Asal Mula dan Penghentian (Dukkha)
Dvayatānupassanā (Snp 3.12)
Demikian yang telah saya dengar: Suatu ketika Sang Buddha berdiam di Taman Timur di tempat tinggal Migaramato di Savatthi. Suatu petang di bulan purnama, Sang Buddha duduk di udara terbuka, dan semua bhikkhu berkumpul di sekeliling Beliau. Melihat bahwa mereka semua diam, Sang Buddha berkata kepada mereka.
‘Wahai bhikkhu,’ kata Sang Buddha, kadang-kadang di dunia ini dibicarakan hal-hal tentang keadaan-keadaan yang baik, dan pernyataan-pernyataan hebat yang membebaskan pun diutarakan, yang akan membawa pada pencerahan penuh.
Wahai bhikkhu, mengapa engkau harus bersusah payah mendengarkan pernyataan-pernyataan itu? Mungkin pertanyaan yang sama ini diajukan kepadamu, dan jika mereka bertanya, engkau harus menjawabnya demikian:
“Dengan tujuan agar mengetahui dua hal sebagaimana adanya.”
Mereka mungkin menanyakan apa kedua hal itu. Jika mereka bertanya, engkau harus menjawabnya demikian:
‘Pandangan terang yang pertama adalah: inilah penderitaan dan inilah yang menyebabkan penderitaan. Pandangan terang yang ke dua adalah: di sanalah penderitaan berhenti, dan inilah caranya untuk sampai ke sana.’
Inilah pandangan terang berunsur dua; pahamilah keduanya sekaligus. Dan dalam alur kehidupan yang penuh semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil: akan ada buah pengetahuan sempurna, atau jika masih ada komponen penting yang belum habis, setidak-tidaknya tidak akan ada lagi kelahiran-kelahiran selanjutnya.’
Ketika Sang Buddha telah mengatakan hal ini kepada para bhikkhu, maka sebagai Guru, Beliau menjelaskan lebih lanjut:
Ada orang yang tidak memahami dukkha (penderitaan), mereka tidak tahu dari mana asal mula dukkha, di mana dukkha sepenuhnya berhenti, atau bagaimana caranya sampai ke akhir dukkha.
Jadi, tanpa adanya kesempatan untuk membebaskan pikiran atau mencapai pembebasan melalui pengetahuan, mereka tidak akan dapat mewujudkan akhir itu. Mereka hanya dapat terus berputar-putar, terlahir dan menjadi tua.
Ada juga orang-orang yang memahami dukkha, yang tahu bagaimana dukkha terjadi, di mana dukkha sepenuhnya berakhir, dan bagaimana caranya sampai di sana.
Mereka telah memiliki pembebasan pikiran dan pembebasan melalui pengetahuan. Sekarang mereka dapat mewujudkan akhir itu: tidak lagi mereka berputar-putar, dan tidak lagi mereka terlahir dan menjadi tua.
Inilah pandangan terang berunsur dua yang benar, tetapi mungkin engkau diminta menjelaskannya dengan cara lain. Maka engkau dapat menjelaskannya demikian:’Pandangan terang pertama adalah bahwa nafsu keinginan adalah dasar semua dukkha. Pandangan terang yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya semua nafsu keinginan secara total, maka dukkha tak lagi muncul.’
Ada dua pandangan terang; pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Ada banyak jenis dukkha di dunia ini, dan semuanya muncul dari sumber yang sama — nafsu keinginan. Jika orang tidak tahu, dia akan menyerah kepada nafsu keinginan ini. Lalu dengan lambat serta bebal, dia berjalan dari satu penderitaan ke penderitaan yang lain. Jadi janganlan menciptakan penderitaan bagi diri sendiri. Gunakan pengetahuanmu untuk melihat bagaimana dukkha muncul dan berkembang karena kemelekatan.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kebodohan batin adalah dasar dari semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya kebodohan batin secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Perjalanan yang terus menerus dari satu kelahiran ke kelahiran lain, dari bentuk ini ke bentuk itu, berulang-ulang — inilah hasil dari kebodohan batin.
Karena kebodohan batin inilah maka pikiran orang menjadi tumpul dan kacau balau, sehingga mereka terus berkelana dari satu kehidupan ke kehidupan lain tanpa henti. Tetapi jika engkau berjalan menuju pengetahuan, engkau dapat meninggalkan tumimbal lahir ini. Engkau tidak akan terus dumadi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa: dorongan-dorongan sesaat merupakan dasar dari semua bentuk dukkha. Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya dorongan-dorongan ini secara total maka tidak ada lagi penderitaan yang dihasilkan.’
