DUDDADA-JĀTAKA
Duddadajātaka (Ja 180)
“Sulit untuk melakukan seperti,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetavana, tentang derma yang diberikan secara bersama-sama.
Dua sahabat di Sāvatthi, putra dari tuan tanah, mengumpulkan dana yang menyediakan semua keperluan untuk diberikan kepada Buddha dan para siswa-Nya. Dua sahabat tersebut mengundang mereka semuanya, memberikan dana yang banyak selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh memberikan semua kebutuhan mereka.
Yang tertua dari kedua sahabat itu memberi salam hormat kepada Sang Guru dan berkata, dengan duduk disamping-Nya, “Bhante, di antara pemberi-pemberi dana ini, ada yang memberi banyak dan ada yang memberi sedikit; meskipun demikian, semoga mereka menuai hasil sama untuk semuanya.” Kemudian dia mempersembahkan pemberian tersebut.
Jawaban Sang Guru adalah: “Dengan memberikan benda-benda ini kepada Buddha dan para pengikutnya, kalian semua, Para Upasaka, telah melakukan suatu perbuatan yang mulia. Di masa lampau, orang-orang bijak memberikan dana yang banyak, sama seperti ini, dan demikian mereka mempersembahkan pemberian mereka.”
Kemudian atas permintaannya, Beliau menceritakan kisah masa lampau.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam keluarga seorang Brahmana Kasi. Ketika tumbuh dewasa, dia dididik sepenuhnya di Takkasilā; setelah itu dia meninggalkan keduniawian dan menjalankan kehidupan suci sebagai seorang petapa, dan dengan sekelompok pengikutnya, pergi dan tinggal di Himalaya. Di sana dia tinggal dalam waktu yang lama.
Suatu kali, untuk mendapatkan garam dan cuka (bumbu-bumbu lainnya), dia pergi mengembara ke daerah perkotaan, dan akhirnya tiba di Benares. Di sana dia bermalam di taman kerajaan, dan keesokan paginya dia beserta kelompoknya pergi berkeliling untuk mendapatkan derma ke suatu desa di luar gerbang kota. Orang-orang memberi derma kepada mereka. Hari berikutnya, dia berkeliling di kota untuk mendapatkan derma.
Semua orang merasa senang memberikan derma mereka kepadanya. Mereka bergabung bersama dan mengumpulkan dana; menyediakan dana yang banyak untuk para petapa tersebut. Setelah pengumpulan itu, pemimpin mereka mempersembahkan dana mereka dengan mengucapkan kata-kata yang sama seperti di atas.
Bodhisatta menjawab, “Āvuso, bila diberikan dengan pikiran penuh keyakinan69, maka tidak ada pemberian yang sedikit.” Dan dia mengucapkan terima kasihnya dengan beberapa bait berikut:
[86] Sulit untuk melakukan seperti yang dilakukan
oleh orang-orang yang baik, memberikan yang dapat diberikan.
Orang-orang yang tidak baik
susah mencontoh kehidupan orang-orang yang baik.
Oleh karena itu, ketika yang baik dan yang tidak baik
meninggalkan kehidupan ini,
yang jahat akan terlahir di alam neraka,
dan yang baik akan terlahir di alam surga.
Demikian pernyataan terima kasihnya. Dia tinggal di tempat tersebut selama empat bulan di musim hujan, dan kemudian kembali ke Himalaya, tempat dia melatih meditasi (jhana), dan tanpa terputus sedikit pun sampai akhirnya dia terlahir di alam brahma.
Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu,” kata Beliau, “para pengikut Buddha adalah kelompok petapa itu, dan Aku sendiri adalah pemimpin mereka.”
Catatan kaki :
69 Citta-pasādo.
Dua sahabat di Sāvatthi, putra dari tuan tanah, mengumpulkan dana yang menyediakan semua keperluan untuk diberikan kepada Buddha dan para siswa-Nya. Dua sahabat tersebut mengundang mereka semuanya, memberikan dana yang banyak selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh memberikan semua kebutuhan mereka.
Yang tertua dari kedua sahabat itu memberi salam hormat kepada Sang Guru dan berkata, dengan duduk disamping-Nya, “Bhante, di antara pemberi-pemberi dana ini, ada yang memberi banyak dan ada yang memberi sedikit; meskipun demikian, semoga mereka menuai hasil sama untuk semuanya.” Kemudian dia mempersembahkan pemberian tersebut.
Jawaban Sang Guru adalah: “Dengan memberikan benda-benda ini kepada Buddha dan para pengikutnya, kalian semua, Para Upasaka, telah melakukan suatu perbuatan yang mulia. Di masa lampau, orang-orang bijak memberikan dana yang banyak, sama seperti ini, dan demikian mereka mempersembahkan pemberian mereka.”
Kemudian atas permintaannya, Beliau menceritakan kisah masa lampau.
____________________
Dahulu kala ketika Brahmadatta adalah Raja Benares, Bodhisatta terlahir di dalam keluarga seorang Brahmana Kasi. Ketika tumbuh dewasa, dia dididik sepenuhnya di Takkasilā; setelah itu dia meninggalkan keduniawian dan menjalankan kehidupan suci sebagai seorang petapa, dan dengan sekelompok pengikutnya, pergi dan tinggal di Himalaya. Di sana dia tinggal dalam waktu yang lama.
Suatu kali, untuk mendapatkan garam dan cuka (bumbu-bumbu lainnya), dia pergi mengembara ke daerah perkotaan, dan akhirnya tiba di Benares. Di sana dia bermalam di taman kerajaan, dan keesokan paginya dia beserta kelompoknya pergi berkeliling untuk mendapatkan derma ke suatu desa di luar gerbang kota. Orang-orang memberi derma kepada mereka. Hari berikutnya, dia berkeliling di kota untuk mendapatkan derma.
Semua orang merasa senang memberikan derma mereka kepadanya. Mereka bergabung bersama dan mengumpulkan dana; menyediakan dana yang banyak untuk para petapa tersebut. Setelah pengumpulan itu, pemimpin mereka mempersembahkan dana mereka dengan mengucapkan kata-kata yang sama seperti di atas.
Bodhisatta menjawab, “Āvuso, bila diberikan dengan pikiran penuh keyakinan69, maka tidak ada pemberian yang sedikit.” Dan dia mengucapkan terima kasihnya dengan beberapa bait berikut:
[86] Sulit untuk melakukan seperti yang dilakukan
oleh orang-orang yang baik, memberikan yang dapat diberikan.
Orang-orang yang tidak baik
susah mencontoh kehidupan orang-orang yang baik.
Oleh karena itu, ketika yang baik dan yang tidak baik
meninggalkan kehidupan ini,
yang jahat akan terlahir di alam neraka,
dan yang baik akan terlahir di alam surga.
Demikian pernyataan terima kasihnya. Dia tinggal di tempat tersebut selama empat bulan di musim hujan, dan kemudian kembali ke Himalaya, tempat dia melatih meditasi (jhana), dan tanpa terputus sedikit pun sampai akhirnya dia terlahir di alam brahma.
Ketika uraian ini berakhir, Sang Guru mempertautkan kisah kelahiran mereka: “Pada masa itu,” kata Beliau, “para pengikut Buddha adalah kelompok petapa itu, dan Aku sendiri adalah pemimpin mereka.”
Catatan kaki :
69 Citta-pasādo.
Kritik dan saran,hubungi : cs@sariputta.com