Sariputta | Suttapitaka | Latihan Sariputta

Latihan

Sikkhānisaṃsa (AN 4.245)

“Para bhikkhu, kehidupan spiritual ini dijalani dengan latihan sebagai manfaatnya, dengan kebijaksanaan sebagai pengawasnya, dengan kebebasan sebagai intinya, dan dengan perhatian sebagai otoritasnya.

(1) “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, latihan menjadi manfaatnya? Di sini, latihan yang berhubungan dengan perilaku yang selayaknya telah diajarkan olehKu kepada para siswaKu sehingga mereka yang tidak berkeyakinan memperoleh keyakinan dan mereka yang berkeyakinan meningkat [dalam keyakinan mereka]. Seseorang menjalani latihan yang berhubungan dengan perilaku selayaknya persis seperti yang telah Kuajarkan kepada para siswaKu, menjaganya agar tidak rusak, tanpa cacat, tanpa noda, dan tanpa bercak, sehingga mereka yang tidak berkeyakinan memperoleh keyakinan dan mereka yang berkeyakinan meningkat [dalam keyakinan mereka]. Setelah menerimanya, ia berlatih dalam aturan-aturan latihan itu.

“Kemudian, latihan yang menjadi dasar bagi kehidupan spiritual telah diajarkan olehKu kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan. Seseorang menjalani latihan yang menjadi dasar bagi kehidupan spiritual persis seperti yang telah Kuajarkan kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan, menjaganya agar tidak rusak, tanpa cacat, tanpa noda, dan tanpa bercak. Setelah menerimanya, ia berlatih dalam aturan-aturan latihan itu. Dengan cara inilah latihan itu menjadi manfaatnya.

(2) “Dan bagaimanakah kebijaksanaan menjadi pengawasnya? Di sini, ajaran-ajaran itu telah diajarkan olehKu kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan. Seseorang menyelidiki ajaran-ajaran itu dengan kebijaksanaan persis seperti yang telah Kuajarkan kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan. Dengan cara inilah kebijaksanaan menjadi pengawasnya.

(3) “Dan bagaimanakah kebebasan adalah intinya? Di sini, ajaran-ajaran itu telah diajarkan olehKu kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan. Melalui kebebasan seseorang mengalami ajaran-ajaran itu persis seperti yang telah Kuajarkan kepada para siswaKu demi kehancuran sepenuhnya penderitaan. Dengan cara inilah kebebasan menjadi intinya.

(4) “Dan bagaimanakah perhatian menjadi otoritasnya? Perhatian seseorang ditegakkan secara internal sebagai berikut: ‘Dengan cara ini aku akan memenuhi latihan yang berhubungan dengan perilaku baik yang belum kupenuhi atau membantu dengan kebijaksanaan dalam berbagai aspek latihan yang berhubungan dengan perilaku baik yang telah kupenuhi.’ Dan perhatiannya ditegakkan secara internal sebagai berikut: ‘Dengan cara ini aku akan memenuhi latihan yang menjadi dasar bagi kehidupan spiritual yang belum kupenuhi atau membantu dengan kebijaksanaan dalam berbagai aspek latihan yang menjadi dasar bagi kehidupan spiritual yang telah kupenuhi.’ Dan perhatiannya ditegakkan secara internal sebagai berikut: ‘Dengan cara ini aku akan menyelidiki dengan kebijaksanaan ajaran-ajaran yang belum kuselidiki atau membantu dengan kebijaksanaan dalam berbagai aspek ajaran yang telah kuselidiki.’ Dan perhatiannya ditegakkan secara internal sebagai berikut: ‘Dengan cara ini aku akan mengalami melalui kebebasan Dhamma yang belum kualami atau membantu dengan kebijaksanaan dalam berbagai aspek Dhamma yang telah kualami.’ Dengan cara inilah perhatian menjadi otoritasnya.

“Demikianlah ketika dikatakan: ‘Para bhikkhu, kehidupan spiritual ini dijalani dengan latihan sebagai manfaatnya, dengan kebijaksanaan sebagai pengawasnya, dengan kebebasan sebagai intinya, dan dengan perhatian sebagai otoritasnya,’ adalah karena ini maka hal itu dikatakan.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com