Ini adalah kedua pandangan terang itu; pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari suatu dorongan mental. Kikislah dorongan-dorongan itu, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari dorongan-dorongan ini, bahwa mereka adalah asal dari dukkha. Dengan padam totalnya dorongan-dorongan itu dan berhentinya jalur persepsi, maka dukkha akan lenyap.
Orang bijaksana memahami hal ini sesuai dengan fakta. Dengan pengetahuan benar, para bijaksana menanggulangi kuk Mara. Tidak ada lagi tumimbal lahir bagi mereka.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini.
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kesadaran (yang bersekutu dengan kekotoran batin) adalah dasar dari semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya kesadaran secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari kesadaran. Dengan berhentinya kesadaran, tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Ingatlah akibat kesadaran yang merugikan ini, bahwa ia adalah dasar dari dukkha. Tetapi begitu kesadaran ini sudah diam, nafsu keinginan orang akan berakhir: ketenangan total pun terwujud.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa kontak adalah dasar dukkha. Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya kontak secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Bagi beberapa orang, kontak — yaitu titik di mana indera dan obyek bertemu — merupakan suatu yang menggairahkan. Dengan demikian mereka terbawa arus dumadi, hanyut di sepanjang jalan kosong, tanpa tujuan. Di mana pun tak diketemukan suatu tanda rantai yang terputus.
Tetapi ada orang-orang lain yang sampai pada pemahaman tentang aktivitas indera. Dan karena mereka memahaminya, ketenangan pun membuat mereka gembira. Mereka melihat hanya sebagai kontak saja, dan dengan demikian nafsu keinginan mereka pun berakhir. Mereka mewujudkan ketenangan total.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa sensasi merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya sensasi secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Apakah itu sensasi yang menyenangkan atau sensasi yang tidak menyenangkan atau sensasi netral, apa pun yang dirasakan di dalam atau di luar, orang harus memahami semua ini sebagai dukkha, sebagai pengalaman yang memperdaya, sebagai pengalaman yang rapuh; orang harus melihat dengan pandangan terang sifatnya yang muncul dan lenyap. Dengan sarana ini dia harus tidak terikat padanya. Bhikkhu itu pun terbebas dari nafsu keinginan dan sepenuhnya tenang karena lenyapnya sensasi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini.
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa ketagihan akan nafsu indera merupakan dasar dari dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya ketagihan secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Jika orang berjalan bergandeng tangan dengan ketagihan akan nafsu indera, dia akan berkelana dari satu kelahiran ke kelahiran lain, kadang di sini, kadang di sana, dan tanpa ada ujung yang terlihat.
Pikirkanlah akibat nafsu keinginan yang merugikan ini, bahwa ia merupakan dasar penderitaan. Dan dengan pengetahuan ini, engkau dapat membiarkan rasa ketagihan itu larut. Kemelekatan akan lenyap bersamanya, dan engkau akan bebas hidup, selalu waspada, sebagai kelana.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua
:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kemelekatan merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya kemelekatan secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Dumadi tergantung kepada kemelekatan. Jika orang menjadi sesuatu, dia akan menderita. Orang yang lahir akan mati juga. Inilah hasil dukkha.
Maka, karena sempurna pemahamannya, orang bijaksana menghapus semua kemelekatan. Mereka telah memahami bagaimana kekuatan-kekuatan dumadi dapat dihentikan. Jadi mereka tidak menuju kelahiran selanjutnya.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa upaya (yang bersekutu dengan nafsu keinginan) adalah dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya upaya secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari usaha. Hilangkanlah usaha, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari usaha ini, bahwa ini adalah dasar dari dukkha. Tetapi jika semua usaha telah ditinggalkan, akan ada kebebasan dari tanpa-usaha ini.
‘Bagi orang yang telah menghancurkan ketagihan dumadinya yang membara, dan pikirannya telah menjadi tenang, siklus kelahiran dan tumimbal lahir telah ditinggalkan, dan dia tak lagi kembali untuk tumimbal lahir.’
