Sāriputta
Sāriputta (AN 3.33)
Yang Mulia Sāriputta mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:
“Sāriputta, Aku dapat mengajarkan Dhamma secara ringkas; Aku dapat mengajarkan Dhamma secara terperinci; Aku dapat mengajarkan Dhamma baik secara ringkas maupun secara terperinci. Adalah mereka yang dapat memahaminya yang sedikit.
“Sekarang adalah waktunya untuk ini, Sang Bhagavā. Sekarang adalah waktunya untuk ini, Yang Sempurna. Sang Bhagavā harus mengajarkan Dhamma secara ringkas; Beliau harus mengajar Dhamma secara terperinci; Beliau harus mengajar Dhamma baik secara ringkas maupun secara terperinci. Akan ada di antara mereka yang dapat memahami Dhamma.”
“Oleh karena itu, Sāriputta, engkau harus berlatih sebagai berikut: (1) ‘Tidak akan ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan tubuh yang sadar ini; (2) tidak akan ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan objek-objek eksternal; dan (3) kami akan masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran, kebebasan melalui kebijaksanaan, yang melaluinya tidak ada lagi pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan bagi seorang yang masuk dan berdiam di dalamnya.’ Demikianlah, Sāriputta, engkau harus berlatih.
“Ketika, Sāriputta, seorang bhikkhu tidak memiliki pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan tubuh yang sadar ini; ketika ia tidak memiliki pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan objek-objek eksternal; dan ketika ia masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran, kebebasan melalui kebijaksanaan, yang melaluinya tidak ada lagi pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan bagi seorang yang masuk dan berdiam di dalamnya, maka ia disebut seorang bhikkhu yang telah memotong ketagihan, melepaskan belenggu, dan, dengan sepenuhnya menerobos keangkuhan, ia telah mengakhiri penderitaan. Dan adalah sehubungan dengan ini maka Aku berkata dalam Pārāyana, dalam ‘Pertanyaan Udaya’:
“Ditinggalkannya
persepsi-persepsi indriawi dan kesedihan;
dihilangkannya ketumpulan,
diusirnya penyesalan;
“Keseimbangan dan perhatian yang murni
didahului oleh refleksi pada Dhamma:
ini, Aku katakan, adalah kebebasan melalui pengetahuan akhir,
hancurnya ketidak-tahuan.”
“Sāriputta, Aku dapat mengajarkan Dhamma secara ringkas; Aku dapat mengajarkan Dhamma secara terperinci; Aku dapat mengajarkan Dhamma baik secara ringkas maupun secara terperinci. Adalah mereka yang dapat memahaminya yang sedikit.
“Sekarang adalah waktunya untuk ini, Sang Bhagavā. Sekarang adalah waktunya untuk ini, Yang Sempurna. Sang Bhagavā harus mengajarkan Dhamma secara ringkas; Beliau harus mengajar Dhamma secara terperinci; Beliau harus mengajar Dhamma baik secara ringkas maupun secara terperinci. Akan ada di antara mereka yang dapat memahami Dhamma.”
“Oleh karena itu, Sāriputta, engkau harus berlatih sebagai berikut: (1) ‘Tidak akan ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan tubuh yang sadar ini; (2) tidak akan ada pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan objek-objek eksternal; dan (3) kami akan masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran, kebebasan melalui kebijaksanaan, yang melaluinya tidak ada lagi pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan bagi seorang yang masuk dan berdiam di dalamnya.’ Demikianlah, Sāriputta, engkau harus berlatih.
“Ketika, Sāriputta, seorang bhikkhu tidak memiliki pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan dengan tubuh yang sadar ini; ketika ia tidak memiliki pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan sehubungan objek-objek eksternal; dan ketika ia masuk dan berdiam dalam kebebasan pikiran, kebebasan melalui kebijaksanaan, yang melaluinya tidak ada lagi pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan bagi seorang yang masuk dan berdiam di dalamnya, maka ia disebut seorang bhikkhu yang telah memotong ketagihan, melepaskan belenggu, dan, dengan sepenuhnya menerobos keangkuhan, ia telah mengakhiri penderitaan. Dan adalah sehubungan dengan ini maka Aku berkata dalam Pārāyana, dalam ‘Pertanyaan Udaya’:
“Ditinggalkannya
persepsi-persepsi indriawi dan kesedihan;
dihilangkannya ketumpulan,
diusirnya penyesalan;
“Keseimbangan dan perhatian yang murni
didahului oleh refleksi pada Dhamma:
ini, Aku katakan, adalah kebebasan melalui pengetahuan akhir,
hancurnya ketidak-tahuan.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com