Keledai
Gadrabha (AN 3.82)
“Para bhikkhu, misalkan seekor keledai mengikuti persis di belakang sekelompok sapi, [dengan berpikir]: ‘aku juga seekor sapi, aku juga seekor sapi.’
(1) Tetapi penampilannya tidak menyerupai sapi-sapi itu,
(2) ringkikannya tidak seperti sapi-sapi itu, dan
(3) jejak kakinya tidak menyerupai jejak kaki sapi-sapi itu.
Namun ia mengikuti persis di belakang sekelompok sapi, [dengan berpikir]: ‘aku juga seekor sapi, aku juga seekor sapi.’
“Demikian pula, seorang bhikkhu mungkin mengikuti persis di belakang Saṅgha para bhikkhu, [dengan berpikir]: ‘aku juga seorang bhikkhu, aku juga seorang bhikkhu.’
(1) Tetapi keinginannya untuk menjalankan latihan dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut;
(2) keinginannya untuk menjalankan latihan dalam pikiran yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut;
(3) keinginannya untuk menjalankan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut.
Namun ia mengikuti persis di belakang Saṅgha para bhikkhu, [dengan berpikir]: ‘aku juga seorang bhikkhu, aku juga seorang bhikkhu.’
“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut:
‘Kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi;
kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam pikiran yang lebih tinggi;
kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi.’
Demikianlah kalian harus berlatih.”
(1) Tetapi penampilannya tidak menyerupai sapi-sapi itu,
(2) ringkikannya tidak seperti sapi-sapi itu, dan
(3) jejak kakinya tidak menyerupai jejak kaki sapi-sapi itu.
Namun ia mengikuti persis di belakang sekelompok sapi, [dengan berpikir]: ‘aku juga seekor sapi, aku juga seekor sapi.’
“Demikian pula, seorang bhikkhu mungkin mengikuti persis di belakang Saṅgha para bhikkhu, [dengan berpikir]: ‘aku juga seorang bhikkhu, aku juga seorang bhikkhu.’
(1) Tetapi keinginannya untuk menjalankan latihan dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut;
(2) keinginannya untuk menjalankan latihan dalam pikiran yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut;
(3) keinginannya untuk menjalankan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi tidak menyerupai bhikkhu-bhikkhu lain tersebut.
Namun ia mengikuti persis di belakang Saṅgha para bhikkhu, [dengan berpikir]: ‘aku juga seorang bhikkhu, aku juga seorang bhikkhu.’
“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut:
‘Kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam perilaku bermoral yang lebih tinggi;
kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam pikiran yang lebih tinggi;
kami harus memiliki keinginan kuat untuk menjalankan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi.’
Demikianlah kalian harus berlatih.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com