Kemandulan
Cetokhila (AN 5.205)
“Para bhikkhu, ada lima jenis kemandulan pikiran ini. Apakah lima ini?
(1) “Di sini, seorang bhikkhu bingung terhadap Sang Guru, meragukanNya, tidak mempercayaiNya, dan tidak berkeyakinan padaNya. Ketika seorang bhikkhu bingung terhadap Sang Guru, meragukanNya, tidak mempercayaiNya, dan tidak berkeyakinan padaNya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan perjuangan, ini adalah jenis pertama kemandulan pikiran.
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap Dhamma, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan Dhamma, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke dua kemandulan pikiran.
(3) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap Saṅgha, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan Saṅgha, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke tiga kemandulan pikiran.
(4) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap latihan, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan latihan, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke empat kemandulan pikiran.
(5) “Kemudian, seorang bhikkhu jengkel oleh teman-temannya para bhikkhu, tidak senang pada mereka, kesal terhadap mereka, bersikap jahat terhadap mereka. Ketika seorang bhikkhu jengkel oleh teman-temannya para bhikkhu, tidak senang pada mereka, kesal terhadap mereka, bersikap jahat terhadap mereka, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke lima kemandulan pikiran.
“Ini, para bhikkhu, adalah kelima jenis kemandulan pikiran itu.”
(1) “Di sini, seorang bhikkhu bingung terhadap Sang Guru, meragukanNya, tidak mempercayaiNya, dan tidak berkeyakinan padaNya. Ketika seorang bhikkhu bingung terhadap Sang Guru, meragukanNya, tidak mempercayaiNya, dan tidak berkeyakinan padaNya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan perjuangan, ini adalah jenis pertama kemandulan pikiran.
(2) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap Dhamma, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan Dhamma, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke dua kemandulan pikiran.
(3) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap Saṅgha, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan Saṅgha, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke tiga kemandulan pikiran.
(4) “Kemudian, seorang bhikkhu bingung terhadap latihan, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya. Ketika seorang bhikkhu bingung akan latihan, meragukannya, tidak mempercayainya, dan tidak berkeyakinan padanya, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke empat kemandulan pikiran.
(5) “Kemudian, seorang bhikkhu jengkel oleh teman-temannya para bhikkhu, tidak senang pada mereka, kesal terhadap mereka, bersikap jahat terhadap mereka. Ketika seorang bhikkhu jengkel oleh teman-temannya para bhikkhu, tidak senang pada mereka, kesal terhadap mereka, bersikap jahat terhadap mereka, maka pikirannya tidak condong pada semangat, usaha, ketekunan, dan upaya. Karena pikirannya tidak condong pada semangat … dan upaya, ini adalah jenis ke lima kemandulan pikiran.
“Ini, para bhikkhu, adalah kelima jenis kemandulan pikiran itu.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com