Sariputta | Suttapitaka | Nakula Sariputta

Nakula

Nakulapitu (AN 6.16)

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga di Suṃsumāragira, di taman rusa di Hutan Bhesakalā. Pada saat itu perumah tangga Nakulapitā sedang sakit, menderita, sakit keras. Kemudian sang istri Nakulamātā berkata kepadanya sebagai berikut: “Jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan, perumah tangga. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(1) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Setelah aku pergi, Nakulamātā tidak akan mampu menyokong anak-anak kami dan memelihara rumah tangga.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Aku mahir dalam memintal kapas dan merajut wol. Setelah engkau pergi, aku akan mampu menyokong anak-anak dan memelihara rumah tangga. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(2) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Setelah aku pergi, Nakulamātā akan menikah lagi.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Engkau tahu, perumah tangga, dan aku juga tahu, bahwa selama enam belas tahun terakhir ini kita telah menjalani kehidupan selibat umat awam. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(3) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Setelah aku pergi, Nakulamātā tidak ingin lagi pergi menemui Sang Bhagavā dan Saṅgha para bhikkhu.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Setelah engkau pergi, perumah tangga, aku bahkan akan lebih giat lagi pergi menemui Sang Bhagavā dan Saṅgha para bhikkhu. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(4) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Nakulamātā tidak memenuhi perilaku bermoral.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Aku adalah salah satu siswi awam Sang Bhagavā yang berjubah putih yang memenuhi perilaku bermoral. Jika siapa pun memiliki keragu-raguan atau kebimbangan sehubungan dengan hal ini, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga di Suṃsumāragira, di taman rusa di Hutan Bhesakalā. Mereka dapat pergi dan bertanya kepada Beliau. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(5) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Nakulamātā tidak memperoleh ketenangan pikiran internal.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Aku adalah salah satu siswi awam Sang Bhagavā yang berjubah putih yang memperoleh ketenangan pikiran internal. Jika siapa pun memiliki keragu-raguan atau kebimbangan sehubungan dengan hal ini, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga di Suṃsumāragira, di taman rusa di Hutan Bhesakalā. Mereka dapat pergi dan bertanya kepada Beliau. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.

(6) “Mungkin, perumah tangga, engkau berpikir sebagai berikut: ‘Nakulamātā belum mencapai pijakan kaki, pijakan yang kokoh, dan jaminan dalam Dhamma dan disiplin ini; ia belum menyeberangi keragu-raguan, belum melenyapkan kebingungan, belum mencapai kepercayaan-diri, dan belum menjadi tidak bergantung pada yang lain dalam ajaran Sang Guru.’ Tetapi engkau jangan melihat persoalan itu dengan cara demikian. Aku adalah salah satu siswi awam Sang Bhagavā yang berjubah putih yang telah mencapai pijakan kaki, pijakan yang kokoh, dan jaminan dalam Dhamma dan disiplin ini; aku telah menyeberangi keragu-raguan, telah melenyapkan kebingungan, telah mencapai kepercayaan-diri, dan telah menjadi tidak bergantung pada yang lain dalam ajaran Sang Guru. Jika siapa pun memiliki keragu-raguan atau kebimbangan sehubungan dengan hal ini, Sang Bhagavā, Sang Arahant, Yang Tercerahkan Sempurna sedang menetap di tengah-tengah penduduk Bhagga di Suṃsumāragira, di taman rusa di Hutan Bhesakalā. Mereka dapat pergi dan bertanya kepada Beliau. Oleh karena itu, perumah tangga, jangan meninggal dunia dengan penuh kecemasan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan adalah menyakitkan. Meninggal dunia dengan penuh kecemasan telah dicela oleh Sang Bhagavā.”

Kemudian, sewaktu perumah tangga Nakulapitā sedang dinasihati demikian oleh sang istri Nakulamātā, penyakitnya seketika mereda. Nakulapitā sembuh dari penyakit itu, dan demikianlah penyakitnya ditinggalkan.

Kemudian, tidak lama setelah ia sembuh, perumah tangga Nakulapitā, dengan bertumpu pada sebatang tongkat, mendatangi Sang Bhagavā. Ia bersujud kepada Sang Bhagavā dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya:

“Sungguh suatu keberuntungan bagimu, perumah tangga, bahwa istrimu Nakulamātā berbelas kasihan padamu, menginginkan kebaikanmu, dan menasihati dan mengajarimu. Nakulamātā adalah salah satu siswa awamKu yang berjubah putih yang memenuhi perilaku bermoral. Ia adalah salah satu siswa awamKu yang berjubah putih yang memperoleh ketenangan pikiran internal. Ia adalah salah satu siswa awamKu yang berjubah putih yang telah mencapai pijakan kaki, pijakan yang kokoh, dan jaminan dalam Dhamma dan disiplin ini, yang telah menyeberangi keragu-raguan, telah melenyapkan kebingungan, telah mencapai kepercayaan-diri, dan telah menjadi tidak tergantung pada yang lain dalam ajaran Sang Guru. Sungguh suatu keberuntungan bagimu, perumah tangga, bahwa istrimu Nakulamātā berbelas kasihan padamu, menginginkan kebaikanmu, dan menasihati dan mengajarimu.”

Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com