Hal-hal
Dasadhamma [Pabbajitaabhiṇha] (AN 10.48)
“Para bhikkhu, ada sepuluh hal ini yang harus sering direfleksikan oleh seorang yang telah meninggalkan keduniawian. Apakah sepuluh ini?
(1) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku telah memasuki kondisi tanpa kasta.’
(2) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Penghidupanku bergantung pada orang lain.’
(3) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Sikapku harus berbeda.’
(4) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah aku mencela diriku sendiri sehubungan dengan perilaku bermoral?’
(5) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah teman-temanku para bhikkhu yang bijaksana, setelah menyelidiki, mencelaku sehubungan dengan perilaku bermoral?’
(6) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku pasti berpisah dan ditinggal oleh siapa pun dan apa pun yang kusayangi dan menyenangkan bagiku.’
(7) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku adalah pemilik kammaku, pewaris kammaku; aku memiliki kamma sebagai asal-mulaku, kamma sebagai sanak saudaraku, kamma sebagai pelindungku; aku akan mewarisi kamma apa pun, baik atau buruk, yang kulakukan.’
(8) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Bagaimanakah aku melewati malam dan siangku?’
(9) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah aku bersenang dalam gubuk kosong?’
(10) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Sudahkah aku mencapai keluhuran apa pun yang melampaui manusia dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, sehingga pada hari terakhirku, ketika aku ditanya oleh teman-temanku para bhikkhu, aku tidak akan merasa malu?’
“Ini, para bhikkhu, adalah kesepuluh hal itu yang harus sering direfleksikan oleh seorang yang telah meninggalkan keduniawian.”
(1) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku telah memasuki kondisi tanpa kasta.’
(2) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Penghidupanku bergantung pada orang lain.’
(3) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Sikapku harus berbeda.’
(4) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah aku mencela diriku sendiri sehubungan dengan perilaku bermoral?’
(5) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah teman-temanku para bhikkhu yang bijaksana, setelah menyelidiki, mencelaku sehubungan dengan perilaku bermoral?’
(6) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku pasti berpisah dan ditinggal oleh siapa pun dan apa pun yang kusayangi dan menyenangkan bagiku.’
(7) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Aku adalah pemilik kammaku, pewaris kammaku; aku memiliki kamma sebagai asal-mulaku, kamma sebagai sanak saudaraku, kamma sebagai pelindungku; aku akan mewarisi kamma apa pun, baik atau buruk, yang kulakukan.’
(8) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Bagaimanakah aku melewati malam dan siangku?’
(9) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Apakah aku bersenang dalam gubuk kosong?’
(10) “Seorang yang telah meninggalkan keduniawian harus sering merefleksikan: ‘Sudahkah aku mencapai keluhuran apa pun yang melampaui manusia dalam pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, sehingga pada hari terakhirku, ketika aku ditanya oleh teman-temanku para bhikkhu, aku tidak akan merasa malu?’
“Ini, para bhikkhu, adalah kesepuluh hal itu yang harus sering direfleksikan oleh seorang yang telah meninggalkan keduniawian.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com