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa zat-zat penopang kehidupan merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya zat-zat itu secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari zat-zat penopang kehidupan. Hilangkanlah zat-zat ini, maka tidak akan ada dukkha yang dihasilkan.
Lihatlah akibat yang merugikan dari zat ini, bahwa mereka merupakan dasar penderitaan. Jika engkau telah memahami semua zat ini, engkau tidak menjadi melekat terhadapnya.
Jika seseorang sepenuhnya memahami apa yang sehat, maka dia dapat membuang racun-racun mental itu. Dia dapat berdiri tegak dan berpandangan terang dalam praktek ajaran, sebagai seseorang yang sempurna, sebagai seorang makhluk di luar definisi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa gejolak-gejolak mental merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya gejolak-gejolak ini secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari gejolak. Hilangkanlah gejolak, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari gejolak ini, bahwa gejolak-gejolak ini menghasilkan penderitaan. Oleh karenanya, tinggalkan gejolak, putuslah dorongan-dorongan mental itu dan bebaslah dari gejolak dan kemelekatan. Hendaknya bhikkhu itu berkelana dengan penuh kesadaran.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa ada rasa gemetar bagi orang yang bergantung. Yang lain adalah bahwa orang yang mandiri tidak gemetar.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Orang yang mandiri tidak gemetar atau menjadi bingung. Tetapi orang yang bergantung pada sesuatu berarti memegangi erat-erat, menggenggam keberadaan suatu bentuk atau bentuk lain, dan dia tidak dapat lolos dari tumimbal lahir.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan ini, bahwa ada bahaya yang serius bila bergantung. Oleh karenanya, dengan tidak bergantung pada apa pun, bhikkhu yang penuh kewaspadaan terus berkelana, bebas dari kemelekatan.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa ada lebih banyak ketenangan di dalam yang-tanpa-bentuk dibandingkan dengan di dalam yang-berbentuk. Yang lain adalah bahwa ada lebih banyak ketenangan di dalam pemadaman dibandingkan dengan di dalam yang-tanpa-bentuk.
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Makhluk yang tidak memahami penghentian akan kembali ke dalam proses dumadi, tak peduli apakah makhluk-makhluk itu dari alam-bentuk atau dari alam-tanpa-bentuk.
Tetapi makhluk-makhluk yang telah memahami sifat bentuk, akan mantap di dalam yang-tanpa-bentuk. Dan makhluk-makhluk yang membebaskan diri dari penghentian adalah mereka yang telah meninggalkan kematian di belakangnya.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa apa yang dianggap sebagai kebenaran oleh dunia pada umumnya termasuk mara, pertapa, brahmana, manusia serta para penguasa — tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai kesalahan oleh para makhluk yang lebih tinggi, manusia-manusia agung — lewat kebijaksanaan mereka yang lebih tinggi. Yang lain adalah bahwa apa yang pada umumnya dipikirkan dunia ini sebagai kesalahan, tetapi makhluk yang lebih tinggi, manusia agung, melihatnya dengan sangat jelas sebagai kebenaran.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Di dunia, termasuk para dewanya, substansi dilihat sebagai apa yang tidak berinti. Mereka terikat pada keberadaan psiko-fisik sehingga berpikir bahwa ada inti tertentu, realitas tertentu di dalamnya.
Padahal apa pun fenomena itu, di mana mereka mencari identitas diri, ternyata hanyalah bersifat sementara. Itu menjadi salah karena apa yang berlangsung sekejap itu bersifat menipu.
Keadaan yang tidak menipu adalah Nibbana: itulah yang dikenal oleh manusia-manusia agung sebagai yang nyata. Dengan pandangan terang yang menembus realitas ini, kelaparan mereka pun berakhir: terjadi penghentian, ketenangan total.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa apa yang oleh dunia pada umumnya, …. , dianggap sebagai kesenangan, tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai dukkha oleh makhluk-makhluk yang lebih tinggi. Yang lain adalah bahwa apa yang pada umumnya dianggap dunia …. sebagai dukkha, tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai kebahagiaan oleh makhluk-makhluk yang lebih tinggi — lewat kebijaksanaan mereka yang lebih tinggi.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Apa pun yang dikatakan ada oleh dunia, termasuk para dewanya: bentuk-bentuk yang menyenangkan, yang menggoda dan menggairahkan, suara, cita rasa, bau-bauan, sensasi peraba dan buah-pikir, ini semua disepakati sebagai kebahagiaan.
