Internal
Ajjhattika [Pamādādi 2] 1–22 (AN 1.98–139)
1.98
“Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada kelengahan. Kelengahan mengarah pada bahaya besar.”
1.99
“Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada manfaat besar selain daripada kewaspadaan. Kewaspadaan mengarah pada manfaat besar.”
1.100–1.113. (3–16)
(100) “Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada kemalasan … (101) … yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pembangkitan kegigihan …”
(102) “… keinginan kuat … (103) … sedikitnya keinginan …”
(104) “… ketidak-puasan … (105) … kepuasan …”
(106) “… pengamatan tidak seksama … (107) … pengamatan seksama …”
(108) “…kurangnya pemahaman jernih … (109) … pemahaman jernih …”
(110) “Di antara faktor-faktor eksternal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada pertemanan yang buruk …”
(111) “Di antara faktor-faktor eksternal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pertemanan yang baik …”
(112) “Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat … (113) … yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat. Pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat mengarah pada manfaat besar.”
1.114
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati selain daripada kelengahan. Kelengahan mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati.”
1.115
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati selain daripada kewaspadaan. Kewaspadaan mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati.”
1.116–1.129. (19–32)
(116) “Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati selain daripada kemalasan … (117) … yang begitu mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati selain daripada pembangkitan kegigihan …”
(118) “… keinginan kuat … (119) … sedikitnya keinginan …”
(120) “… ketidak-puasan … (121) … kepuasan …”
(122) “… pengamatan seksama … (123) … pengamatan tidak seksama …”
(124) “…kurangnya pemahaman jernih … (125) … pemahaman jernih …”
(126) “… pertemanan yang buruk … (127) … pertemanan yang baik …”
(128) “… pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat … (129) … pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat. Pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati.”
1.130
“Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan bukan Dhamma sebagai Dhamma sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, deva dan manusia. Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”
1.131–1.139. (34–42)
(131) “Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan Dhamma sebagai bukan-Dhamma … (132) … bukan-disiplin sebagai disiplin … (133) … disiplin sebagai bukan-disiplin … (134) … apa yang tidak dinyatakan dan tidak diucapkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah dinyatakan dan diucapkan oleh Beliau … (135) … apa yang telah dinyatakan dan diucapkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak dinyatakan dan tidak diucapkan oleh Beliau … (136) … apa yang tidak dipraktikkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah dipraktikkan oleh Beliau … (137) … apa yang telah dipraktikkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak dipraktikkan oleh Beliau … (138) … apa yang tidak ditetapkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah ditetapkan oleh Beliau … (139) … apa yang telah ditetapkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak ditetapkan oleh Beliau sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia. Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”
“Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada kelengahan. Kelengahan mengarah pada bahaya besar.”
1.99
“Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada manfaat besar selain daripada kewaspadaan. Kewaspadaan mengarah pada manfaat besar.”
1.100–1.113. (3–16)
(100) “Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada kemalasan … (101) … yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pembangkitan kegigihan …”
(102) “… keinginan kuat … (103) … sedikitnya keinginan …”
(104) “… ketidak-puasan … (105) … kepuasan …”
(106) “… pengamatan tidak seksama … (107) … pengamatan seksama …”
(108) “…kurangnya pemahaman jernih … (109) … pemahaman jernih …”
(110) “Di antara faktor-faktor eksternal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada pertemanan yang buruk …”
(111) “Di antara faktor-faktor eksternal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pertemanan yang baik …”
(112) “Di antara faktor-faktor internal, para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu faktor pun yang mengarah pada bahaya besar selain daripada pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat … (113) … yang mengarah pada manfaat besar selain daripada pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat. Pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat mengarah pada manfaat besar.”
1.114
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati selain daripada kelengahan. Kelengahan mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati.”
1.115
“Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati selain daripada kewaspadaan. Kewaspadaan mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati.”
1.116–1.129. (19–32)
(116) “Para bhikkhu, Aku tidak melihat bahkan satu hal pun yang begitu mengarah pada kemunduran dan lenyapnya Dhamma sejati selain daripada kemalasan … (117) … yang begitu mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati selain daripada pembangkitan kegigihan …”
(118) “… keinginan kuat … (119) … sedikitnya keinginan …”
(120) “… ketidak-puasan … (121) … kepuasan …”
(122) “… pengamatan seksama … (123) … pengamatan tidak seksama …”
(124) “…kurangnya pemahaman jernih … (125) … pemahaman jernih …”
(126) “… pertemanan yang buruk … (127) … pertemanan yang baik …”
(128) “… pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat … (129) … pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat. Pengejaran kualitas-kualitas bermanfaat dan tanpa-pengejaran kualitas-kualitas tidak bermanfaat mengarah pada kelangsungan, ketidak-munduran, dan ketidak-lenyapan Dhamma sejati.”
1.130
“Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan bukan Dhamma sebagai Dhamma sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, deva dan manusia. Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”
1.131–1.139. (34–42)
(131) “Para bhikkhu, para bhikkhu itu yang menjelaskan Dhamma sebagai bukan-Dhamma … (132) … bukan-disiplin sebagai disiplin … (133) … disiplin sebagai bukan-disiplin … (134) … apa yang tidak dinyatakan dan tidak diucapkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah dinyatakan dan diucapkan oleh Beliau … (135) … apa yang telah dinyatakan dan diucapkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak dinyatakan dan tidak diucapkan oleh Beliau … (136) … apa yang tidak dipraktikkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah dipraktikkan oleh Beliau … (137) … apa yang telah dipraktikkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak dipraktikkan oleh Beliau … (138) … apa yang tidak ditetapkan oleh Sang Tathāgata sebagai telah ditetapkan oleh Beliau … (139) … apa yang telah ditetapkan oleh Sang Tathāgata sebagai tidak ditetapkan oleh Beliau sedang bertindak demi bahaya banyak orang, ketidak-bahagiaan banyak orang, demi kehancuran, bahaya, dan penderitaan banyak orang, para deva dan manusia. Para bhikkhu ini menghasilkan banyak keburukan dan menyebabkan Dhamma sejati ini menjadi lenyap.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com