Upacālā
Upacālā (SN 5.7)
Di Sāvatthī. Pada suatu pagi, Bhikkhunī Upacālā merapikan jubah … ia duduk di bawah sebatang pohon untuk melewatkan siang.
Kemudian Māra si Jahat mendekati Bhikkhunī Upacālā dan berkata kepadanya: “Di manakah engkau ingin terlahir kembali, Bhikkhunī?”
“Aku tidak ingin terlahir kembali di mana pun, sahabat.”
“Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma,
Dan para devatā di alam Tusita,
Para deva yang bergembira dalam penciptaan,
Dan para deva yang mengendalikan.
Arahkan pikiranmu ke sana [ke alam-alam itu]
Dan engkau akan mengalami kegembiraan.”
Bhikkhunī Upacālā:
“Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma,
Dan para devatā di alam Tusita,
Para deva yang bergembira dalam penciptaan,
Dan para deva yang mengendalikan.
Mereka masih terikat oleh belenggu indria,
Mereka kembali lagi di bawah kuasa Māra.
“Semua alam berapi,
Semua alam terbakar,
Semua alam menyala,
Semua alam berguncang.
“Yang tidak berguncang atau menyala,
Yang tidak disukai oleh kaum duniawi,
Di mana tidak ada tempat bagi Māra:
Di sanalah pikiranku bergembira.”
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Upacālā mengenaliku,” merasa sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
Kemudian Māra si Jahat mendekati Bhikkhunī Upacālā dan berkata kepadanya: “Di manakah engkau ingin terlahir kembali, Bhikkhunī?”
“Aku tidak ingin terlahir kembali di mana pun, sahabat.”
“Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma,
Dan para devatā di alam Tusita,
Para deva yang bergembira dalam penciptaan,
Dan para deva yang mengendalikan.
Arahkan pikiranmu ke sana [ke alam-alam itu]
Dan engkau akan mengalami kegembiraan.”
Bhikkhunī Upacālā:
“Ada para deva Tāvatiṃsa dan Yāma,
Dan para devatā di alam Tusita,
Para deva yang bergembira dalam penciptaan,
Dan para deva yang mengendalikan.
Mereka masih terikat oleh belenggu indria,
Mereka kembali lagi di bawah kuasa Māra.
“Semua alam berapi,
Semua alam terbakar,
Semua alam menyala,
Semua alam berguncang.
“Yang tidak berguncang atau menyala,
Yang tidak disukai oleh kaum duniawi,
Di mana tidak ada tempat bagi Māra:
Di sanalah pikiranku bergembira.”
Kemudian Māra si Jahat, menyadari, “Bhikkhunī Upacālā mengenaliku,” merasa sedih dan kecewa, lenyap dari sana.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com