Sariputta | Suttapitaka | Raja Sariputta

Raja

Dhammarāja [Dhammarājā] (AN 5.133)

“Para bhikkhu, bahkan seorang raja pemutar-roda, seorang raja yang baik yang memerintah sesuai Dhamma, tidak memutar roda tanpa raja di atasnya.”

Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu tertentu berkata kepada Sang Bhagavā: “Tetapi, Bhante, siapakah yang menjadi raja di atas seorang raja pemutar-roda, seorang raja yang baik yang memerintah sesuai Dhamma?”

“Adalah Dhamma, bhikkhu,” Sang Bhagavā berkata. “Di sini, seorang raja pemutar-roda, seorang raja yang baik yang memerintah sesuai Dhamma, mengandalkan hanya pada Dhamma, menghormati, menghargai, dan memuliakan Dhamma, menjadikan Dhamma sebagai tiang, panji, dan otoritas, memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik kepada para penduduk dalam kerajaannya. Kemudian, seorang raja pemutar-roda, seorang raja yang baik yang memerintah sesuai Dhamma … memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik kepada para khattiya bawahannya; kepada bala tentaranya; kepada para brahmana dan perumah tangga; kepada para penduduk pemukiman dan di luar kota; kepada para petapa dan brahmana; kepada binatang-binatang dan burung-burung. Setelah memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik demikian, raja pemutar-roda itu, seorang raja yang baik yang memerintah sesuai Dhamma, memutar roda hanya melalui Dhamma, roda yang tidak dapat diputar balik oleh manusia mana pun yang memusuhi.

“Demikian pula, para bhikkhu, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, Raja Dhamma yang baik, mengandalkan hanya pada Dhamma, menghormati, menghargai, dan memuliakan Dhamma, menjadikan Dhamma sebagai tiang, panji, dan otoritas, memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik kepada para bhikkhu, dengan mengatakan: (1) ‘Perbuatan jasmani demikian harus dilatih; perbuatan jasmani demikian tidak boleh dilatih. (2) Perbuatan ucapan demikian harus dilatih; perbuatan ucapan demikian tidak boleh dilatih. (3) Perbuatan pikiran demikian harus dilatih; perbuatan pikiran demikian tidak boleh dilatih. (4) Penghidupan demikian harus dilatih; penghidupan demikian tidak boleh dilatih. (5) Desa atau pemukiman demikian boleh dikunjungi; desa atau pemukiman demikian tidak boleh dikunjungi.’

“Kemudian, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, Raja Dhamma yang baik, mengandalkan hanya pada Dhamma, menghormati, menghargai, dan memuliakan Dhamma, menjadikan Dhamma sebagai tiang, panji, dan otoritas, memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik kepada para bhikkhunī … kepada para umat awam laki-laki … kepada para umat awam perempuan, dengan mengatakan: ‘Perbuatan jasmani demikian harus dilatih … Perbuatan ucapan demikian harus dilatih … Perbuatan pikiran demikian harus dilatih … Penghidupan demikian harus dilatih; penghidupan demikian tidak boleh dilatih. Desa atau pemukiman demikian boleh dikunjungi; desa atau pemukiman demikian tidak boleh dikunjungi.’

Setelah memberikan perlindungan, naungan, dan penjagaan yang baik demikian, Sang Tathāgata, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna, Raja Dhamma yang baik, memutar roda Dhamma yang tiada taranya hanya melalui Dhamma, roda yang tidak dapat diputar balik oleh petapa, brahmana, deva, Māra, atau Brahmā mana pun, atau oleh siapa pun di dunia.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com