SĀRAMBHA-JĀTAKA
Sārambhajātaka (Ja 88)
“Berbicaralah dengan ramah,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Sawatthi, mengenai aturan yang berkenaan dengan kata-kata yang kasar. Cerita pembuka dan kisah kelahiran lampaunya sama dengan Nandivisāla-Jātaka pada bab sebelumnya170.
Namun dalam kasus ini [375] terdapat perbedaan dimana Bodhisatta adalah seekor sapi jantan yang bernama Sārambha, dan merupakan peliharaan seorang brahmana dari Takkasilā di Kerajaan Gandhāra. Setelah menceritakan kisah kelahiran lampau, Sang Guru, sebagai seorang Buddha, mengucapkan syair berikut ini : —
Berbicaralah dengan ramah,
jangan mencerca pengikutmu;
cintai kebaikan;
cercaan adalah bibit penderitaan.
Setelah Sang Guru mengakhiri uraian-Nya, Beliau mempertautkan kelahiran tersebut dengan berkata, “Ānanda adalah brahmana pada masa itu, Uppalavaṇṇā adalah istrinya, dan Saya adalah Sārambha.”
Namun dalam kasus ini [375] terdapat perbedaan dimana Bodhisatta adalah seekor sapi jantan yang bernama Sārambha, dan merupakan peliharaan seorang brahmana dari Takkasilā di Kerajaan Gandhāra. Setelah menceritakan kisah kelahiran lampau, Sang Guru, sebagai seorang Buddha, mengucapkan syair berikut ini : —
Berbicaralah dengan ramah,
jangan mencerca pengikutmu;
cintai kebaikan;
cercaan adalah bibit penderitaan.
Setelah Sang Guru mengakhiri uraian-Nya, Beliau mempertautkan kelahiran tersebut dengan berkata, “Ānanda adalah brahmana pada masa itu, Uppalavaṇṇā adalah istrinya, dan Saya adalah Sārambha.”
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com