Di dalam duniamu, keadaan-keadaan ini dianggap sebagai kesenangan. Akan tetapi jika semua itu berhenti, maka itu dianggap sebagai dukkha.
Bagi makhluk yang lebih tinggi, jika tubuh individu dan kepribadian ini berakhir, maka keadaan ini dianggap sebagai kebahagiaan. Namun hal ini bertolak belakang dengan cara melihat dunia pada umumnya.
Apa yang umumnya disebut membahagiakan justru disebut dukkha oleh manusia agung. Dan apa yang umumnya disebut dukkha dimengerti sebagai yang membahagiakan oleh mereka.
Sadarilah paradoks ini: hal ini sulit untuk dipahami dan mereka yang bodoh justru salah mengerti.
Di mana manusia terperangkap di situ ada kegelapan: Itu gelap pekat bagi yang buta, tetapi berkilau bagaikan kristal bagi yang bijaksana, karena ada sinar bagi mereka yang dapat melihat.Tetapi jika engkau buta terhadap Ajaran tentang Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya, jika engkau sama sekali tidak tahu mengenai Sang Jalan, maka engkau tidak akan dapat membedakan apa pun, walaupun engkau sudah berada persis di atasnya.
Ajaran tentang Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya tidak akan menjadi kekuatan untuk pencerahan sempurna bagi orang yang dipenuhi nafsu keinginan, keinginan dumadi, atau bagi orang yang berada dalam cengkeraman Mara.
Karena siapa lagi yang berhak mencapai tahap pemahaman penuh ini, kecuali makhluk-makhluk yang luar biasa? Siapa lagi yang dapat memahami keadaan ini dan menghancurkan semua kekuatan kebingungan?
Inilah yang dikatakan Sang Buddha pada saat itu. Para bhikkhu dipenuhi kegembiraan dan suka cita mendengar hal-hal ini. Demikianlah, selama khotbah itu sekitar 60 bhikkhu melepaskan semua kemelekatan dan keinginan memiliki. Maka mereka pun terbebas.
‘Wahai bhikkhu,’ kata Sang Buddha, kadang-kadang di dunia ini dibicarakan hal-hal tentang keadaan-keadaan yang baik, dan pernyataan-pernyataan hebat yang membebaskan pun diutarakan, yang akan membawa pada pencerahan penuh.
Wahai bhikkhu, mengapa engkau harus bersusah payah mendengarkan pernyataan-pernyataan itu? Mungkin pertanyaan yang sama ini diajukan kepadamu, dan jika mereka bertanya, engkau harus menjawabnya demikian:
“Dengan tujuan agar mengetahui dua hal sebagaimana adanya.”
Mereka mungkin menanyakan apa kedua hal itu. Jika mereka bertanya, engkau harus menjawabnya demikian:
‘Pandangan terang yang pertama adalah: inilah penderitaan dan inilah yang menyebabkan penderitaan. Pandangan terang yang ke dua adalah: di sanalah penderitaan berhenti, dan inilah caranya untuk sampai ke sana.’
Inilah pandangan terang berunsur dua; pahamilah keduanya sekaligus. Dan dalam alur kehidupan yang penuh semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasil: akan ada buah pengetahuan sempurna, atau jika masih ada komponen penting yang belum habis, setidak-tidaknya tidak akan ada lagi kelahiran-kelahiran selanjutnya.’
Ketika Sang Buddha telah mengatakan hal ini kepada para bhikkhu, maka sebagai Guru, Beliau menjelaskan lebih lanjut:
Ada orang yang tidak memahami dukkha (penderitaan), mereka tidak tahu dari mana asal mula dukkha, di mana dukkha sepenuhnya berhenti, atau bagaimana caranya sampai ke akhir dukkha.
Jadi, tanpa adanya kesempatan untuk membebaskan pikiran atau mencapai pembebasan melalui pengetahuan, mereka tidak akan dapat mewujudkan akhir itu. Mereka hanya dapat terus berputar-putar, terlahir dan menjadi tua.
Ada juga orang-orang yang memahami dukkha, yang tahu bagaimana dukkha terjadi, di mana dukkha sepenuhnya berakhir, dan bagaimana caranya sampai di sana.
Mereka telah memiliki pembebasan pikiran dan pembebasan melalui pengetahuan. Sekarang mereka dapat mewujudkan akhir itu: tidak lagi mereka berputar-putar, dan tidak lagi mereka terlahir dan menjadi tua.
