Belenggu (1-2)
Saññojana 1–2 (SN 12.53–54)
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan kepuasan dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan meningkat. Dengan ketagihan sebagai kondisi, maka kemelekatan [muncul]; dengan kemelekatan sebagai kondisi, maka penjelmaan; dengan penjelmaan sebagai kondisi, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan muncul. Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
“Misalkan, para bhikkhu, sebuah lampu minyak yang menyala dengan bergantung pada minyak dan sumbu, dan seseorang terus-menerus menuangkan minyak ke dalamnya dan menaikkan sumbunya. Demikianlah, dengan ditopang oleh minyak, diberi bahan bakar, lampu minyak itu akan menyala dalam waktu yang lama. Demikian pula, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan kepuasan dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan meningkat … Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
“Para bhikkhu, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan bahaya dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan lenyap. Dengan lenyapnya ketagihan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan … lenyap pula kelahiran … lenyap pula penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
“Misalkan, para bhikkhu, sebuah lampu minyak yang menyala dengan bergantung pada minyak dan sumbu, dan seseorang tidak menuangkan minyak ke dalamnya atau menaikkan sumbunya. Demikianlah, ketika bahan bakar yang telah ada sebelumnya habis, maka lampu minyak itu, karena tidak lagi memperoleh bahan bakar, tanpa penopang, akan menjadi padam. Demikian pula, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan bahaya dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan lenyap … Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.”
“Misalkan, para bhikkhu, sebuah lampu minyak yang menyala dengan bergantung pada minyak dan sumbu, dan seseorang terus-menerus menuangkan minyak ke dalamnya dan menaikkan sumbunya. Demikianlah, dengan ditopang oleh minyak, diberi bahan bakar, lampu minyak itu akan menyala dalam waktu yang lama. Demikian pula, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan kepuasan dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan meningkat … Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
“Para bhikkhu, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan bahaya dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan lenyap. Dengan lenyapnya ketagihan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan … lenyap pula kelahiran … lenyap pula penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.
“Misalkan, para bhikkhu, sebuah lampu minyak yang menyala dengan bergantung pada minyak dan sumbu, dan seseorang tidak menuangkan minyak ke dalamnya atau menaikkan sumbunya. Demikianlah, ketika bahan bakar yang telah ada sebelumnya habis, maka lampu minyak itu, karena tidak lagi memperoleh bahan bakar, tanpa penopang, akan menjadi padam. Demikian pula, ketika seseorang berdiam dengan merenungkan bahaya dalam hal-hal yang dapat membelenggu, maka ketagihan lenyap … Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com