Toddeya
Todeyyamāṇavapucchā (Snp 5.10)
‘Yang Mulia, apakah sifat kebebasan,’ dia bertanya kepada Sang Buddha, bagi orang yang tidak lagi memiliki nafsu untuk kesenangan, telah melampaui keraguan dan hidup tanpa nafsu keinginan?’
‘Orang yang tidak memiliki nafsu,’ kata Sang Buddha, ‘yang telah pergi melampaui keraguan dan yang hidup tanpa nafsu keinginan, telah benar-benar menemukan kebebasan akhir. Baginya, tidak ada lagi yang harus dibebaskan.’
‘Manusia Sakya yang Maha Melihat,’ kata Todeyya, ‘jelaskanlah satu hal ini. Saya ingin tahu bagaimanakah cara mengenali orang bijaksana ketika saya melihatnya. Apakah manusia bijaksana masih memiliki nafsu, atau apakah dia sepenuhnya tidak memiliki keinginan? Apakah dia masih perlu belajar, atau apakah kebijaksanaannya telah lengkap?’
‘Orang bijaksana, Todeyya,’ kata Sang Buddha, ‘tidak memiliki nafsu, tidak juga dia perlu belajar. Dia tanpa keinginan, dia memiliki kebijaksanaan, dan kamu dapat mengenalinya karena dia adalah manusia tanpa apa pun: dia tidak berpegang pada kesenangan atau pada kelahiran.’
‘Orang yang tidak memiliki nafsu,’ kata Sang Buddha, ‘yang telah pergi melampaui keraguan dan yang hidup tanpa nafsu keinginan, telah benar-benar menemukan kebebasan akhir. Baginya, tidak ada lagi yang harus dibebaskan.’
‘Manusia Sakya yang Maha Melihat,’ kata Todeyya, ‘jelaskanlah satu hal ini. Saya ingin tahu bagaimanakah cara mengenali orang bijaksana ketika saya melihatnya. Apakah manusia bijaksana masih memiliki nafsu, atau apakah dia sepenuhnya tidak memiliki keinginan? Apakah dia masih perlu belajar, atau apakah kebijaksanaannya telah lengkap?’
‘Orang bijaksana, Todeyya,’ kata Sang Buddha, ‘tidak memiliki nafsu, tidak juga dia perlu belajar. Dia tanpa keinginan, dia memiliki kebijaksanaan, dan kamu dapat mengenalinya karena dia adalah manusia tanpa apa pun: dia tidak berpegang pada kesenangan atau pada kelahiran.’
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com