Inilah pandangan terang berunsur dua yang benar, tetapi mungkin engkau diminta menjelaskannya dengan cara lain. Maka engkau dapat menjelaskannya demikian:’Pandangan terang pertama adalah bahwa nafsu keinginan adalah dasar semua dukkha. Pandangan terang yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya semua nafsu keinginan secara total, maka dukkha tak lagi muncul.’
Ada dua pandangan terang; pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Ada banyak jenis dukkha di dunia ini, dan semuanya muncul dari sumber yang sama — nafsu keinginan. Jika orang tidak tahu, dia akan menyerah kepada nafsu keinginan ini. Lalu dengan lambat serta bebal, dia berjalan dari satu penderitaan ke penderitaan yang lain. Jadi janganlan menciptakan penderitaan bagi diri sendiri. Gunakan pengetahuanmu untuk melihat bagaimana dukkha muncul dan berkembang karena kemelekatan.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kebodohan batin adalah dasar dari semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya kebodohan batin secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Perjalanan yang terus menerus dari satu kelahiran ke kelahiran lain, dari bentuk ini ke bentuk itu, berulang-ulang — inilah hasil dari kebodohan batin.
Karena kebodohan batin inilah maka pikiran orang menjadi tumpul dan kacau balau, sehingga mereka terus berkelana dari satu kehidupan ke kehidupan lain tanpa henti. Tetapi jika engkau berjalan menuju pengetahuan, engkau dapat meninggalkan tumimbal lahir ini. Engkau tidak akan terus dumadi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa: dorongan-dorongan sesaat merupakan dasar dari semua bentuk dukkha. Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya dorongan-dorongan ini secara total maka tidak ada lagi penderitaan yang dihasilkan.’
Ini adalah kedua pandangan terang itu; pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari suatu dorongan mental. Kikislah dorongan-dorongan itu, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari dorongan-dorongan ini, bahwa mereka adalah asal dari dukkha. Dengan padam totalnya dorongan-dorongan itu dan berhentinya jalur persepsi, maka dukkha akan lenyap.
Orang bijaksana memahami hal ini sesuai dengan fakta. Dengan pengetahuan benar, para bijaksana menanggulangi kuk Mara. Tidak ada lagi tumimbal lahir bagi mereka.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini.
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kesadaran (yang bersekutu dengan kekotoran batin) adalah dasar dari semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya kesadaran secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari kesadaran. Dengan berhentinya kesadaran, tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Ingatlah akibat kesadaran yang merugikan ini, bahwa ia adalah dasar dari dukkha. Tetapi begitu kesadaran ini sudah diam, nafsu keinginan orang akan berakhir: ketenangan total pun terwujud.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa kontak adalah dasar dukkha. Yang lain adalah: bahwa dengan padamnya dan berhentinya kontak secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Bagi beberapa orang, kontak — yaitu titik di mana indera dan obyek bertemu — merupakan suatu yang menggairahkan. Dengan demikian mereka terbawa arus dumadi, hanyut di sepanjang jalan kosong, tanpa tujuan. Di mana pun tak diketemukan suatu tanda rantai yang terputus.
Tetapi ada orang-orang lain yang sampai pada pemahaman tentang aktivitas indera. Dan karena mereka memahaminya, ketenangan pun membuat mereka gembira. Mereka melihat hanya sebagai kontak saja, dan dengan demikian nafsu keinginan mereka pun berakhir. Mereka mewujudkan ketenangan total.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa sensasi merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya sensasi secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Apakah itu sensasi yang menyenangkan atau sensasi yang tidak menyenangkan atau sensasi netral, apa pun yang dirasakan di dalam atau di luar, orang harus memahami semua ini sebagai dukkha, sebagai pengalaman yang memperdaya, sebagai pengalaman yang rapuh; orang harus melihat dengan pandangan terang sifatnya yang muncul dan lenyap. Dengan sarana ini dia harus tidak terikat padanya. Bhikkhu itu pun terbebas dari nafsu keinginan dan sepenuhnya tenang karena lenyapnya sensasi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini.
’Pandangan terang yang satu adalah: bahwa ketagihan akan nafsu indera merupakan dasar dari dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya ketagihan secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Jika orang berjalan bergandeng tangan dengan ketagihan akan nafsu indera, dia akan berkelana dari satu kelahiran ke kelahiran lain, kadang di sini, kadang di sana, dan tanpa ada ujung yang terlihat.
