam dan tertanam dengan kuat.
“Demikian pula, para bhikkhu, para petapa atau brahmana itu yang memahami sebagaimana adanya ‘Ini adalah penderitaan’ … ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan’—mereka tidak menatap wajah petapa atau brahmana lainnya, dengan berpikir: ‘Yang Mulia ini tentu adalah seorang yang sungguh mengetahui, yang sungguh melihat.’ Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka telah dengan jelas melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan … kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.
“Oleh karena itu, para bhikkhu, suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan.’ … Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com