Waduk
Cetovimutti [Jambālī] (AN 4.178)
“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini?
(1) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan lenyapnya eksistensi diri. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya tidak meluncur ke arahnya, tidak memperoleh keyakinan, tidak menjadi kokoh, dan tidak berfokus padanya. Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri. Misalkan seseorang memegang dahan pohon dengan tangan berlumuran getah. Tangannya akan menempel pada dahan itu, melekat pada dahan itu, dan terikat pada dahan itu. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri.
(2) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan lenyapnya eksistensi diri. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri. Misalkan seseorang memegang dahan pohon dengan tangan yang bersih. Tangannya tidak akan menempel pada dahan itu, tidak akan melekat pada dahan itu, dan tidak akan terikat pada dahan itu. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri.
(3) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya tidak meluncur ke arahnya, tidak memperoleh keyakinan, tidak menjadi kokoh, dan tidak berfokus padanya. Bhikkhu ini tidak dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan. Misalkan terdapat sebuah waduk yang telah berumur bertahun-tahun. Seseorang menutup aliran air masuk dan membuka aliran air keluar, dan hujan yang mencukupi tidak turun. Dalam kasus demikian, maka tidak mungkin tanggul dari waduk ini dapat runtuh. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan.
(4) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan. Misalkan terdapat sebuah waduk yang telah berumur bertahun-tahun. Seseorang membuka aliran air masuk dan menutup aliran air keluar, dan hujan yang mencukupi turun. Dalam kasus demikian, maka adalah mungkin bahwa tanggul dari waduk ini dapat runtuh. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
(1) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan lenyapnya eksistensi diri. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya tidak meluncur ke arahnya, tidak memperoleh keyakinan, tidak menjadi kokoh, dan tidak berfokus padanya. Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri. Misalkan seseorang memegang dahan pohon dengan tangan berlumuran getah. Tangannya akan menempel pada dahan itu, melekat pada dahan itu, dan terikat pada dahan itu. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri.
(2) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan lenyapnya eksistensi diri. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri. Misalkan seseorang memegang dahan pohon dengan tangan yang bersih. Tangannya tidak akan menempel pada dahan itu, tidak akan melekat pada dahan itu, dan tidak akan terikat pada dahan itu. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini dapat mencapai lenyapnya eksistensi diri.
(3) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya tidak meluncur ke arahnya, tidak memperoleh keyakinan, tidak menjadi kokoh, dan tidak berfokus padanya. Bhikkhu ini tidak dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan. Misalkan terdapat sebuah waduk yang telah berumur bertahun-tahun. Seseorang menutup aliran air masuk dan membuka aliran air keluar, dan hujan yang mencukupi tidak turun. Dalam kasus demikian, maka tidak mungkin tanggul dari waduk ini dapat runtuh. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu … Bhikkhu ini tidak mungkin dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan.
(4) “Di sini, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan. Misalkan terdapat sebuah waduk yang telah berumur bertahun-tahun. Seseorang membuka aliran air masuk dan menutup aliran air keluar, dan hujan yang mencukupi turun. Dalam kasus demikian, maka adalah mungkin bahwa tanggul dari waduk ini dapat runtuh. Demikian pula, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam suatu kebebasan pikiran yang damai tertentu. Ia memperhatikan hancurnya ketidak-tahuan. Ketika ia sedang melakukan hal itu, pikirannya meluncur ke arahnya, memperoleh keyakinan, menjadi kokoh, dan berfokus padanya. Bhikkhu ini dapat mencapai hancurnya ketidak-tahuan.
“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com