Pikirkanlah akibat nafsu keinginan yang merugikan ini, bahwa ia merupakan dasar penderitaan. Dan dengan pengetahuan ini, engkau dapat membiarkan rasa ketagihan itu larut. Kemelekatan akan lenyap bersamanya, dan engkau akan bebas hidup, selalu waspada, sebagai kelana.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua
:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa kemelekatan merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya kemelekatan secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Dumadi tergantung kepada kemelekatan. Jika orang menjadi sesuatu, dia akan menderita. Orang yang lahir akan mati juga. Inilah hasil dukkha.
Maka, karena sempurna pemahamannya, orang bijaksana menghapus semua kemelekatan. Mereka telah memahami bagaimana kekuatan-kekuatan dumadi dapat dihentikan. Jadi mereka tidak menuju kelahiran selanjutnya.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa upaya (yang bersekutu dengan nafsu keinginan) adalah dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa dengan padamnya dan berhentinya upaya secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah kedua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari usaha. Hilangkanlah usaha, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari usaha ini, bahwa ini adalah dasar dari dukkha. Tetapi jika semua usaha telah ditinggalkan, akan ada kebebasan dari tanpa-usaha ini.
‘Bagi orang yang telah menghancurkan ketagihan dumadinya yang membara, dan pikirannya telah menjadi tenang, siklus kelahiran dan tumimbal lahir telah ditinggalkan, dan dia tak lagi kembali untuk tumimbal lahir.’
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa zat-zat penopang kehidupan merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya zat-zat itu secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari zat-zat penopang kehidupan. Hilangkanlah zat-zat ini, maka tidak akan ada dukkha yang dihasilkan.
Lihatlah akibat yang merugikan dari zat ini, bahwa mereka merupakan dasar penderitaan. Jika engkau telah memahami semua zat ini, engkau tidak menjadi melekat terhadapnya.
Jika seseorang sepenuhnya memahami apa yang sehat, maka dia dapat membuang racun-racun mental itu. Dia dapat berdiri tegak dan berpandangan terang dalam praktek ajaran, sebagai seseorang yang sempurna, sebagai seorang makhluk di luar definisi.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa gejolak-gejolak mental merupakan dasar semua dukkha. Yang lain adalah bahwa lewat padamnya dan berhentinya gejolak-gejolak ini secara total, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Setiap bentuk dukkha muncul dari gejolak. Hilangkanlah gejolak, maka tidak ada lagi dukkha yang dihasilkan.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan dari gejolak ini, bahwa gejolak-gejolak ini menghasilkan penderitaan. Oleh karenanya, tinggalkan gejolak, putuslah dorongan-dorongan mental itu dan bebaslah dari gejolak dan kemelekatan. Hendaknya bhikkhu itu berkelana dengan penuh kesadaran.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:’Pandangan terang yang satu adalah bahwa ada rasa gemetar bagi orang yang bergantung. Yang lain adalah bahwa orang yang mandiri tidak gemetar.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Orang yang mandiri tidak gemetar atau menjadi bingung. Tetapi orang yang bergantung pada sesuatu berarti memegangi erat-erat, menggenggam keberadaan suatu bentuk atau bentuk lain, dan dia tidak dapat lolos dari tumimbal lahir.
Pertimbangkanlah akibat yang merugikan ini, bahwa ada bahaya yang serius bila bergantung. Oleh karenanya, dengan tidak bergantung pada apa pun, bhikkhu yang penuh kewaspadaan terus berkelana, bebas dari kemelekatan.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa ada lebih banyak ketenangan di dalam yang-tanpa-bentuk dibandingkan dengan di dalam yang-berbentuk. Yang lain adalah bahwa ada lebih banyak ketenangan di dalam pemadaman dibandingkan dengan di dalam yang-tanpa-bentuk.
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Makhluk yang tidak memahami penghentian akan kembali ke dalam proses dumadi, tak peduli apakah makhluk-makhluk itu dari alam-bentuk atau dari alam-tanpa-bentuk.
