Ungkapan-ungkapan Suka-cita
Devasadda (Iti 82)
Demikian telah dikatakan oleh Sang Buddha...
"Wahai para bhikkhu, diantara para dewa, pada peristiwa-peristiwa tertentu, tercetus tiga macam ungkapan suka-cita."
"Apakah tiga macam itu?"
"Pada saat seorang siswa yang saleh telah mencukur rambut dan jenggotnya, memakai jubah kuning dan bermaksud meninggalkan kehidupan berumah-tangga untuk menuju kehidupan tak-berumah, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh berniat untuk berperang melawan Mara.' Inilah ungkapan suka-cita pertama yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Demikian juga, wahai para bhikkhu, pada saat seorang siswa yang saleh dengan amat bersungguh-sungguh mengembangkan tujuh faktor pencerahan sempurna di dalam hidupnya, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh sedang berperang melawan Mara.' Inilah ungkapan suka-cita kedua yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Dan sekali lagi, wahai para bhikkhu, pada saat seorang siswa yang saleh telah mewujudkan pengetahuan langsungnya sendiri, kemudian memasuki dan berdiam di sini-dan-kini, dengan pikiran yang terbebas dan kebijaksanaan yang terbebas, yang tanpa noda karena noda-noda telah hancur, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh telah memenangkan pertempuran. Sebelum ini, dia berada di garis depan dan kini berdiam dalam kemenangan."
"Wahai para bhikkhu, itulah ungkapan suka-cita ketiga yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Itulah tiga macam ungkapan suka-cita..."
Ketika melihat dia telah memenangkan pertempuran
Bahkan para dewa pun menghormati
Siswa dari Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna,
Orang agung yang bebas dari keraguan:
"Kami menghormatimu, o, manusia sejati,
Engkau telah memenangkan pertempuran sulit.
Setelah mengacaukan bala tentara Kematian,
Tak lagi engkau terhalang dalam pembebasan."
Demikian para dewa memuji
Orang yang telah mencapai tujuan,
Karena para dewa tidak lagi melihat dalam dirinya
Landasan untuk tunduk pada kekuasaan Kematian.
"Wahai para bhikkhu, diantara para dewa, pada peristiwa-peristiwa tertentu, tercetus tiga macam ungkapan suka-cita."
"Apakah tiga macam itu?"
"Pada saat seorang siswa yang saleh telah mencukur rambut dan jenggotnya, memakai jubah kuning dan bermaksud meninggalkan kehidupan berumah-tangga untuk menuju kehidupan tak-berumah, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh berniat untuk berperang melawan Mara.' Inilah ungkapan suka-cita pertama yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Demikian juga, wahai para bhikkhu, pada saat seorang siswa yang saleh dengan amat bersungguh-sungguh mengembangkan tujuh faktor pencerahan sempurna di dalam hidupnya, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh sedang berperang melawan Mara.' Inilah ungkapan suka-cita kedua yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Dan sekali lagi, wahai para bhikkhu, pada saat seorang siswa yang saleh telah mewujudkan pengetahuan langsungnya sendiri, kemudian memasuki dan berdiam di sini-dan-kini, dengan pikiran yang terbebas dan kebijaksanaan yang terbebas, yang tanpa noda karena noda-noda telah hancur, pada saat itulah di antara para dewa tercetus ungkapan suka-cita: 'Seorang siswa yang saleh telah memenangkan pertempuran. Sebelum ini, dia berada di garis depan dan kini berdiam dalam kemenangan."
"Wahai para bhikkhu, itulah ungkapan suka-cita ketiga yang dicetuskan para dewa pada peristiwa tertentu, dari waktu ke waktu."
"Itulah tiga macam ungkapan suka-cita..."
Ketika melihat dia telah memenangkan pertempuran
Bahkan para dewa pun menghormati
Siswa dari Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna,
Orang agung yang bebas dari keraguan:
"Kami menghormatimu, o, manusia sejati,
Engkau telah memenangkan pertempuran sulit.
Setelah mengacaukan bala tentara Kematian,
Tak lagi engkau terhalang dalam pembebasan."
Demikian para dewa memuji
Orang yang telah mencapai tujuan,
Karena para dewa tidak lagi melihat dalam dirinya
Landasan untuk tunduk pada kekuasaan Kematian.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com