Puṇṇiya
Puṇṇiya (AN 8.82)
Yang Mulia Puṇṇiya mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:
“Bhante, mengapakah kadang-kadang Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma dan kadang-kadang tidak condong untuk mengajar?”
(1) “Ketika, Puṇṇiya, seorang bhikkhu memiliki keyakinan tetapi tidak mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajarkan Dhamma.
(2) Tetapi ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajar.
(3) “Ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, tetapi ia tidak memperhatikan Beliau …
(4) Ketika ia memperhatikan Beliau tetapi tidak mengajukan pertanyaan …
(5) Ketika ia mengajukan pertanyaan tetapi tidak mendengarkan Dhamma dengan menyimak …
(6) Ketika ia mendengarkan Dhamma dengan menyimak, tetapi setelah mendengarnya, ia tidak mengingatnya …
(7) Ketika, setelah mendengarnya, ia mengingatnya tetapi tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat …
(8) Ketika ia memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat tetapi tidak memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajar.
“Tetapi, Puṇṇiya, (1) ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan, (2) mendatangi [Sang Tathāgata], (3) memperhatikan [Sang Tathāgata], (4) mengajukan pertanyaan, dan (5) mendengarkan Dhamma dengan menyimak; dan (6) setelah mendengarkan Dhamma, ia mengingatnya, (7) memeriksa makna ajaran-ajaran yang telah ia ingat, dan (8) memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma. Ketika, Puṇṇiya, seseorang memiliki kedelapan kualitas ini, maka Sang Tathāgata sepenuhnya condong untuk mengajarkan Dhamma.”
“Bhante, mengapakah kadang-kadang Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma dan kadang-kadang tidak condong untuk mengajar?”
(1) “Ketika, Puṇṇiya, seorang bhikkhu memiliki keyakinan tetapi tidak mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajarkan Dhamma.
(2) Tetapi ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajar.
(3) “Ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan dan mendatangi Beliau, tetapi ia tidak memperhatikan Beliau …
(4) Ketika ia memperhatikan Beliau tetapi tidak mengajukan pertanyaan …
(5) Ketika ia mengajukan pertanyaan tetapi tidak mendengarkan Dhamma dengan menyimak …
(6) Ketika ia mendengarkan Dhamma dengan menyimak, tetapi setelah mendengarnya, ia tidak mengingatnya …
(7) Ketika, setelah mendengarnya, ia mengingatnya tetapi tidak memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat …
(8) Ketika ia memeriksa makna dari ajaran-ajaran yang telah ia ingat tetapi tidak memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma, maka Sang Tathāgata tidak condong untuk mengajar.
“Tetapi, Puṇṇiya, (1) ketika seorang bhikkhu memiliki keyakinan, (2) mendatangi [Sang Tathāgata], (3) memperhatikan [Sang Tathāgata], (4) mengajukan pertanyaan, dan (5) mendengarkan Dhamma dengan menyimak; dan (6) setelah mendengarkan Dhamma, ia mengingatnya, (7) memeriksa makna ajaran-ajaran yang telah ia ingat, dan (8) memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma, maka Sang Tathāgata condong untuk mengajarkan Dhamma. Ketika, Puṇṇiya, seseorang memiliki kedelapan kualitas ini, maka Sang Tathāgata sepenuhnya condong untuk mengajarkan Dhamma.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com