Tetapi makhluk-makhluk yang telah memahami sifat bentuk, akan mantap di dalam yang-tanpa-bentuk. Dan makhluk-makhluk yang membebaskan diri dari penghentian adalah mereka yang telah meninggalkan kematian di belakangnya.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa apa yang dianggap sebagai kebenaran oleh dunia pada umumnya termasuk mara, pertapa, brahmana, manusia serta para penguasa — tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai kesalahan oleh para makhluk yang lebih tinggi, manusia-manusia agung — lewat kebijaksanaan mereka yang lebih tinggi. Yang lain adalah bahwa apa yang pada umumnya dipikirkan dunia ini sebagai kesalahan, tetapi makhluk yang lebih tinggi, manusia agung, melihatnya dengan sangat jelas sebagai kebenaran.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Di dunia, termasuk para dewanya, substansi dilihat sebagai apa yang tidak berinti. Mereka terikat pada keberadaan psiko-fisik sehingga berpikir bahwa ada inti tertentu, realitas tertentu di dalamnya.
Padahal apa pun fenomena itu, di mana mereka mencari identitas diri, ternyata hanyalah bersifat sementara. Itu menjadi salah karena apa yang berlangsung sekejap itu bersifat menipu.
Keadaan yang tidak menipu adalah Nibbana: itulah yang dikenal oleh manusia-manusia agung sebagai yang nyata. Dengan pandangan terang yang menembus realitas ini, kelaparan mereka pun berakhir: terjadi penghentian, ketenangan total.
Ada cara lain untuk menjelaskan pandangan terang berunsur dua ini:
’Pandangan terang yang satu adalah bahwa apa yang oleh dunia pada umumnya, …. , dianggap sebagai kesenangan, tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai dukkha oleh makhluk-makhluk yang lebih tinggi. Yang lain adalah bahwa apa yang pada umumnya dianggap dunia …. sebagai dukkha, tetapi dilihat dengan sangat jelas sebagai kebahagiaan oleh makhluk-makhluk yang lebih tinggi — lewat kebijaksanaan mereka yang lebih tinggi.’
Inilah dua pandangan terang itu. Pahamilah keduanya sekaligus. Dengan semangat, dedikasi dan perhatian, engkau dapat mengharapkan salah satu dari dua hasilnya.
Apa pun yang dikatakan ada oleh dunia, termasuk para dewanya: bentuk-bentuk yang menyenangkan, yang menggoda dan menggairahkan, suara, cita rasa, bau-bauan, sensasi peraba dan buah-pikir, ini semua disepakati sebagai kebahagiaan.
Di dalam duniamu, keadaan-keadaan ini dianggap sebagai kesenangan. Akan tetapi jika semua itu berhenti, maka itu dianggap sebagai dukkha.
Bagi makhluk yang lebih tinggi, jika tubuh individu dan kepribadian ini berakhir, maka keadaan ini dianggap sebagai kebahagiaan. Namun hal ini bertolak belakang dengan cara melihat dunia pada umumnya.
Apa yang umumnya disebut membahagiakan justru disebut dukkha oleh manusia agung. Dan apa yang umumnya disebut dukkha dimengerti sebagai yang membahagiakan oleh mereka.
Sadarilah paradoks ini: hal ini sulit untuk dipahami dan mereka yang bodoh justru salah mengerti.
Di mana manusia terperangkap di situ ada kegelapan: Itu gelap pekat bagi yang buta, tetapi berkilau bagaikan kristal bagi yang bijaksana, karena ada sinar bagi mereka yang dapat melihat.Tetapi jika engkau buta terhadap Ajaran tentang Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya, jika engkau sama sekali tidak tahu mengenai Sang Jalan, maka engkau tidak akan dapat membedakan apa pun, walaupun engkau sudah berada persis di atasnya.
Ajaran tentang Segala Sesuatu Sebagaimana Adanya tidak akan menjadi kekuatan untuk pencerahan sempurna bagi orang yang dipenuhi nafsu keinginan, keinginan dumadi, atau bagi orang yang berada dalam cengkeraman Mara.
Karena siapa lagi yang berhak mencapai tahap pemahaman penuh ini, kecuali makhluk-makhluk yang luar biasa? Siapa lagi yang dapat memahami keadaan ini dan menghancurkan semua kekuatan kebingungan?
Inilah yang dikatakan Sang Buddha pada saat itu. Para bhikkhu dipenuhi kegembiraan dan suka cita mendengar hal-hal ini. Demikianlah, selama khotbah itu sekitar 60 bhikkhu melepaskan semua kemelekatan dan keinginan memiliki. Maka mereka pun terbebas.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com